Ala dan Dendra sedang asik mengitari Pull&Bear, ketika seseorang ada yang memanggilnya.
Ala yang berniat membeli sweater dan sedang labil mau memilih yang mana, segera pergi menuju bagian dimana Dendra berada.
"Kak, menurut lo mendingan yang-" pembicaraan Ala dengan Dendra pun terhenti, kala melihat Devan yang tiba-tiba datang menuju arah mereka.
"Hai, La. Ternyata, gue gak salah liat ya tadi. Sangkain tadi Raisa, taunya lo," ucap Devan sambil tersenyum manis.
Ala yang mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Devan pun, mau tidak mau, tersenyum. "Sa ae."
"Sama siapa, La?" tanya Devan sambil mencoba membuka pembicaraan.
"Kakak gue. Kak, kenalin, ini Kak Devan. Kak Devan, kenalin, ini Kak Dendra."
Dendra agak kaget ketika melihat Devan yang sekarang akrab dengan adeknya. Ia pun menjabat tangan Devan sambil tersenyum tipis.
"Radendra Rasyanza? Kapten basketnya SMA Cendekia? Angkatan 2012?" tanya Devan bertubi-tubi.
Dendra yang baru pulih dari kekagetannya, hanya menjawab sambil tersenyum tipis. "Buset, satu-satu aja kali nanyanya. Iya, gue angkatan 2012."
Ngomong-ngomong, SMA Dendra yang dulu itu adalah SMA yang sekarang ditempati oleh Ala. Kebanyakkan orang tidak tahu bahwa Ala adalah adek dari Dendra yang notabene merupakan kapten basket angkatan 2012. Sengaja seperti itu, karena ia tidak mau orang-orang bergaul dengannya hanya karena dia adalah adek dari Dendra yang dulunya merupakan pentolan angkatan ketika SMA.
"Lah, La. Gue baru tau kalau lo itu adeknya Kak Dendra," komentar Devan sambil menatap Ala.
Ala hanya menjawab dengan kekehan, "ya gitu, deh. Kak Dendra, gue mau beli yang ijo tosca aja ah. Gue ke kasir duluan, ya,"
Dendra hanya mengangguk. Lalu, ia kembali mengobrol dengan Devan.
"Iya, sengaja dia nutupin hal itu. Dia gak mau orang-orang temenan sama dia cuma gara-gara kakaknya yang dulu merupakan kapten basket ketika SMA. Padahal, orang-orang di sekolah banyak yang bilang kalau kita itu mirip, tapi ya dasarnya batu sih. Dia tetep aja bilang kalau dia bukan adek gue. Yaudahlah, iyain aja biar gampang," jelas Dendra panjang lebar.
Devan yang mendengar penjelasan Dendra, mengangguk, menandakan bahwa ia mengerti maksud dari pembicaraan ini.
"Oh, iya. Apa kabar Cendekia sekarang? Basketnya gimana nih?" tanya Dendra sambil mengalihkan pembicaraan.
Yang ditanya pun, segera menjawab. "Waduh, kalau menurut gue sih ya. Basketnya jadi agak gimana gitu ya semenjak lo lulus. Jadi ada yang hilang gitu, ea."
Dendra pun terkekeh. "Bisa aja, lo. Oh iya, Dea, si alusan lo itu, apa kabar? Masih deket sama dia?"
"Enggaklah, Kak. Udah lama banget, gila. Gue mah sekarang lagi deket sama seseorang."
"Oh, gitu. Awas aja ya lo sampe mainin adek gue nih, ntar lo lawannya sama gue."
"Waduh, serem ya. Enggak kok, Kak. Tenang aja. Udah alim gue, sekarang."
"Halah, lo kan begitu, Van, dari dulu. Kalau lagi deket sama satu orang, ada aja cadangannya entah dimana."
"Ya ampun. Udah apa, bahasannya masa lalu mulu."
Seketika, pembicaraan antar pria itu pun terhenti, ketika Ala mengajak Dendra untuk berkeliling lagi ke toko-toko yang lain.
"Kak Devan, gue duluan, ya," pamit Ala sebelum meninggalkan Pull&Bear.
"Iya, hati-hati," balas Devan sambil mengacak-acak rambut Ala.
Najis, modus banget dah, batin Dendra.
"Mau keliling kemana lagi?"
---
a.n.
iya tau ini gabanyak. iya tau ini nanggung banget. ini lagi senggang dan saya sudah terlalu pusing belajar biologi. wkwkw maaf ya jika hasilnya kurang memuaskan. heee
KAMU SEDANG MEMBACA
Something and Nothing
Teen FictionBagaimana jika aku menganggapmu lebih dari something, sedangkan kamu bertindak seolah-olah aku itu nothing? cover made by: pizzajunkie Copyright © 2015 by yasmin