a.n.
typo(s) are exist
btw
ukk tinggal sehari lg YAAZZ---
Ala merasakan pening yang menjalar di kepalanya saat di tengah-tengah pelajaran. Entah kenapa, kejadian kemarin sore ketika Ezra ke rumahnya, selalu berputar di kepalanya. Semenjak Ezra mengakui itu, segalanya berubah. Mereka--tepatnya Ala--menjadi dingin terhadap satu sama lain, bahkan mengalahi dinginnya es batu. Ala memang sengaja menjauhkan diri, untuk menenangkan pikirannya.
"Sya, noh ada pacar lo nungguin di bawah," ucap seseorang yang berada di depan pintu kamar Ala, dan sudah pasti dapat ditebak itu siapa.
Ala langsung menuruni anak tangga yang berada di depan kamarnya, setelah sebelumnya menggerutu sebal, "Pantat lo pacar," yang seketika dibalas dengan perkataan jayus dari kakaknya, "Pantat gue punya pacar? Ha?" dan Ala pun sama sekali tidak ada niatan untuk membalasnya.
"Ada apa?" tanya Ala to the point, karena sedang malas untuk berbasa-basi. Kejadian yang baru-baru ini terjadi kepadanya, telah membuat pikirannya seperti sedang dilanda angin muson barat, yang mengandung banyak uap air, sehingga menghasilkan musim hujan di Indonesia.
"Nyontek pr matematika," jawab Ezra datar. "Gue beloman sama sekali."
Ala yang sudah mengerjakan, sempat menghilang sejenak untuk mengambil buku catatannya, lalu kembali lagi. Ala meletakkannya begitu saja, tanpa perlu repot-repot untuk mengomeli cowok itu. Ezra langsung menyambut buku catatannya dengan mata yang berbinar-binar, dan segera menyalinnya.
Beruntung, Ala membawa serta ponselnya ketika keluar kamar--karena takut dilihat-lihat isinya oleh Dendra--, jadi dia tidak perlu mati kebosanan karena sikap Ezra yang sedaritadi cenderung tidak banyak berceloteh. Sampai akhirnya..
"Sya."
Ala langsung menoleh, ketika merasa bahwa ada yang memanggilnya. "Kenapa? Gak jelas ya tulisannya? Maaf ya," Ala langsung kembali memperhatikan ponselnya, seakan-akan Ezra sedang tidak ada disitu.
"Fasya," panggil Ezra lagi, yang menyadari bahwa dirinya saat ini sedang diacuhkan oleh Ala.
Yang dipanggil pun tidak menyahut, membuat Ezra kesal setengah mati. "Fasya, lo tau, kan, kalau gue orangnya paling gak suka didiemin gini," keluh Ezra. Ala hanya melirik sejenak, lalu kembali asik dengan dunia barunya.
Ezra yang sudah merasa jengkel dengan sikap Ala, langsung merebut salah satu barang yang menurut Ala termasuk ke dalam kategori 'penting'.
"Apa-apaan, sih?!" sergah Ala ketika ponselnya diambil paksa oleh Ezra.
"Ya lo yang apa-apaan?! Dari tadi gue didiemin gitu aja!" bentak Ezra yang dari tadi sudah berusaha memendam kekesalannya, namun usahanya gagal.
"Berisik lo. Lagian, mau ngomongin apa, sih?! Tentang Kalila, hah?" ujar Ala sinis.
"Apaan? Gue aja gak deket sama dia. Lo kali tuh, sama Fazi," kilah Ezra, yang sudah mulai tersulut emosinya.
"Look who's talking. Lo pikir, gue gak tau? Lo lagi deket sama dia? Bahkan, waktu itu lo segala pake pelukan sama dia," sindir Ala telak.
"HA! You're jealous, aren't you?" balas Ezra santai, dan kini keduanya pun sama-sama kalah telak.
"Ya enggak lah, mikir sejuta kali dulu dah," Ala langsung membuang mukanya. "Pulang lo sana, gak usah nyalin pr gue. Sepet gue liat lo."
Sedikit banyak, Ezra menyadari bahwa sikap Ala akhir-akhir ini yang agak berubah, ternyata dikarenakan kejadian waktu mereka pergi bersama. Yang berakhir dengan Ala pulang terlebih dahulu.
"Sya. Mau pernyataan jujur atau bohong?"
"Ya jujur, lah," jawab Ala ketus, yang masih membuang muka ke arah lain.
"Lo tuh, perempuan yang paling gue sayang, setelah Bunda sama Kak Audrey," tutur Ezra jujur.
Ala tidak bergeming dari tempatnya. Dia tau bahwa ini hanya akal-akalan dari cowok itu saja agar Ala tidak ngambek lagi kepadanya.
"Ngomong sama rumput sono," sambar Ala kesal. "Ngomong aja kayak gitu sama Kalila, jangan sama gue."
Ala hendak pergi menuju kamarnya, jika saja Ezra tidak menariknya untuk duduk kembali.
"Apaan--" ucapannya terpotong ketika Ezra malah menciumnya sekilas. Ala sempat membeku sejenak, sebelum akhirnya tersadar. "--sih?"
"Gue sayang sama lo. Kenapa lo gak pernah sadar akan hal itu?" tanya Ezra pelan. Ala sempat terpaku ketika mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Ezra.
"Ngomong sama rumput sono, gue bilang."
"Gue ngelarang lo buat deket sama cowok lain, karena gue gak mau lo jadi menjauh dari gue. Gue gak bisa jauh-jauh dari lo," terang Ezra, sambil menatap Ala tepat di manik mata. Ala yang dilihat seperti itu, seketika merasa salting sendiri.
"Pantat. Ngomong aja sama tembok. Berapa cewek yang udah lo gituin? Ha?" umpat Ala refleks, membuat Ezra kembali tersulut emosinya. Tetapi, sebisa mungkin Ezra meredam emosinya.
"Baru lo doang yang gue gituin. Satisfied enough?"
"Ha. Bullshit." maki Ala yang sudah terlanjur sakit hati akan sikap Ezra kepadanya. "Gue mau tidur. Anggep aja percakapan ini gak pernah ada."
Sore itu, Ala buru-buru meninggalkan Ezra begitu saja, karena tidak sanggup menahan air mata yang hampir jatuh. Ezra hanya terpaku menatap kepergian Ala, tanpa berusaha untuk menarik Ala kembali.
Dan, tiba-tiba, semuanya gelap. Samar-samar, Ala mendengar suara seseorang yang akhir-akhir ini sedang dijauhinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something and Nothing
Teen FictionBagaimana jika aku menganggapmu lebih dari something, sedangkan kamu bertindak seolah-olah aku itu nothing? cover made by: pizzajunkie Copyright © 2015 by yasmin