"Sha, lo jangan kaget ya. Gue mau cerita nih," ujar Ala ketika free class di kelasnya sedang berlangsung. Pasalnya, guru matematika yang terkenal killer ini tidak masuk. Keadaan itu membuat kelas Ala yang tadinya sudah tegang-tegang-maksiat, menjadi heboh seketika.
"Sha, ngadep gue kali. Mau cerita ini," Arsha yang mendengar sahabatnya merajuk, segera menghadapkan muka ke Ala.
"Cerita apaan, sih? Serius amat mukanya, sist," celetuk Arsha sambil terkekeh ketika melihat wajah serius Ala.
"Jadi, gue kan kemaren minggu jalan ke PIM sama kakak gue. Pas gue lagi di Pull&Bear, gue ketemu Devan, anjir. Terus, dia mana kenal gitu lagi sama kakak gue. Kakak gue malah nanggepinnya dingin gitu. Anying, udah gitu pas dirumah, dia make nge-chat gue segala nanya-nanya lagi apa udah makan apa belom gitu-gitu. Najong," jelas Ala panjang lebar.
Arsha yang sangat mengenal sahabatnya ini, tahu, bahkan sangat tahu, jika Ala sangat risih kalau ditanyai--atau tepatnya diperhatikan seperti itu. Ala orangnya bebas, lebih menyukai action, ketimbang sekedar pertanyaan biasa. Ia lebih suka jika langsung diajak makan tanpa ba-bi-bu, daripada hanya sekedar pertanyaan 'Udah makan?'. Tapi, sifat ini tidak berlaku untuk Ezra. Ezra yang sudah sangat mengenal Ala, melebihi Arsha, malah selalu memberikan perhatian seperti ini kepadanya. Dan Ala tidak risih sama sekali.
"Block aja, kali. Gue tau lo risih, La," komentar Arsha sambil memakan roti yang merupakan bekalnya dari rumah.
"Gak enak, kakak kelas soalnya. Mau diapain gue?" jawab Ala.
Dan, jangan melupakan satu fakta yang menyatakan bahwa Ala orangnya tidak enakkan. Selalu memikirkan perasaan orang lain.
Arsha yang mendengar jawaban Ala, kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. "Giliran Ezra yang merhatiin, kok gak risih sama sekali?"
"Beda, elah. Jangan disamain. Btw, jangan bilang ke siapa-siapa ya yang tadi gue cerita. Ezra gak suka kalau gue deket sama Devan soalnya."
"Itu ada Ezra di samping lo, dool." Arsha menjawab tanpa suara. Sedari tadi, memang Arsha duduk di depan ketika Ala menceritakan kejadian itu kepadanya.
"Apaan si? Lo ngomong apaan?" tanya Ala sambil tetap memainkan pulpen yang ada di tangannya.
"Itu ada Ezra, goblok."
"Ezra 'kan masih main sama anak-anak cowo dibelakang, bego. Lo ngomong jangan gak pake suara, gak ngerti gue bahasa verbal." Bantah Ala yang masih tetap dalam keadaan santainya.
"Apaan? Gue disini daritadi," sahut Ezra tidak kalah santainya.
"Tolol, sih," celetuk Arsha sambil kembali menoleh ke depan.
Ala yang masih tidak menyadari bahwa Ezra ada di sebelahnya pun, hanya terdiam.
"HAH? DARITADI LO DISINI?!" sembur Ala secara tiba-tiba.
"Gak. Gue disini dari jaman jahiliyah," jawab Ezra jutek.
Mati aja gue mati, batin Ala.
Keduanya pun sama-sama terdiam.
---
Dan kejadian beberapa waktu yang lalu pun terulang lagi.
"Zra."
Yang dipanggil hanya diam.
"Ezra."
Sampe gak jawab, bodoamat gak peduli gue, batin Ala yang sudah dongkol duluan jika harus berhadapan oleh sifat baper dari Ezra ini.
"Zra, Ya Allah baper banget sih jadi cowo. Perasaan gue yang cewe aja gak baper-baper amat kayaknya," rutuk Ala gemas.
"Gue gak bakalan baper kalau bukan karena gue sayang sama lo," tandas Ezra dingin.
Kemudian, dia pergi begitu saja. Meninggalkan Ala yang sedang dalam keadaan kaget setengah jidat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something and Nothing
Teen FictionBagaimana jika aku menganggapmu lebih dari something, sedangkan kamu bertindak seolah-olah aku itu nothing? cover made by: pizzajunkie Copyright © 2015 by yasmin