Semenjak hari itu atau tepatnya beberapa bulan yang lalu. Aku tak pernah menemui ayah lagi, kakak juga lebih sering keluar istana untuk berlatih bersama Alger dan beberapa prajurit lainnya. Sementara aku terjebak di dalam ruangan ini dengan rasa bosan yang menjadi-jadi.
Aku tak mendapat izin untuk masuk ke dalam kastil ayah lagi, ini membuatku teringat saat-saat kami pertama kali bertemu. Dia dengan penuh tekad terus berusaha membunuhku secara diam-diam.
Meskipun kemarin dia melempar gelas itu dan menyelamatkanku, itu tak menutup kesalahan bahwa ia sendirilah yang memasukkan racun itu ke dalam gelasku.
"Jika Ayah melempar gelas itu ... bukankah ia berusaha melindungiku?" pikirku dengan sedih.
Aku melangkah keluar dari kamar dan segera mendapat pertanyaan dari prajurit yang berjaga di depan kamarku. "Apa Anda akan pergi keluar Yang Mulia?" tanyanya.
"Iya, jadi jangan ikuti aku," jawabku ketus.
"Tapi Yang Mulia, ini perintah dari Tuan Alger, jika saya tidak menuruti-" Aku segera memotong perkataannya sebelum ia menyelesaikannya.
"Siapa di sini yang memiliki posisi lebih tinggi? Apa kau lupa jika aku adalah Putri Kerajaan Aloycius?!" tanyaku dengan nada dingin.
Aku bisa merasakannya, hawa dingin dan kegelapan yang Cornelia milikki sejak awal. Jadi ini rasanya menjadi Cornelia yang asli, tatapan kejam yang ia milikki sejak kecil dan hawa yang ia ciptakan benar-benar bisa mendominasi lawan bicaranya bahkan orang dewasa.
"Maaf Yang Mulia, saya tidak bermaksud-" Aku memotong ucapannya lagi dan prajurit itu hanya terdiam.
"Diam! Aku akan memenggal kepala mu jika kau masih melarangku untuk keluar!" tegasku.
Aku berjalan cepat meninggalkan prajurit itu, tapi baru beberapa langkah aku berjalan tiba-tiba aku merasakan sihir di belakangku dan itu terasa begitu menusuk.
Aku berbalik dengan perlahan-lahan, mencoba mencari tahu apa yang terjadi dan betapa terkejutnya aku saat melihat seseorang berdiri di sana.
"Dingin sekali ... sejak kapan kau berubah seperti ini?" tanyanya.
Aku mencoba menenangkan diriku sendiri dengan menarik napas sebanyak mungkin, namun saat kedua mataku kembali melihat Caesar berdiri tanpa wajah yang merasa berdosa itu membuat emosiku semakin meluap-luap.
"Jangan menggangguku," ujarku.
Aku tak mempedulikannya dan kembali berjalan dengan cepat. Aku memang senang saat melihat Caesar kembali dalam keadaan baik-baik saja, tapi itu tak menutupi amarahku saat ini.
Caesae tak mengejarku, aku senang karena ia tak menggangguku sesuai permintaanku. Aku berjalan dan terus berjalan sembari menatap kaki-kaki melangkah satu demi satu.
Aku memang tak peduli apa yang akan menimpaku tapi aku tak ingin mati secepat ini, setelah mendapat kesempatan ketiga untuk bernapas dengan bebas aku tak mungkin menyianyiakannya.
Berada di ambang kematian setelah dua kecelakaan itu sudah cukup membuatku muak dan baru-baru ini aku menghadapi sebuah teh beracun.
Entah ini kutukan atau apa tapi aku merasa kedua kehidupanku ini selalu memiliki kesialan, itu membuatku merasa sangat kesal.
"Kenapa kau mengabaikanku?" Caesar tiba-tiba muncul di depanku dan membuatku terkejut.
Aku memekik dan terjatuh, jelas saja itu mengundang perhatian para pelayan yang tengah bekerja. Beberapa pelayan segera mendekatiku dan bertanya apakah aku baik-baik saja.
Sementara Caesar, dia menghilang. "Aku akan membunuh anak itu saat ia muncul lagi!!" pikirku.
"Apa saya perlu mengantar Anda kembali ke kastil, Tuan Putri?" tanya seorang pelayan.
"Tidak, aku harus pergi," jawabku dan segera pergi.
Tujuanku saat ini adalah bertemu ayah, bahkan jika aku tak mendapat izin dari para prajurit di sana termasuk Alger. Aku terpaksa akan menggunakan sihir yang telah aku pelajari selama ini.
Meski aku tak begitu yakin apa sihirku akan berfungsi atau tidak, aku tak akan berubah pikiran lagi! Aku ingin menemuinya! Aku ingin bertemu dengan ayah!
