Chapter 9 : Kecelakaan

2.2K 308 0
                                    

Saat itu aku tak bisa memikirkan apa pun. Aku tak bisa menggerakkan tubuh dan mengeluarkan suara atas kehendakku sendiri.

Tanganku terangkat begitu saja dan berusaha menggapai Caesar yang masih dikelilingi oleh kepulan asap miliknya sendiri, aku benar-benar tak bisa mengendalikan diriku sendiri.

Seakan-akan pemilik tubuh ini menginginkan sesuatu, dan sesuatu itu adalah ... Caesar.

"Felix ...," panggilku.

Felix? Siapa Felix? Kenapa suaraku memanggil Caesar dengan nama Felix? Apa itu nama aslinya?

Banyak pertanyaan berputar di kepalaku tapi aku tak bisa mengatakannya, tanganku yang berusaha menggapai Caesar gemetar dan berkeringat.

"Felix ...!" panggilku dengan suara yang lebih keras.

Perlahan kepulan asap yang mengelilingi Caesar memudar bersamaan dengan tubuh Caesar yang telah berubah, dia bukan seorang anak laki-laki yang ku kenal selama ini.

Aku melihat seorang pria tampan dengan penampilan sama seperti Caesar, apa ini yang Caesar maksud dengan penampilan aslinya? Aku masih tak bisa mempercayai meskipun mataku melihatnya secara langsung.

Pria yang ku yakini adalah Caesar itu menatapku dengan wajah terkejut, mata biru nya terbelalak dan bibirnya terlihat bergetar seperti tanganku.

"Cor-nelia!" ujarnya dengan bibir bergetar.

Tangannya mencoba meraih tanganku yang gemetar, ia menarikku ke dalam pelukannya. Hangat, hanya itu yang dapat aku rasakan saat ia menggendongku.

Aku berusaha mengendalikan diriku dan mengambil alih tubuhku seperti sebelumnya, seluruh tubuhku seperti boneka tanpa nyawa.

"Cae-sar ...!" panggilku dengan terbata-bata.

"Siapa kau?" tanyanya, "Sejak pertama kali aku melihatmu kau tak lebih dari tubuh tanpa jiwa yang sebenarnya, kenapa kau masuk ke dalam tubuh ini?" tanyanya lagi.

"Dia mengetahuinya?!" pikirku terkejut.

"Memang benar jika secara fisik kau adalah Cornelia Celeste, tapi aku tak yakin apa yang berada di dalam tubuh ini benar-benar dirinya." Tangan Caesar menggapai leherku dan mencekikku dengan sangat kuat membuatku kesulitan bernapas, "Untuk sesaat aku bisa merasakan pemilik jiwa itu kembali, kau cukup hebat bisa membuatnya keluar lagi dengan cepat ya ...," tambahnya.

"Lepas-uhuk! Caesar!!" rintihku kesakitan.

Dia bukan Caesar! Meski aku baru mengenalnya tapi aku tahu jika sejak awal Caesar berniat baik padaku, aku mempercayainya melebihi diriku sendiri tanpa alasan yang ku ketahui.

Aku semakin sulit bernapas, dadaku terasa sakit. Setidaknya aku masih bisa melihat mata biru yang selalu mengikuti gerak-gerikku setiap hari.

Meskipun aku tak bisa mendapatkan kasih sayang seorang ayah dan betapa tak percayanya aku mengetahui ajalku datang lebih awal, aku tak keberatan mati sekarang.

"Cornelia?!" pekik Caesar sembari melepaskan tangannya dari leherku.

Aku terjatuh ke tanah dengan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhku, tubuhku mulai terasa lemas dan semakin kesulitan bernapas.

Aku hanya bisa memikirkan sosok ayahku saat ini. Mendapat keluarga sebaik ini dalam hidupku meski hanya sekali adalah sebuah anugerah terbesar.

"A ... yah," rintihku sebelum pandanganku kabur dan menggelap.

"Cornelia!!" panggil sebuah suara.

Aku bisa mendengar seseorang memanggilku, namun kenapa pandanganku tak memperlihatkan siapa pun?

"Apa yang terjadi padamu?!" tanya seseorang.

"Segera bawa dia ke ruanganku!" titah suara lainnya.

Gelap, dingin dan terasa hampa. Kekosongan ini membuatku ingin mati. Aku lupa, aku sudah mati saat ini. Kehidupan lamaku tak berbeda jauh seperti kondisiku saat ini.

Seorang diri, aku berjalan sendirian di tengah kerumunan orang yang berlalu-lalang. Tak mendapat perhatian dan tersisihkan, aku bagaikan udara yang tak diperhatikan oleh banyak orang.

Bahkan aku tak ingat kapan terakhir kali aku memiliki seseorang di sisiku, seorang ayah dan ibu yang ingin aku milikki telah pergi mendahului diriku sejak aku kecil.

Rasanya melegakan saat mobil itu melempar tubuhku hingga terpental sangat-sangat jauh dari tempatku berpijak sebelumnya, aku juga tak berpikir jika aku akan mendapat kehidupan keduaku.

Tapi saat aku membuka mata, semuanya berbeda. Seorang ayah dan kakak yang menjagaku juga seorang pelayan dan teman yang pertama kali aku dapatkan.

Aku tak menyangka orang yang aku anggap teman saat ini membuatku berada di alam kematian, seorang diri tanpa siapa pun di sisiku.

Apa seseorang akan segera menolongku?

"Sadarlah!" Ah ... aku dapat mendengar seseorang berbicara saat ini.

"Kembalilah!" Suara lainnya semakin terdengar jelas di telingaku.

"Kenapa dia masih belum sadarkan diri?!" Aku semakin mendengar dengan lebih jelas.

Apa aku belum mati?

"Yang Mulia!" Itu suara Alger, aku mengenali suara itu dengan sangat baik.

"Saya mohon, buka mata Anda!" Clara?

Semua orang mengkhawatirkan diriku saat ini, tapi aku tak ingin membuka mataku lagi. Bisakah aku pergi ke tempat yang lebih baik? Aku tak ingin hidup! Lagipula apa yang seorang anak berumur lima tahun sepertiku bisa lakukan? Aku hanya beban bahkan untuk ayahku sendiri.

"Anda harus segera memakan sesuatu Yang Mulia." Itu suara Alger lagi, kenapa dia sangat mengkhawatirkan ayah? Apa ayah sedang sakit? "Tuan Putri tidak akan senang jika dia melihat Anda sakit, apa yang akan Anda katakan pada Tuan Putri tak akan tersampaikan jika Anda tak menjaga kesehatan," ujar Alger lagi.

Apa ini imajinasiku saja atau aku memang mendengar suara mereka karena aku masih hidup? Yah ... apa pun itu aku akan menjalaninya dengan hati yang kuat.

Aku sedikit penasaran dengan apa yang mereka lakukan, bisakah aku mendapat sihir Caesar lagi dan melihat keadaan mereka? Aku tak ingin terjebak di dalam kegelapan selamanya.

Wajah mereka, wajah ayah ... aku merindukannya!

Seperti sebuah sihir, aku bisa melihat bahwa kegelapan yang menyelimutiku perlahan-lahan memudar. Pandanganku menangkap siluet seorang pria dengan surai hitam tengah terduduk lesu di sampingku.

Ia berbalik dan menatapku dengan wajah terkejut. Aku kembali hidup, aku tak tahu jika harapanku akan terkabul secepat itu tapi kali ini aku tak ingin menyesal.

"Ayah ...?" panggilku.

"Kau sudah bangun?!" tanyanya terkejut.

Aku menarik sedikit ujung pakaian ayah dan tersenyum, aku tak tahu bagaimana mengekspresikan betapa bahagianya aku dapat melihat kembali wajah pria yang ku panggil dengan sebutan ayah itu.

Ada yang harus aku lakukan saat ini juga bersamanya, aku tahu dia pasti tak akan menolak karena ...

"Aku ingin memakan sesuatu," pintaku.

"Ayo," ajaknya.

... dia adalah ayahku.

To Be Continued

Reincarnated as an Evil PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang