Chapter 22 : Hadiah Ulang Tahun

737 100 2
                                    

Cahaya matahari yang menyilaukan, dan wangi makanan manis yang menghiasi penciumanku saat ini serta perasaan senang yang tak terbendung saat melihat wajah Ayah di pagi hari.

Ini cukup sulit dijelaskan.

"Selamat pagi Tuan Putri, tampaknya pagi ini Anda sangat senang sekali ya," sapa Alger padaku.

"Selamat pagi Alger!" balasku, "Ini adalah pagi yang indah bukan? Terutama karena Ayah mengundangku sarapan bersama!" ujarku girang.

"Cepatlah makan atau aku akan meninggalkanmu," ujar Ayah dengan ketus.

"Baik!!" sahutku penuh semangat.

"Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Ayah pada Alger.

"Pangeran mahkota tampak lebih baik setelah Anda ... mengobatinya kemarin Yang Mulia," jawab Alger.

Aku berhenti memakan makananku saat itu juga dan menatap wajah Alger dengan terkejut.

Matanya membalas tatapanku dalam sepersekian detik dan berbicara dengan ragu. Mengapa mereka tak memberitahu keadaan kakak padaku sejak kemarin?

"Ini bukan masalah besar, dia hanya tak bisa menahan sihirnya yang meluap," ujar Ayah.

Sihir yang meluap?

Setelah selesai sarapan aku segera pergi ke perpustakaan sendirian dan mencari sebuah buku.

Saat aku melihat buku yang ku inginkan, aku segera mengambilnya dan mulai mencari apa yang Ayah maksud dengan 'sihir yang meluap'.

Aku membuka lembaran demi lembaran kertas tua itu dan mendapatinya, sebuah tulisan-tulisan yang menceritakan tentang Sihir Kuno di Kerajaan Aloysius.

Tertulis bahwa "Terjadinya luapan sihir pada seseorang dapat disebabkan oleh beberapa sebab dan beberapa di antaranya adalah serangan sihir dari seseorang, sihir yang terlalu kuat, serta sebuah benda yang diberi sihir oleh seseorang dengan kekuatan sihir yang sangat kuat.".

Tulisan ini mengingatkanku pada permata yang Arthur bawa pergi semalam, apakah Cornelia dan keluarga Earnest telah memulai rencana mereka dengan menyerang kami di hari yang sama?

Aku tak bisa membiarkan mereka melukai kakak lebih dari ini! Aku harus melakukan sesuatu!

Aku menyimpan buku itu kembali ke tempatnya semula dan pergi menuju menara, tempat di mana Caesar sering menghabiskan waktunya untuk membuat ramuan dan menguji kekuatannya.

"CAESAR!!!" seru dengan sangat keras.

Caesar tampak terkejut dan menjatuhkan botol ramuannya, hingga membuat lantai menara itu berlubang?!

"Kau membuatku terkejut!" balasnya kesal.

"Kau sedang membuat alat pemusnah peradaban ya?" tanyaku bergurau.

Caesar tampak diam dan tak lama setelah itu ia mengangguk.

"Kau benar, ini bisa bermanfaat jika saja terjadi perang di dunia ini bukan? Tenang saja, aku berada di pihakmu! Bahkan hingga aku mati, berhubung aku makhluk yang abadi jadi kau bisa mempercayaiku," jawabnya panjang lebar.

"Sudahi pekerjaan konyolmu ini dan temani aku dan menemui Ayah!" pintaku.

"Mengapa?" tanya Caesar.

"Aku memiliki sebuah permintaan," jawabku.

Caesar menatapku dengan tatapan tajamnya dan hanya berdiri sembari memasukan sebelah tangannya ke dalam sakunya.

Author PoV

Sementara itu, Jack tengah menatap permata hijau yang diberikan oleh Arthur semalam. Dengan sebuah sarung tangan khusus tampaknya permata itu tak berpengaruh padanya sama sekali.

Reincarnated as an Evil PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang