Chapter 27 : Hari pertama

526 62 1
                                    

"Selamat jalan, Cornelia," ujar Caesar.

"Aku akan segera kembali, jadi jangan menangis!" sahutku.

"Apa maksudmu? Aku tidak menangis!" seru Caesar tak terima.

Hari ini, aku akan pergi. Untuk pertama kalinya, aku akan jauh dari Ayah, jauh dari Clara dan jauh dari semua yang ku miliki. Namun ini bukan sebuah perpisahan, ini hanyalah langkah pertama untuk menggapai tujuanku.

"Ayah, jaga kesehatan Ayah dengan baik, tidak akan ada yang akan lebih mengkhawatirkan Ayah daripada apa pun saat aku pergi!" seruku.

"Tentu," sahutnya.

"Aku akan mengirimi Ayah surat setiap minggu!" seruku lagi.

"Aku akan menunggunya." Ayah berjongkok dan menghampiriku.

Ia menarik wajahku kemudian mencium dahiku, hal ini membuatku terbelalak dan merubah wajahku menjadi merah merona.

"Ayah?" gumamku.

"Hati-hati," ujarnya.

Aku mengangguk. Aku segera naik ke kereta kuda itu dan melambaikan tanganku saat kereta itu mulai berjalan, dengan ragu Ayah mengangkat tangannya dan membalas lambaianku.

Tampak Clara yang mulai menutup wajahnya dan berlari ke dalam istana sembari menangis, sementara Caesar dan Ayah masih berdiri di tempat yang sama sampai akhirnya tak terlihat lagi.

"Cornelia? Apa kau menangis?" tanya Arthur yang khawatir.

"Apa? Tidak!" jawabku.

"Kita akan pulang sesekali jika kau mau," ujar Kak Adolf.

Aku tak menyahuti kata-kata Kak Adolf dan hanya fokus melihat keluar melalui jendela. Kami melewati pasar yang pernah ku kunjungi bersama Caesar, keadaannya masih ramai seperti terakhir kali aku melihatnya.

Kami juga melewati lahan pertanian yang luas dan dipenuhi gandum serta sayuran, itu pertama kali aku melihatnya setelah sekian lama. Membuatku merasakan nostalgia.

"Apa kau ingin berkunjung ke sana?" tanya Kak Adolf, "Aku mengenal pemilik semua ini," tambahnya.

"Benarkah?" tanyaku tak percaya.

"Aku akan membawamu menemuinya kemari suatu hari nanti," ujarnya.

"Ngomong-ngomong ada yang ingin ku tanyakan padamu, Cornelia," ujar Arthur.

"Apa itu?" sahutku.

"Apa yang akan kau lakukan setelah kau menjadi seorang prajurit?" tanya Arthur.

"Cornelia tidak akan menjadi prajurit biasa, aku akan membuatnya berpangkat setinggi mungkin!" seru Kak Adolf.

"Aku bahkan belum memulai, tapi jika kau ingin tahu ... aku ingin melindungi tempat ini, tempat yang kusebut sebagai rumah, aku ingin melindungi mereka yang ku sayangi!" seruku penuh semangat.

"Cornelia, apa kau suka pantai?" tanya Arthur, "Ku dengar, tempat pelatihan dekat dengan pantai barat Aloycius, bukankah begitu Yang Mulia?" Arthur menatap Kak Adolf dengan senyuman.

"Meski benar begitu, kita tidak diperbolehkan berada di sana, rumornya pantai itu dihuni oleh kekuatan sihir yang kuat," jelas Kak Adolf, "Namun itu bukan masalah selama kita tetap berada di bawah perlindungan Tuan Robert, dia adalah seorang guru sihir yang sangat hebat," tambahnya.

"Apa maksud Kakak adalah Robert Daan Edelhard?" tanyaku.

"Kau mengetahuinya?" sahut Kak Adolf.

"Dia ada di dalam buku sejarah, bukankah seharusnya dia sudah-" kata-kataku terhenti oleh ucapan Kak Adolf yang memotong.

Reincarnated as an Evil PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang