Bab 40 : Menjemput

220 19 1
                                    

Author PoV

Dengan gaun yang basah dan terkotori oleh lumpur, gadis bersurai putih itu mencoba bangun dengan luka dilututnya. Kereta yang ia pakai untuk mengejar Charles mendadak kehilangan kendali dan mengalami kecelakaan.

Ia mendekati kusir yang terlihat tak sadarkan diri dan mencoba membangunkannya, namun pria itu sama sekali tak merespon seruannya.

"Tidak ... aku harus pergi dari tempat ini sebelum gelap, sebelum Charles menghancurkan segalanya!" Gadis itu berseru pada dirinya sendiri.

Tubuhnya bergetar, kesakitan, dan ketakutan. Namun tidak ada siapa pun yang bisa ia mintai pertolongan di sana, sementara kereta Charles mungkin akan segera mencapai istana.

"Bahkan meski aku berjalan ke istana, siapa yang akan membiarkanku masuk setelah mengirim hadiah-hadiah itu pada Putri Cornelia?" tuturnya kemudian.

Di tengah rasa gelisah itu, Chelsea bersandar di sebuah pohon dan membiarkan hujan membasahi lututnya yang terluka.

"Kenapa kau bersikeras untuk memiliki posisi sang putri?" Sebuah suara terdengar tak jauh dari sana, seorang pria bersurai abu-abu mendekati Chelsea.

"Arthur?!" Chelsea terbelalak ketika melihat saudara kandungnya itu berdiri di sana.

"Sangat aneh mendengarmu memanggilku dengan nama itu ketika kau memaksaku untuk kembali menggunakan gelar pangeran Ectasy," sahut Felix.

Chelsea terdiam, jauh di dalam hatinya ia merasa bersalah. Namun, ia tak bisa menunjukkan perasaan itu apapun alasannya.

"Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kau seharusnya berada di istana dan menarik perhatian Cornelia?!" tanya Chelsea.

"Cornelia tidak akan pernah mencintaiku sekalipun aku memberikan seluruh dunia ini padanya," jawab Felix, "Dan tampaknya ... orang yang merencanakan semua ini juga mulai terpancing pada perasaan yang sama," tambahnya.

"Apa maksudmu?" Chelsea terdiam sejenak sebelum akhirnya mengerti apa maksud dari ucapan Felix, "Charles memiliki perasaan terhadap Cornelia?" tanyanya.

"Ya," jawab Felix.

Chelsea menggenggam tangannya, ia menggertakkan giginya dengan emosi.

"Itu lah alasan mengapa aku begitu tak menyukainya! Sebelumnya kau bertanya mengapa aku begitu menginginkan posisi Cornelia bukan? Aku ingin memiliki segala yang ia miliki!!" Chelsea bangun dari tempatnya bersandar dengan susah payah.

Mata Felix secara langsung menatap lutut Chelsea yang terluka, gaun yang terkoyak itu memperlihatkan sepatunya yang juga terkena darah.

"Kakimu terluka," ujar Felix.

"Ini bukan urusanmu!" Gadis itu berseru dengan suara yang lantang.

"Aku akan mengantarmu pulang." Felix mengulurkan tangannya pada Chelsea, gadis itu mencengkram gaunnya dengan kuat sebelum akhirnya menerima uluran tangan itu.

"Kau juga kehujanan, Felix." Felix tak memberikan respon apapun selain meminta adiknya itu untuk naik ke punggungnya, "Kenapa kau begitu baik padaku?" tambahnya.

"Aku tidak memiliki kewajiban untuk menjawab pertanyaanmu bukan?" Chelsea terdiam, tak ada yang terdengar dari mereka selain deruan napas yang kian terasa hangat di bawah dinginnya hujan.

Felix berhenti tepat di depan sebuah bar tua, terdengar banyak orang yang tengah mengobrol atau berteriak tak jelas karena mabuk.

"Kenapa kita berhenti?" tanya Chelsea.

"Kediaman Duke Earnest masih jauh, sementara langit mulai menggelap, sebaiknya kita berteduh di sini," jawab Felix.

"Di tempat ini? Tapi mereka semua ...." Felix segera memotong ucapan Chelsea.

Reincarnated as an Evil PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang