Hari minggu siang. Ala terbangun dari tidurnya. Di kasur. Ia pun bingung. Pasalnya, Ala terakhir tertidur di ruang keluarga. Dan sekarang, ia sudah berada di kasur.
"Ini siapa yang gendong gue ke kamar, dah?" tanya Ala kepada dirinya sendiri.
Tak lama setelah Ala terbangun, Dendra yang sudah rapi, masuk ke kamarnya.
"Dek, mau jalan gak?" tanyanya sambil duduk di sisi kasur Ala.
"Kemana? Kalau disuruh nemenin lo pacaran doang, ogah. Mending tidur lagi, gue. Bye," jawab Ala yang kembali menelengkupkan dirinya dibalik selimut.
"Yaelah, kaga. Hari ini full, buat nemenin lo, dah."
Ala yang sudah mengetahui, jika kakaknya tiba-tiba memaksanya jalan, pasti sedang ada masalah. Dan kakaknya itu sedang membutuhkan orang untuk bercerita.
Ala pun melunak. Ia rela mengalah tidak menghabiskan hari minggu di kasur tercintanya, demi kakaknya.
"Kemana? Kalau makan doang di FJ ON 7 doang abis itu pulang, ogah."
Bm banget, memang.
"PIM. Ayolah, temenin gue. Lo mau belanja juga silahkan," ujar Dendra sambil menyibakkan selimut yang menutupi seluruh tubuh Ala.
1 detik..
2 detik..
3 detik..
"OK GUE MANDI DULU. TUNGGUIN DILUAR, JANGAN DI KAMAR," teriak Ala heboh, seketika ia ngibrit ke kamar mandi.
"Ya Allah, gue punya adek kok gini banget sih?"
---
"Jadi, ada apa nih?" tanya Ala kepo.
"Belom juga mesen, buset dah," jawab Dendra sambil membolak-balikkan menu yang ada di tangannya.
Karena Dendra yang mengajaknya jalan, pilihan restoran dimana mereka akan makan pun jatuh di tangan Ala. Dan Ala memilih untuk makan di Monolog.
Kalau dibayarin Dendra mah, makan yang mahal juga bodoamat, itu motto yang selalu melekat di diri Ala.
Pembajakkan terhadap kakak sendiri, memang. Dendranya sih santai aja, karena ia tahu resiko ketika mengajak adek satu-satunya yang paling ia sayang itu.
"Crème caramel with crush almond, sama Frozen chocolate nutella, satu. Lo apaan, Kak?"
"Gue Beef taco loco, sama Black coffee, satu."
Setelah memesan makanan, Ala kembali menanyakkan hal yang sama kepada Dendra.
"Jadi tuh, gue kemaren jumat kan lagi jalan gitu kan sama temen-temen gue. Nah disitu gue ngajak Dinda kan, pas gue ngajak, dia bilang kalau dia lagi sakit perut. Yaudah tuh kan gue gak ngajak dia. Eh anjir tau gak sih, pas gue lagi di kokas sama temen-temen gue, gue ngeliat Dinda, anying. Lagi sama cowok lain. Tapi ya gak gue samperin, lah ya. Gue mah tau diri aja. Ntar dia bakal jujur sendiri, pasti. Bangsat banget, najis. Ish kesel banget," cerita Dendra menggebu-gebu, saking kesalnya saat mengingat kejadian itu.
"Kayak cewek banget lo, Kak. Najis dah. Ini Radendra Rasyanza kakak gue, apa bukan dah?" komentar Ala sambil menahan tawa ketika mengingat muka kakaknya saat menceritakan kekesalannya itu.
"Anjing. Orang lagi kesel, juga. Tai lo, Sya. Dari sekian komentar yang bisa lo keluarin, lo cuma komentar kayak gitu?" jawab Dendra jutek, karena udah baper maksimal terhadap adek kesayangannya itu.
Ala yang berniat untuk tertawa ngakak pun akhirnya mengurungkan niatnya, kala ia melihat kakaknya mendadak jadi baper.
"Idih. Baper banget, Kak. Kayak cewek lo kalau lagi kesel, maaf elah. Bercanda, oke? Damai, ya?" rayu Ala yang sudah memasang tampang puppy eyesnya.
Dendra yang paling tidak tahan dengan tampang puppy eyes Ala, hanya menjawabnya dengan gumaman.
Ala yang orangnya open-minded, mulai memberi saran. "Yaudah sih, Kak. Lo jangan berpikiran negatif gitu, lah. Coba nanti tanya baik-baik sama Kak Dinda. Pasti doi mau ngejelasin dah, kalau aja lo nanyanya gak pake emosi. Inget, kontrol emosi. Jangan baper duluan sebelum dia ngejelasin."
Dendra menanggapinya dengan helaan nafas. "Gue cuma takut, dia ninggalin gue gitu aja, Sya. Lo tau kan betapa gue sayangnya sama dia?"
"Kaga, elah. Percaya deh sama gue. Pikir positif."
---
a.n.
agak gajelas ya ehe ini bikinnya dikala pusing ketika menghafal filum-filum pterydophyta dll. maafkan jika hasilnya tidak maksimal, yha. bhayyy
KAMU SEDANG MEMBACA
Something and Nothing
Teen FictionBagaimana jika aku menganggapmu lebih dari something, sedangkan kamu bertindak seolah-olah aku itu nothing? cover made by: pizzajunkie Copyright © 2015 by yasmin