"Cie, kemaren abis belajar bareng Ezra ya," goda Arsha ketika Ala baru duduk di kursinya, yang notabene merupakan sahabat Ala semenjak SMA.
"Lah, tau dari siapa lo. Orang kan gue gak cerita ke siapa-siapa," balas Ala kalem.
"Lah itu, liat di snapchat Ezra. Emang lo gak liat?"
"Di snapchat dia ada apaan?"
"Liat aja sendiri."
Ala segera membuka aplikasi yang bernama snapchat itu di ponselnya. Betapa kagetnya Ala, melihat video yang berada di snapchat Ezra yang bertuliskan "serius banget ngajarinnya, bu". Ya, itu video dirinya yang sedang memberikan penjelasan tentang materi yang kemarin dibahas.
"Anjing nih emang, iseng banget dah," umpat Ala berapi-api.
Arsha yang tadinya ingin membalas perkataan Ala, mengurungkan niatnya karena Ezra yang ingin duduk di kursinya.
"Pagi-pagi gak boleh ngomong kasar," celetuk Ezra sambil memainkan benda persegi panjang berwarna hitam, yang tidak tahu disengaja atau tidak, persis seperti kepunyaan Ala yang saat ini sedang dimainkan oleh si empunya.
Ala yang mendengar suara Ezra pun langsung berbalik menghadapnya, "Lo jangan sembarangan masukkin video di snapchat, elah. Apus dong, malu gue."
Ezra yang disuruh menghapus snapchatnya, malah bertanya "Malu kenapa?"
"Gue. Gak. Suka. Di. Foto. Please, apus," rajuk Ala. Ya ampun, sejak kapan seorang Shalana Fasya merajuk? Kepada Ezra?
"Kenapa harus malu?" tanya Ezra lagi, tidak memperdulikan permintaan Ala.
"Ya gue gak suka aja di foto," jawab Ala sebal.
"Kenapa harus malu, sih? Lo cantik, Sya," ucap Ezra sambil diam-diam mengambil foto Ala yang sedang melihat ke arah jendela. Sebelum Ala sadar, ia segera memasukkan ponselnya ke dalam kantong.
Kesambet apaan nih seorang Ezra Athalla bilang gue cantik, batin Ala yang langsung membuang muka ke arah jendela.
"Gombal lo najis, gak mutu. Gue udah kebal sama gombalan macem itu," respon Ala datar.
Ezra yang mendengar respon datar dari Ala pun langsung berkata, "Gombal apasih, Sya? Tanpa lo sadari, orang-orang tuh banyak yang diem-diem menaruh hati sama lo. Cuma, lo-nya aja yang gak peka."
"Sok tau lo, najis. Sejak kapan Ezra Athalla jadi cenayang?"
"Ih, gue serius dibilang sok tau. Kalau gue isengin mulu, bawel. Gue seriusin ntar taunya cuma iseng, baper aja lo."
"Kata-katanya tajem amat, mas. Berasa ditusuk-tusuk pake tusuk gigi."
---
Gue seriusin ntar taunya cuma iseng, baper aja lo. Kalimat itu seketika terngiang-ngiang di pikiran Ala, selama belajar di kelas. Saking pusingnya memikirkan kalimat yang diutarakan oleh Ezra, ia pun memutuskan untuk pergi ke kantin.
Entah karena sedang bengong atau memang tidak memperhatikan jalan, Ala malah menabrak orang yang jalan berlawanan arah dengannya. Membuat Ala yang sedang enak-enak bengong, terjatuh.
Orang yang ditabrak Ala pun refleks melihat kebawah, melihat Ala yang terjatuh.
"Aduh, maaf ya. Gue gak sengaja," kata orang itu sambil mengulurkan tangannya.
"Eh, harusnya gue yang minta maaf. Gara-gara gue keasikkan bengong, jadinya nabrak lo. Maaf ya," balas Ala yang malu karena ternyata ia menabrak kakak kelasnya.
"Duh, kok kita jadi minta maaf gini ya. Berasa lagi lebaran gue."
Ala yang was-was takut dilabrak karena ia menabrak kakak kelas pun berterus terang, "serius, kak. Maaf ya, gak sengaja sumpah."
"Aduh, iya selo aja kali. Takut banget dilabrak ya?" kekehnya yang setelahnya malah berjalan disamping Ala.
"Ya, gitu deh," jawab Ala tanpa minat.
"Eh, nama lo siapa?" tanya kakak kelas itu.
"Ala, Kak."
"Gue Devan, salam kenal. Oh, iya. Gue mau ke kelas dulu ya. Bye, Ala." kata Devan sambil berbelok menuju arah kelasnya, senyum lebar masih tercetak di wajahnya.
Ala gugup, jadi ia hanya menjawab, "i-iya.""
Sebelum memasuki kelasnya, Devan menengok sebentar kepadanya, "Ala, jangan bengong lagi. Nanti kalau nabrak, ribet."
"Anjrit. Iya, elah."
Tanpa disadari, ada seseorang yang melihat kejadian itu sambil menahan amarahnya.
---
Ala memasuki kelasnya sambil membawa makanan ringan dan minuman yang ia beli tadi di kantin.
"CIE ALANA NABRAK KAKAK KELAS."
"ALANA, ITU EZRANYA MAU DIKEMANAIN?"
"ALA, EZRA GALAU TUH GARA-GARA LIAT LO JALAN SAMA KAKAK KELAS."
Kicauan anak-anak kelasan XI-IPS 2 pun terdengar. Ala hanya menanggapinya dengan diam seribu bahasa. Karena menurutnya, itu adalah cara paling ampuh jika sedang malas menjawab perkataan teman-temannya.
Ala segera menempati kursinya, lalu segera memakan makanan yang tadi ia beli.
"La," panggil Arsha yang secara tiba-tiba sudah menduduki kursi Ezra.
"Hmm," jawab Ala sambil tetap fokus memakan makanannya.
"La, masa tadi ya.. Dengerin gue cerita," pinta Arsha.
Kalau sudah seperti ini, tandanya Ala tidak bisa menunda permintaan Arsha.
"Iya, apaan?" tanya Ala langsung.
"Tadi, Ezra tuh liat lo jatuh gara-gara nabrak kakak kelas. Tadinya, dia mau nolongin gitu, tapi gajadi gara-gara kak Devan udah keburu nolongin lo duluan. Abis itu, dia ngikutin lo juga waktu jalan sama kak Devan. Eh tiba-tiba, dia balik ke kelas dengan air muka yang gak bisa ditebak. Kalo feeling gue sih bilang, dia cemburu," jelas Arsha panjang lebar.
Ala yang sedikit kaget-tapi bodoamat-mendengar cerita Arsha, hanya membalas, "yakali cemburu, lo tau sendiri kan gue selama ini kayak kucing dan anjing kalau lagi sama dia. Ngaco aja, sih."
Arsha yang mendengar penuturan Ala, menghela nafas, "Terserah deh, gue cuma mau ngasitau itu aja. Terserah lo mau percaya atau enggak. Btw, bagi satu ya makanan lo. Bye."
KAMU SEDANG MEMBACA
Something and Nothing
Teen FictionBagaimana jika aku menganggapmu lebih dari something, sedangkan kamu bertindak seolah-olah aku itu nothing? cover made by: pizzajunkie Copyright © 2015 by yasmin