Cornelia PoV
Aku terbangun ketika kedua mataku menatap langit-langit kamar yang terlihat sedikit buram, aku bangun dan melihat Caesar tengah membaca buku di sebuah sofa panjang.
Aku membelalak ketika aku mendapat kejutan dari bola bulu yang baru saja kakakku berikan, anjing yang ku namai Clover itu menjilat wajahku dan terus menggonggong.
"Hei-hei! Perhatikan sikapmu anjing!" seru Caesar.
Aku terkekeh mendengar apa yang Caesar ucapkan, dengan wajah konyolnya ia terus menggerutu pada Clover.
"Kau berkata seperti itu seakan-akan kau sendiri benar-benar seorang manusia," ujarku.
"Aku memang seorang manusia, hanya saja aku memiliki sesuatu yang harus aku urus untuk kembali seperti semula," sahut Caesar.
Aku hanya tersenyum pada Caesar.
Sinar jingga kekuningan itu menyinari kamarku, ini sudah sore, aku duduk di dekat Caesar dan menatap langit senja di sisinya.
"Bukankah senja sangat indah?" tanyaku sembari bersandar pada bahu Caesar.
"Kenapa kau bertanya seperti itu?" tanya Caesar tanpa menjawab pertanyaanku.
"Tidak, hanya saja ... rasanya nyaman untuk dilihat," jawabku.
"Apa ada sesuatu yang kau inginkan?" tanya Caesar, "Aku akan memenuhi satu permintaanmu, tentu saja karena ini hari ulang tahunmu!" tambahnya.
"Benarkah? Kalau begitu ... bisa kah kita pergi menemui ibuku?" tanyaku.
"Aku sudah menjelaskan ini padamu sebelumnya Cornelia, kita tidak-" sebelum Caesar menyelesaikan ucapannya aku segera berbicara lagi.
"Aku ingin pergi ke tempat peristirahatannya," ucapku.
Caesar tampak tertegun kemudian mengangguk dengan gerakan yang cukup pelan.
"Baiklah, jika itu permintaanmu," ujar Caesar.
Caesar memegangi tanganku dan menatapku dengan aneh, ada apa dengannya? Sembari berpikir seperti itu Caesar segera menjentikkan jarinya dan membawaku pergi ke tempat yang ku inginkan padanya.
Hanya dalam sekejap kami telah sampai di sana, tempat yang tidak terlihat seperti pemakaman kerajaan pada umumnya. Tempat ini dikelilingi banyak tanaman dan terkesan sangat damai, membuatku merasa tenang berada di sini.
"Kita sudah sampai," ujar Caesar sembari mengeratkan pegangan tangannya.
"Caesar?" panggilku dengan bertanya-tanya.
"Ingat ini! Jika kau masih ingin pulang bersamaku, jangan sampai kau jatuhkan air mata seperti orang lemah di sini!" seru Caesar dengan nada yang cukup tinggi.
Aku terkejut mendengar penuturannya, kemudian aku tersenyum dan tertawa.
"Tentu saja, keinginanmu adalah perintah bagiku Tuan Caesar yang hebat," ujarku dengan terkekeh.
Meski pun dia adalah seorang pria dewasa dengan wujud anak berusia sembilan tahun, dia terlihat sangat menggemaskan terutama dengan telinga anjingnya yang bergerak mengikuti suaraku.
Aku penasaran, apakah Caesar akan terus mengimbangi usiaku hingga aku tua? Itu mungkin hanya akan terjadi jika usiaku bisa lebih dari 17 tahun.
Aku berjalan mendekati sebuah batu nisan, sebuah nama yang ditulis menggunakan emas tercantum di sana. Apa seistimewa ini ibu bagi ayah? Bahkan namanya saja ditulis menggunakan emas!
"C. Celeste Aloysius?" gumamku, "Ibuku memberiku nama dengan awalan huruf yang sama," gumamku lagi dengan tertawa kecil.
DI SINI TERBARING SEORANG WANITA YANG DICINTAI OLEH BANYAK ORANG.
SEORANG PERMAISURI BAGI KERAJAANNYA DAN SEORANG IBU BAGI ANAK-ANAKNYA.
SERTA SEORANG WANITA YANG TERAMAT KU CINTAI.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reincarnated as an Evil Princess
RomanceSebuah buku novel romantis berjudul "Princess Chelsea" menceritakan kisah hidup seorang gadis misterius yang lahir di sebuah dermaga dengan lingkungan yang kumuh Banyak orang menduga bahwa gadis itu adalah putri kaisar yang hilang, ciri-ciri yang ga...