"CORNELIA!!" Caesar kembali muncul dan memanggilku tepat di telingaku dengan suara keras.
"CAESAR?!" Aku segera menutup telingaku yang kesakitan karena suara Caesar yang keras.
Masih dengan wajah yang sama dia tersenyum jahil dan terkekeh saat melihat reaksiku, apa dia lupa ingatan atau memang tak punya hati nurani?!
"Wajahmu sangat lucu! Aku tak tahan untuk menggodamu," ujar Caesar.
"Kau menyebalkan!" keluhku.
Caesar berhenti tertawa dan tersenyum kemudian menatapku, dia mengulurkan tangannya dan memberikan tatapan lembut dari kedua mata birunya padaku.
"Maaf karena telah melukaimu, maaf juga karena telah menghilang. Aku memiliki beberapa urusan yang harus aku selesaikan. Jadi apa kau baik-baik saja selama aku pergi?" jelasnya padaku.
"Dia tidak melupakan kecelakaan itu, dia bahkan meminta maaf karena telah menghilang," pikirku terkejut sembari menggapai tangannya.
"Tentu saja aku harus meminta maaf, itu semua murni kesalahanku," ujarnya.
"Kau membaca pikiranku lagi!" seruku tak senang tapi Caesar kembali tertawa.
"Apa ada sesuatu yang mengganggumu akhir-akhir ini?" tanyanya mulai serius.
"Ada, aku hanya tengah berpikir mengenai hubunganku dan Ayahku," jawabku.
"Jadi kau ada di sini karena kau ingin menemuinya?" tanyanya lagi.
Aku mengangguk. "Tentu, aku ingin menemuinya jika aku bisa tapi sepertinya itu tidak mungkin," jawabku.
"Kau tahu? Setelah berbulan-bulan tak melihatmu, aliran sihir di dalam tubuhmu terlihat semakin kuat dan jelas di mataku. Apa kau berlatih dengan seseorang?" Aku tak menyangka jika perkataan Caesar dapat membuktikan dugaanku sebelumnya.
"Aku hanya berlatih bersama kakakku dan membaca buku-buku di perpustakaan, lagipula ada yang ingin aku tanyakan padamu! Sampai kapan kau akan memegangi tanganku seperti ini?" tanyaku canggung.
"Sampai amarahmu reda, kau memberiku tatapan yang sangat mengerikan saat aku berpura-pura menjadi prajurit tadi," jawab Caesar dengan santai, "Selain itu untuk permintaan maafku aku ingin melakukan sesuatu untukmu," lanjutnya.
"Apa itu?" tanyaku mencoba untuk terlihat tidak tertarik.
"Aku tak yakin kau akan menyukainya atau tidak tapi kita lihat saja," ujar Caesar.
Aku melihat tangannya bergerak dan aku menyadari jika hal ini akan melibatkan sihirnya lagi, aku tak menolak ajakkan Caesar karena aku sangat mempercayainya. Lagipula tubuh Caesar yang sekarang kembali menjadi anak-anak sepertiku, itu memberiku lebih banyak kepercayaan pada dirinya.
Seperti dugaanku, Caesar menggunakan sihirnya dan membawaku ke suatu tempat yang sangat aku kenali. Tapi saat kedua mataku melihat pemandangan yang mengejutkan aku sangat menyesalinya.
Aku menggenggam tangan Caesar dengan sangat erat sampai-sampai Caesar melihatku dengan tatapan bingung, dia melepaskan tangannya dan menggenggam kembali tanganku.
Caesar mengaitkan jari-jemarinya di antara jari-jemariku, itu terasa hangat dan nyaman bahkan itu membuatku melupakan apa yang tengah aku pikirkan.
Tangan ini lah yang mencekik dan membuatku hampir kehilangan nyawa tapi tangan ini juga yang memberiku rasa tenang saat aku khawatir dan merasa takut.
"Terima kasih ... Caesar," pikirku.
Aku tak ingin berkata-kata di depannya terutama dengan ucapan terima kasih, Caesar bisa membaca pikiranku dan itu sangat membantu perasaanku saat ini.
"Sama-sama," bisiknya kemudian tersenyum.
Aku tak tahu akan seperti apa lagi hidupku jika Caesar tak ada di sini dan membantuku, aku akan menghargai keberadaannya selama aku masih hidup.
Sekali lagi, terima kasih.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Reincarnated as an Evil Princess
RomanceSebuah buku novel romantis berjudul "Princess Chelsea" menceritakan kisah hidup seorang gadis misterius yang lahir di sebuah dermaga dengan lingkungan yang kumuh Banyak orang menduga bahwa gadis itu adalah putri kaisar yang hilang, ciri-ciri yang ga...