a.n.
part ini gue dedikasikan khusus untuk sahabat kesayangan gue yang jauh berada di bintaro, aisy bazilah.
p.s. makasih ya sy, udah mau nyumbang nama-namanya. ily deh HAHA. okbye.---
Mereka berjalan bersama-sama menuju kantin. Ezra yang merasa terlalu awkward dengan keadaan ini, segera iseng menarik ikat rambut yang ada di kepala Ala. Membuat rambut itu tergerai se punggung secara sempurna. Serta merta, Ala bersiap mengomelinya habis-habisan, jika saja tidak ada Devan yang secara tiba-tiba berpapasan dengannya.
"Hai, Ala," sapa Devan dengan nada suara yang bersahabat
Ala yang disapa oleh kakak kelas yang bisa dibilang.. uhm lumayan, menjawab sapaan itu dengan senym sopan. "Hai, Kak."
"Gak nabrak lagi, 'kan?" tanya Devan berbasa basi, membuat Ala dan Ezra memberhentikan langkahnya.
Ala yang merasa disindir, spontan mengumpat, "sialan, ah. Yang itu jangan diinget-inget."
Devan pun terkekeh saat mengingatnya. "Lagian muka lo kocak banget waktu nabrak gue, eh malah jatoh."
Ezra yang berada di tengah-tengah mereka, merasakan aura cemburu yang meluap-luap di dalam hatinya. Ia segera menarik Ala menuju kantin, yang membuat Ala harus pamit kepada kakak kelas ganteng itu.
"Ih, apaan sih, narik-narik aja. Kak, gue mau ke kantin dulu, ya."
"Iya, jangan nabrak lagi," canda Devan sebelum menghilang di tikungan.
"Tai."
Bodoamat mau gengsi mau enggak, batin Ezra.
Ezra yang jengah akan sikap Ala pun segera bertanya, "Sya, kamu suka sama dia, ya?"
Ala yang ditanyai seperti itu oleh Ezra, hampir ngakak. Untungnya, ia bisa tetap mengontrol suasana, "Apaan sih, ngaco kamu, Al. Ya enggaklah. Emang kenapa?"
Ezra menghela nafas dengan lega, "Alhamdulillah.."
"Zra, emang kenapa?" tanya Ala lagi.
"Gue gak suka lo deket-deket sama dia," ungkap Ezra jujur.
"Emang kenapa?"
"Ya, gue gak suka aja."
"Harus ada alesannya. Setidaknya, kasih tau gue satu aja alesannya."
"Karena, gue suka sama lo.." jawab Ezra yang tepatnya seperti gumaman kepada dirinya sendiri. "Lupain. Lo mau gue beliin apa?"
"Apaan, Al?"
"Kagak, itu mau gue beliin apaan?"
"Apaan aja, terserah."
---
Karena, gue suka sama lo.
Kalimat itu kembali bermunculan di pikiran Ala, setelah pembicaraannya dengan Ezra di kantin.
Kesambet apaan itu manusia jadi-jadian, anjir, batin Ala sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Gak mungkin," gumam Ala ketika sedang menulis catatan yang diberikan oleh Bu Rahma, guru Geografinya.
Ezra yang menyadari Ala yang sedang tidak jelas pun segera menoleh. "Lo kenapa, ege? Geleng-geleng sendiri kayak patung Hokben?"
"Bukan urusan lo," jawab Ala jutek. Ia sedang tidak dalam mood yang baik untuk diganggu, karena pikirannya masih dipenuhi oleh kalimat Ezra yang menurutnya.. ah sudahlah.
Ezra yang memang berniat untuk mengajaknya bercanda, membalas, "Idih, gila ya lo? Abis kesambet setannya Diazka, ya? Ngomong-ngomong sendiri gitu, lagi."
Diazka-teman sekelas mereka-yang pernah kesurupan saat pelajaran, katanya selalu diikuti oleh hantu. Tetapi, dianya hanya menanggapinya dengan kekehan, jika ada yang menyinggungnya tentang hantu-hantu itu.
Terpancar dengan jelas, ketakutan Ala yang mendengar perkataan Ezra. Ia langsung merinding, sambil memutar bola matanya. "Bacot lo, anying. Merinding kan gue."
Ezra yang melihat bulu di tangan Ala berdiri karena ia ketakutan, langsung tertawa ngakak.
"AHAHAHA, Ala takut. Penakut banget, sih lo."
Seketika membuat Bu Rahma yang sedang menerangkan materi, langsung menengok ke arah Ezra dan Ala.
Bu Rahma yang sudah jengah dengan perilaku Ezra yang tidak berubah, langsung berteriak. "EZRA ATHALLA! TIDAK BOSAN RUPANYA, YA, MEMBUAT KERIBUTAN KETIKA IBU SEDANG MENERANGKAN? KELUAR, SEKARANG!"
Mampus lo, batin Ala senang. Ia segera menyunggingkan senyum tipisnya ketika melihat Ezra yang segera berdiri dari kursinya.
"SHALANA FASYA! KAMU TIDAK USAH SENYUM-SENYUM, KARENA KAMU JUGA KELUAR DARI KELAS IBU!" teriak Bu Rahma lagi, yang membuat satu kelas tercengang.
Bayangkan, seorang Ala, yang notabene adalah salah satu murid jajaran anak-anak pintar, dikeluarkan dari kelas. Dan itu dikarenakan Ezra.
Bisa gila gue, batin Ala sambil memutar bola matanya.
"Bu, jangan dikeluarin dua-duanya. Nanti yang ada, malah pacaran mereka," ucap salah satu teman sekelasnya.
"Enggak, Bu. Gak bakal saya pacaran juga sama bison terbang macem dia. Anak saya bisa masuk RSJ kalau punya bapak kayak dia," sungut Ala yang sudah sangat sebal mendengar ledekkan dari teman-temannya.
"Aamiin-in aja. Emangnya lo gak mau punya anak dari gue yang mukanya udah 11:12 sama Zac Efron?" ujar Ezra santai.
"Idih, palalu Zac Efron. Yang ada lo mirip Olga Syahputra."
"Loh, gini-gini, gue ini termasuk salah satu cogan di sekolah kita. Mata lo kemana?"
"Pipi lu cogan, masih kalah juga sama Theo James. Sengklek ya lu."
"Lah? Lo ngapain nyebut-nyebut nama bokap gue?"
Bu Rahma yang sudah sangat pusing mendengar mereka berantem dengan alasan yang tidak masuk akal pun kemudian berteriak untuk yang terakhir kalinya, "UDAH SANA KALIAN KELUAR! BIKIN PUSING SAJA!"
Dan sisa jam pelajaran Bu Rahma dihabiskan di luar kelas-tepatnya di kantin-oleh Ezra dan Ala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something and Nothing
Teen FictionBagaimana jika aku menganggapmu lebih dari something, sedangkan kamu bertindak seolah-olah aku itu nothing? cover made by: pizzajunkie Copyright © 2015 by yasmin