Chapter 3 : Tak terduga

4.4K 616 3
                                    

Sejak aku memiliki taman yang sangat luas, aku sering menghabiskan waktuku di sana bersama Clara dan Kak Adolf meskipun kakak jarang datang karena akhir-akhir ini ia mulai berlatih pedang.

"Sangat membosankan," keluhku pada Clara.

"Apa saya perlu meminta koki membuat makanan lagi Yang Mulia?" tanya Clara.

"Tidak, tidak perlu," jawabku, meskipun sebenarnya di dalam benakku saat itu aku ingin berkata ya pada Clara.

Aku bangun dari dudukku dan bermaksud untuk pergi dari taman itu, Clara juga ikut berjalan ke mana pun aku melangkah.

"Ini sedikit aneh, aku menjadi tak terbiasa saat di ikuti olehnya!" pikirku dengan panik.

Aku berjalan semakin cepat dan semakin cepat hingga tak ku sadari aku telah berlari sangat jauh dari jangkauan pandangan Clara.

Aku berhenti dan menatap sekitar, aku kembali merasa aneh sekaligus kebingungan sembari bertanya-tanya ... di mana aku sekarang? Apa aku berlari terlalu jauh?

"Ini gawat!! Aku akan dikuliti hidup-hidup oleh kakakku!!" Aku memekik dalam hatiku.

Rasa takut dan panik mulai menjalar ke seluruh tubuhku secara merata, aku mulai berjalan dengan langkah ragu dan rasa takut yang luar biasa. Aku merogoh sakuku dan mengambil kantung kecil berisi cokelat untuk menenangkan diriku, itu sedikit bekerja untuk waktu yang cukup singkat.

"Tenangkan dirimu, ini hanya tersesat!" pikirku berusaha tenang.

Aku menaiki sebuah tangga dan terus berjalan tanpa tahu di mana aku berada, hingga aku mendengar seseorang tengah berbicara di balik sebuah pintu.

Aku mengenali suara itu!

"Meskipun Anda berkata seperti itu, dia tetap anggota keluarga kita!" ujar kakak dengan nada tinggi.

Aku berjalan mengendap-endap dan berusaha untuk mengintip namun pintu itu terbuka dan membuatku terkejut. Untung saja aku tak ketahuan!

Aku melihat kakakku pergi tanpa menyadari keberadaanku, aku juga menduga-duga dengan siapa ia baru saja bicara.

"Mungkinkah itu salah satu anggota keluarga kerajaan?" pikirku.

Aku menutup mataku dan terus berpikir sampai aku tak menyadari kakiku sudah tak menapakki lantai lagi, aku tak terbang tapi sepertinya seseorang mengangkatku seperti seekor kucing.

Aku menatapnya dengan terkejut atau mungkin lebih tepatnya aku menatapnya dengan terpesona, ukiran wajah yang pria itu miliki melebihi kata tampan yang pernah ku lihat saat masih hidup bahkan pemeran dia komik saja tak setampan ini.

"Siapa kau?" tanya pria itu dengan wajah datar.

Aku tak bisa menjawab dan hanya menatap wajah datarnya, jika dilihat dengan teliti aku pikir kami memiliki beberapa kesamaan terutama pada bagian mata yang terlihat seperti sebuah berlian.

"Yang Mulia!!" panggil seseorang.

Seorang pria yang tak kalah tampannya datang dan menatap terkejut padaku, berbeda dengan pria di depanku yang berekspresi datar seperti papan.

"Alger, sepertinya dia penyusup, habisi saja dia!" titah pria berwajah datar sembari melemparku.

Pria yang dipanggil Alger itu menangkapku ke dalam pelukannya dan memperlihatkan ekspresi khawatir yang berlebihan.

"Tunggu Yang Mulia! Aku pikir dia adalah Tuan Putri Cornelia, mungkin dia hanya tersesat saat bermain," ujar Alger mencoba melindungiku.

"Dia putriku?" tanya pria berwajah datar itu.

Aku membeku seketika, aku merasa saat ini nyawaku terancam layaknya kelinci yang akan diterkam oleh predator ganas nan menyeramkan.

Ini mengejutkan! Bukankah seharusnya Cornelia bertemu dengan ayahnya di usianya yang kesepuluh tahun?! Aku mendahului tujuh tahun dari alur novel aslinya! Apa itu akan berdampak buruk?!

"Dia terlihat begitu kecil," ujarnya.

Aku kembali melihatnya, tatapan yang sama seperti tatapan kak Adolf saat aku pertama kali datang ke dunia ini. Apa keluarga ini benar-benar baik-baik saja? Entah kenapa aku tak begitu yakin dengan itu.

Yang aku tahu adalah bahwa di novelnya, ayah dari Cornelia bernama Darien Celeste Aloysius atau lebih dikenal sebagai "Ksatria Berdarah Dingin". Ia banyak memenangkan perang dan menjadi seorang Kaisar di usia muda. Tak banyak juga bagian cerita yang berfokus padanya selain kisahnya bersama Chelsea dan Cornelia.

Tapi ini adalah waktu yang terlalu awal bagiku untuk bertemu dengannya, apa aku akan selamat atau malah semakin dekat ke dalam jurang kematian?

"Ayah ...?" ucapku secara refleks.

Pria yang ku sebut ayah itu terlihat menunjukkan sedikit ekspresi terkejut namun itu segera hilang dalam waktu yang cepat.

"Alger! Bawa dia kembali ke kastilnya kemudian temui aku setelahnya," titahnya lagi.

"Baik Yang Mulia!" jawab Alger dengan penuh semangat.

Alger membawaku pergi menjauh sementara pria yang kuduga adalah ayahku itu masih menatap kepergian kami untuk beberapa saat dan pergi.

"Bagaimana Anda bisa tersesat sampai kemari Yang Mulia?" tanya pria yang tengah menggendongku itu.

"Aku hanya berlari dari Clara dan kemudian sudah sampai di sini," jawabku jujur.

"Clara? Apa dia seorang pelayan?" tanya Alger.

"Daripada ku sebut pelayan, mungkin akan lebih nyaman jika menyebutnya seorang teman," jawabku.

"Ngomong-ngomong nama saya Alger Celeste," ujarnya memperkenalkan diri.

"Seorang pengawal yang memiliki akhir nama sama dengan Kaisar ya, apa dia juga anggota keluarga kerajaan?" pikirku.

"Jika Anda ingin tahu ... saya adalah sepupu Yang Mulia Kaisar tapi Anda bisa memanggil nama saya sesuka Anda," tambah Alger.

"Alger ... kenapa kau menjadi seorang pengawal?" tanyaku penasaran.

"Ini adalah suatu kehormatan bisa menjadi seorang pengawal pribadi Yang Mulia Kaisar, karena saya tak bisa mengurus urusan kerajaan sepertinya maka saya menjadi orang yang menjaga keselamatannya," jawab Alger.

Mungkin lebih tepatnya dia lebih memilih menjaga keselamatan keluarganya daripada memiliki sebuah jabatan dan bekerja sepanjang hari, meskipun keduanya sama-sama bekerja selama 24 jam.

"Aku mengerti, kau menyayanginya melebihi apa pun di dunia ini," ujarku.

"Saya tak pernah melihat seorang Putri seusia Anda yang memahami perasaan seorang pengawal seperti saya," ujar Alger.

Mendengar apa yang paman Cornelia ucapkan, aku sedikit berpikir dan kembali mengingat masa lalu ku. Kehidupanku yang sebelumnya terbilang cukup sulit saat itu, aku bahkan tak ingat kapan terakhir kali aku bisa mendapat perhatian seperti di dunia ini.

"Yang Mulia!!" Clara berlari ke arahku dengan wajah cemas dan khawatir.

"Clara!" Clara segera menarikku dari pangkuan Alger.

"Saya sangat khawatir!" Clara memelukku dengan erat.

"Tidak apa-apa, aku hanya bertemu dengan Ayahku!" ujarku mencoba menenangkan.

Clara terkejut dan memberi tatapan meminta penjelasan pada Alger yang masih berdiri di belakangku dengan tenang.

"Terima kasih Tuan Alger, untuk kedepannya Tuan Putri tidak akan memasuki wilayah Yang Mulia Kaisar lagi," ujar Clara dengan nada ketus.

"Saya ragu akan hal itu, mungkin untuk kedepannya Yang Mulia Kaisar akan mengundang Tuan Putri untuk makan makanan manis di ruang kerjanya," balas Alger dengan nada ketus yang sama.

Aku merasakan hawa dingin yang luar biasa, entah kenapa dua orang di dekatku ini sekarang seakan-akan seperti memperebutkan seekor mangsa yang tak lain adalah diriku.

Asalkan itu tak berarti aku mati muda, aku tak keberatan ... aku rasa.

To Be Continued

Reincarnated as an Evil PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang