Melupakan apa yang aku rasakan dari tangan Caesar saat ini, aku masih memikirkan apa yang baru saja aku lihat dengan kedua mataku.
Pemandangan yang membuatku terkejut dan merasa takut, aku melihat ayah tengah berbicara dengan dua orang yang tak ku kenal tapi aku yakin jika itu adalah salah satu tokoh penting di novel ini.
Aku mengira-ngira jika itu adalah Norman dari keluarga Osvald, terkenal karena kecakapannya dalam pertempuran yang menyamai kakakku dan juga karena dia adalah tunangan Cornelia.
"Apa dia akan meminta hal semacam pertunangan pada Ayah?" pikirku gelisah.
"Dia tunanganmu?!" pekik Caesar sembari mempererat genggaman tangannya.
"Kau tidak perlu mengeluarkan suara sekencang itu, bodoh!" seruku.
Aku mencoba melepaskan tangan Caesar dari tanganku tapi bukannya bebas aku malah semakin di pegang olehnya dengan sangat erat, benar-benar meresahkan.
"Kau ... ingin menemuinya?" tanya Caesar tiba-tiba.
"Tujuanku kemari adalah Ayah dan karena Ayah sedang berbicara dengan mereka jadi ya, aku ingin menemui mereka," jawabku.
Aku harus menyelidiki apakah dugaanku lagi-lagi benar atau salah, semoga saja dugaanku salah karena jika benar aku bukan hanya akan mati lebih cepat tapi akan mati di usia dini.
"Cih! Baiklah." Caesar menjentikkan jarinya lagi dan membawa kami tepat berada di depan ruangan ayah.
Tak ada penjagaan sama sekali bahkan aku tak melihat Alger di manapun, apa percakapan ini sangat rahasia? Apa aku tak perlu masuk dan mengganggu mereka?
"Apa kau akan ikut bersamaku?" tanyaku pada Caesar.
"Aku selalu berada di sampingmu saat kau membutuhkanku, tenang saja aku pasti akan menggantikan kakakmu dan melindungimu dari Ayahmu," ujar Caesar mencoba meyakinkanku.
"Aku akan mengetuk pintu kalau begitu," ujarku ragu.
Dengan tangan yang gemetar aku mengetuk pintu ruangan itu, dapat aku rasakan keheningan tercipta dari dalam ruangan ini dan itu karena diriku.
"A-Ayah? Apa Ayah ada di dalam?" tanyaku dengan bibir yang gemetar.
Pintu itu terbuka dengan sendirinya tanpa jawaban dari siapa pun, aku dapat melihat wajah Caesar yang terlihat biasa saja dan dari sana aku yakin jika pintu ini terbuka karena sihir.
"Kenapa kau kemari?" tanya ayah dengan ketus.
"Aku-Aku hanya ingin ... menemui Ayah," jawabku masih dengan rasa takut.
"Kau harus pergi secepat mungkin jika kau sudah selesai melihat," ujar ayah.
Meskipun ia berkata seperti itu, aku tetap merasa bahagia. Mungkin dia membiarkanku masuk karena dia tak ingin terlihat buruk di depan tamu pentingnya tapi itu sudah cukup.
Setidaknya aku bisa melihat ayah dari jarak dekat.
Ngomong-ngomong aku masih bertanya-tanya siapa anak laki-laki yang memiliki rambut coklat itu, seperti aku yang melihatnya dia juga melihatku.
Aku menyadari sesuatu saat Caesar tiba-tiba berbisik padaku untuk segera memperkenalkan diri di depan tamu itu, astaga bagaimana aku bisa melupakan tata krama semudah itu karena melihat anak itu? Semoga setelah ini aku tidak masuk ke kelas tata krama lagi.
"Maaf atas ketidak sopanan saya, nama saya adalah Cornelia Celeste. Senang bertemu dengan Anda," ujarku memperkenalkan diri sembari membungkuk dengan anggun.
"Saya adalah Caesar, pengawal pribadi Tuan Putri. Senang bertemu dengan Anda," ujar Caesar memperkenalkan diri juga.
"Saya adalah Noreen Osvold dan ini adalah putra pertama saya, Norman Osvold. Saya tak menyangka bisa bertemu dengan Anda hari ini, benar-benar suatu kehormatan," ujar seorang pria yang tak lain adalah ayah dari anak yang terus menatapku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reincarnated as an Evil Princess
RomanceSebuah buku novel romantis berjudul "Princess Chelsea" menceritakan kisah hidup seorang gadis misterius yang lahir di sebuah dermaga dengan lingkungan yang kumuh Banyak orang menduga bahwa gadis itu adalah putri kaisar yang hilang, ciri-ciri yang ga...