Aku bisa mengenali mata yang ia miliki dengan sangat mudah, mata itu menatapku dengan tatapan yang berbeda dari biasanya.
"Lothar?" ucapku.
Pria itu berjalan masuk ke dalam kamarku dengan sebuah lonceng ditangannya, bagaimana dia bisa memiliki benda itu?!
"Saya tidak tahu apa yang sedang Anda lakukan, tapi tolong berhati-hatilah! Saya mendapatkan benda ini saat bertemu dengan Pangeran Charles tadi," jelas Lothar.
"Terima kasih." Lothar memberikan lonceng itu padaku dan tersenyum tipis.
"Saya datang kemari untuk meminta sesuatu pada Anda," ujar Lothar.
"Meminta?" tanyaku.
"Benar! Saya ingin Anda pergi dari negeri ini untuk sementara waktu," pintanya.
Aku terbelalak, tak percaya dengan apa yang baru saja ku dengar. Apa maksudnya dengan meninggalkan negeri ini? Untuk alasan apa?
"Apa maksudmu Lothar? Aku harus pergi?" Aku tergagap masih tak percaya dengan kenyataan yang didengar oleh telingaku.
"Saya akan menyiapkan segalanya, semua ini adalah permintaan Pangeran Mahkota," ujar Lothar, "Saya tidak ingin Anda menemuinya untuk saat ini, maka dari itu saya diizinkan untuk menjawab semua pertanyaan Anda," tambahnya.
Perintah Kakak?! Apa sesuatu yang Norman katakan benar-benar terjadi saat ini?!
"Apa terjadi sesuatu pada Kakak?" tanyaku khawatir.
"Saya pikir, untuk saat ini tidak," jawab Lothar, "Pangeran Charles dan Pangeran Felix mungkin tengah merencanakan sesuatu, Anda pasti tahu jika sebentar lagi adalah ulang tahun Yang Mulia Kaisar. Semua kerajaan yang bersekutu dengan Aloycius akan ikut merayakannya sebagai hari yang dipenuhi oleh kebahagian, tetapi tidak bagi Yang Mulia Kaisar," jelas Lothar.
"Seseorang akan melukainya?" tanyaku.
"Perkiraan Anda hampir tepat, tapi kelihatannya bukan Kaisar yang akan menjadi targetnya kali ini," jawab Lothar, "Apa Anda tahu kabar tentang Pangeran Charles yang membunuh Kakaknya sendiri beberapa tahun lalu?" tanyanya.
"Tidak, apa itu benar-benar terjadi?" sahutku.
"Benar, meskipun Ectasy menutup kasus pembunuhan itu dengan kabar sebuah penyakit misterius, banyak orang yang mencurigai Pangeran Charles sebagai pembunuhnya. Hal ini terbukti dengan posisinya yang lahir dari seorang mantan permaisuri, serta bukti transaksi rahasia yang disimpan oleh kerajaan itu rapat-rapat," jelas Lothar.
"Dia melihat bagaimana Ibunya berakhir mati ditangan keluarganya sendiri, tidak heran jika dia berbuat seperti itu terhadap anggota kerajaan," ujarku, "Ngomong-ngomong darimana kau mendapat informasi ini?" tanyaku kemudian.
"Anda sebaiknya tidak menanggapi jawaban saya dengan emosi, karena seorang Tuan Muda dari kediaman Duke Osvold mengirimkan banyak surat akhir-akhir ini, dia adalah mata-mata dari Aloycius yang dikirim langsung menuju Ectasy bersama seorang Marquis," jawab Lothar.
Aku terkejut sehingga aku tak bisa berkata-kata lagi, Norman yang selama ini aku anggap menghindariku ternyata berada di Ectasy dan menjadi seorang mata-mata. Ini alasan mengapa semua surat yang aku kirim tak kunjung mendapat balasan.
Norman mengalihkan perhatian Ectasy dengan undangan pesta ulang tahun serta pencalonan kandidat pertunangan, dia sampai berkorban sejauh itu demi kerajaan ini.
Sementara aku hanya terus membual dan berpikir bahwa semuanya akan baik-baik saja, aku mengeluh seolah aku adalah orang yang paling menderita di dunia ini.
Bukankah kisah ini akan berjalan baik jika aku tidak ada di dalamnya?
"Tuan Putri? Anda melamun?" Lothar kembali berbicara.
"Apa rencana kalian sekarang?" tanyaku.
"Nyawa Anda juga dipertaruhkan kali ini, untuk mengantisipasi hal tersebut kami telah membuat rute pelarian yang akan segera membawa Anda jauh dari istana," ujar Lothar.
"Lalu, bagaimana dengan keluargaku?" tanyaku lagi.
"Putra Mahkota berkata, jika sesuatu terjadi padanya maka itu adalah caranya untuk melindungi Anda," jawab Lothar.
"Apa maksudmu melindungiku? Dia hanya menyerahkan nyawanya dengan percuma!" seruku.
"Tidak, Tuan Putri, jika mereka gagal melukai salah satu anggota kerajaan yang ditargetkan sebelumnya, maka dengan cara apapun mereka akan menyelesaikan rencananya," ujarnya, "Maksudku, jika mereka gagal menghabisi Putra Mahkota, maka yang akan menjadi target paling empuk selanjutnya adalah Anda!" jelas Lothar.
"Aku bisa melindungi diriku sendiri! Aku tidak butuh dia!" Aku mulai meninggikan suaraku.
Ucapan Lothar terdengar masuk akal, namun tidak berperasaan. Bagaimana bisa Kakakku melakukan hal tersebut? Seolah-olah aku adalah orang yang benar-benar lemah dan tak berguna.
Aku bisa melindungi diriku sendiri dari Pangeran Charles, dia hanya seorang pria gila! Aku tidak akan membiarkannya menyentuh Kakakku sehelai rambut pun!
Tapi, jika aku pikir-pikir kembali ... mengapa Lothar memberitahuku hal ini? Bukankah dia tahu jika hal ini akan membuatku marah dan melakukan apapun untuk melindungi Kakak?
"Kau melakukan hal ini agar aku tidak merusak alur cerita yang ada bukan, Tuan Penyihir?" tanyaku.
Aku menatap dengan ragu, wajah Lothar tampak bertanya-tanya apa yang baru saja aku ucapkan. Namun tak lama setelahnya, pria itu tersenyum.
"Ding-dong! Aku ketahuan!" seru pria itu.
Ia mengambil sebuah sapu tangan dan mengusapkan benda tersebut ke wajahnya, secara mengejutkan wajah yang semula kulihat sebagai Lothar kini berubah menjadi wajah baru yang asing dipenglihatanku.
"Siapa kau?" tanyaku dengan satu langkah mundur.
"Siapa aku? Jahat sekali, padahal kau sudah mengenal salah satu dari tujuh penyihir terbaik saat ini," ujarnya, "Kau bisa menyebutku sebagai teman Luca, aku berada di urutan kelima dari tujuh!" Pria itu mulai tersenyum kegirangan.
"Aku bahkan tidak tahu jika mereka ada sebanyak itu," ujarku mulai gugup, "Ja-jadi siapa namamu?" tambahku.
"Kenapa kau mundur? Aku tidak akan melukaimu karena kau adalah orang yang dicintai oleh anjing itu," ujar pria tersebut, "Ngomong-ngomong namaku Gabriel, tugasku di sini adalah menyampaikan pesan yang dikirimkan oleh Norman, selebihnya adalah sebuah permainan," jelasnya.
"Permainan? Apa maksudmu?" tanyaku.
"Benar, cara kerjanya mudah, kau akan menuruti semua permainan ini seperti hipnotis sebelum akhirnya berakhir dalam kematian, menyenangkan bukan?" Pria itu berjalan beberapa langkah, mendekat dengan cepat.
"Kau terlihat lebih berbahaya dari penyihir yang ku kenal," ucapku.
"Apa kelihatan begitu?" tanyanya.
"Kau lebih gila daripada Caesar," ujarku.
"Anjing itu dulu adalah muridku, dia adalah penyihir yang kuat jika dia tidak terjebak dalam cinta," tuturnya dengan nada kecewa.
Pria bernama Gabriel itu menatapku dengan tajam, melihatku dari sisi ke sisi sebelum akhirnya menyadari sesuatu.
"Mengapa aku masih membiarkanmu hidup?" Aku terkejut ketika mendengar ucapan itu keluar dari mulutnya.
Tangannya tampak bergerak dan menciptakan sebuah sabit yang begitu besar menggunakan sihir, apa dia memutuskan untuk membunuhku?
Sabit itu ia arahkan padaku, namun berhenti tepat sebelum menyentuh diriku.
"Kenapa? Apa kau ragu untuk membunuhku?" tanyaku.
"Tidak, ada sesuatu yang menghalangi sabitku sehingga tidak dapat menembus lehermu dengan baik," jawabnya.
"Apa yang terjadi jika aku mati lebih awal?" tanyaku.
"Tidak ada, kau hanya akan pergi begitu saja," jawabnya.
Tanpa melepaskan sabitnya, Gabriel menatapku dengan tajam. Ia mendekatkan senjata tajam itu ke leherku sembari berkata, "Apa kau percaya akan keberadaan Tuhan?"
To be Continued
![](https://img.wattpad.com/cover/280340902-288-k957062.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reincarnated as an Evil Princess
RomansaSebuah buku novel romantis berjudul "Princess Chelsea" menceritakan kisah hidup seorang gadis misterius yang lahir di sebuah dermaga dengan lingkungan yang kumuh Banyak orang menduga bahwa gadis itu adalah putri kaisar yang hilang, ciri-ciri yang ga...