Keadaan kelas kali ini sedang dalam keadaan hening, dikarenakan adanya ulangan harian matematika. Ala yang semalaman sudah belajar mati-matian, mengerjakan soal-soal yang ada di papan tulis dengan tenang. Ezra yang berada di sampingnya, panik setengah abad. Ala sudah menebak, pasti dia tidak belajar semalam, karena cowok itu paling bodo amat dengan pelajaran matematika--atau yang biasa dia rubah namanya menjadi mati-mati akal.
"Gemes najis gue sama matematika. Gue belajar gak belajar aja remed mulu. Mendingan gak usah belajar sekalian," katanya waktu itu, ketika sedang belajar bersama Ala.
Ala hanya bisa diam, tidak mengerti lagi dengan jalan pikiran cowok yang sudah dikenalnya sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar.
"Alah tai, gue gak ngerti semuanya," umpat Ezra pelan.
"Belajar makanya, jangan ngalusin cewe sana-sini mulu," jawab Ala yang sedang mengerjakan soal.
"Gue deket sama cewek selama ini aja cuma sama lo."
"Oh?"
Keduanya sempat terdiam sejenak, sebelum satu suara menginterupsi kegiatan Ala yang sedang asik-asiknya menghitung.
"Foto dong jawaban lo, udah banyak gitu." Siapa lagi kalau bukan si cunguk yang selalu bodo amat dengan pelajaran matematika?
Ala langsung menyodorkan kertas jawabannya, ketika Bu Aini sedang sibuk sendiri.
Dalam hitungan nanosekon, Ezra langsung cepat-cepat mengambil foto dari jawaban Ala. Ezra buru-buru melihat hasilnya, dan langsung menggerutu ketika ekspetasinya tidak sesuai dengan realita. "Blur, najis. Gak ikhlas lo, ya? Siniin lagi, ah."
Ala yang baru sedetik menaruh kertas jawabannya diatas meja, kembali menyodorkan kertas jawabannya lagi.
"Nah, gitu dong. Makasih, sayang."
Ala langsung menendang kaki Ezra yang berada tidak jauh darinya, ketika mendengar panggilan yang menurutnya absurd itu. Membuat Ezra meringis, lalu mengumpat sebal.
"Sayang-sayang, emak lo mainan layang-layang! Kalau lagi ada maunya aja baik banget."
Bu Aini langsung mendongak kala mendengar adanya kegaduhan dari bangku di barisan belakang. Kemudian, suaranya langsung menggelegar bak petir yang menyambar di siang bolong.
"YANG DIBELAKANG NGAPAIN ITU BERISIK? KALIAN BERTUKAR JAWABAN YA?!"
Seluruh siswa pasti tau, yang dimaksud oleh guru matematika itu pasti Ezra dan Ala. Pasalnya, hanya Ezra yang berani meminta jawaban kepada Ala disaat ulangan matematika, dan hanya Ala yang berani menendang kaki Ezra ketika ulangan matematika berlangsung.
Keduanya langsung terdiam. Yang satunya sedang sibuk menghitung limit fungsi, satunya lagi sedang menyalin jawaban dari foto.
---
Ketika ulangan matematika telah selesai, kembalilah keadaan kelas seperti semula. Pasar malam. Burung-burung pun mulai berkicau kembali.
"Anjir, itu harusnya gue sembilan dikali delapan, terus dikali tujuh. Ah gue salah."
"ANJRIT, gue yang limit jawabannya salah lagi."
"YaAllah masa iya gue remed mulu tiap matematika?"
"Kawinin hayati, bang. Hayati sudah lelah dengan matematika."
Ezra baru sadar bahwa jawabannya tadi sempat diganti, karena ia tidak begitu yakin dengan jawaban Ala.
"Sya, anying. Salah dah gue. Tadi mana segala pake gue ganti itu jawaban. Ah, remed matematika mulu, deh."
Ala hanya menanggapi ocehan Ezra dengan senyuman tipis di bibirnya. Ezra yang melihat senyuman itu, sempat terdiam sejenak, sebelum akhirnya.. dia menyanyikan satu lagu dengan gaya seperti seseorang sedang menahan sakit di kepala, yang menurut Ala, aneh.
"Pusing pala Alla, pala Alla~"
Kontan, Ala tertawa ngakak. Sampai-sampai, dirinya hampir menggigit jarinya, karena saking ngakaknya.
Ternyata, tidak hanya Ala yang mendengar nyanyian aneh dari Ezra. Beberapa temannya, seperti Arsha, Bian, dan Arzan, langsung melemparkan pandangan itu-orang-lagi-kenapa kepada Ala.
"Aneh lo dasar jayus. Gak lucu, sumpah." ujar Ala ketika tawanya sudah reda.
"Pelawak lo emang, hebat sekali. Sampai gue gak bisa ketawa sama sekali," sindir Bian, lalu kembali mengobrol bersama Arsha.
"Jayus-jayus gini, ganteng, 'kan?" goda Ezra dengan nada centilnya, yang membuat Ala jijik.
"Gue kadang bingung, kok anak-anak pada bilang lo ganteng? Bahkan gue yang dari kecil tau lo aja gak pernah bilang lo ganteng, sekalinya pada bilang lo mirip Cody Simpson. Dih, gue mah ogah bilang gitu."
Curcolan Ala membuat Ezra agak kaget, tetapi secepat mungkin dia mengganti ekspresinya dengan wajah sok cool. Dia sangat mengenal Ala. Ala yang tidak pernah mau mengakui bahwa cowok itu ganteng. Di mata Ala, Ezra terlihat biasa saja, karena Ala pun sudah mengetahui aib-aibnya sejak kecil.
"Ntar gue sendiri yang bakalan bikin lo ngakuin kalau gue ganteng," tandas Ezra. Ala hanya bisa geleng-geleng.
Emang lo gak ganteng, monge. Mendingan gue sama Dylan O'Brien, deh, batin Ala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something and Nothing
Teen FictionBagaimana jika aku menganggapmu lebih dari something, sedangkan kamu bertindak seolah-olah aku itu nothing? cover made by: pizzajunkie Copyright © 2015 by yasmin