Bab 43.2 : Kabar burung

148 6 0
                                    

"Cepat! Sembunyi di sini!!" Lothar memberikan isyarat tangannya dan mengarahkan Cornelia untuk bersembunyi di belakang sebuah gerobak penuh buah.

Beberapa prajurit dengan bersurai putih tampak sedang berjalan-jalan di area pasar, lengkap dengan senjata mereka.

"Mereka pasti prajurit Ectasy yang mengawal Pangeran Charles," tambah Lothar.

"Mengapa mereka berada di pasar pada malam hari?" bisik Cornelia.

"Tampaknya mereka diperintah oleh Pangeran Charles untuk mencarimu," jawab Lothar, "Cornelia, kita harus segera pergi!" Lothar menarik gadis berjubah itu pergi menjauh setelah para prajurit pergi.

Mereka terus berlari, bersembunyi dan berjalan mengendap-endap hingga sampai di gerbang selatan, tepat membelakangi istana.

"Bagaimana cara kita keluar dari Aloycius dengan para penjaga gerbang di sana?" tanya Cornelia.

"Tenang saja, aku akan mengurus mereka."

Lothar menarik Cornelia dengan paksa ke arah para penjaga, membuat gadis itu terbelalak sembari berusaha mempertahankan jubahnya supaya tidak terbuka.

"Anda ... Yang Mulia? Kenapa Anda berada di sini?" tanya salah satu penjaga.

"Aku mendapat pesan bahwa Kerajaan Cassiopia memintaku untuk segera pulang," ujarnya.

"Mengapa Anda tidak menaiki kereta kuda, Yang Mulia?" tanya penjaga lainnya.

"Kereta kuda? Apa kalian yakin kereta itu akan terus berjalan di atas pasir?" tanya Lothar dengan sinis.

"Benar juga, kalau begitu, siapa orang yang bersama Anda, Yang Mulia?"

"Tampaknya kami harus memeriksanya." Dua penjaga itu melangkah mendekati Cornelia yang jantungnya tengah berdansa.

Lothar menghalangi kedua pria itu dengan pergelangan tangannya, ia menatap penjaga-penjaga tersebut dengan tajam. Auranya begitu mengintimidasi, ia mengisyaratkan para penjaga itu untuk pergi dengan kedua matanya.

"Dia adalah pelayan pribadiku." Setelah menegaskan hal tersebut, para penjaga membiarkan Lothar melewati gerbang utara bersama Cornelia.

Di luar gerbang, terdapat dua ekor kuda yang salah satunya tengah ditunggangi oleh seseorang tak dikenal.

"Mungkin itu bawahan Lothar," pikir Cornelia.

Cornelia duduk di atas kuda yang sama dengan Lothar, mereka akhirnya pergi meninggalkan Aloycius. Perjalanan yang mereka tempuh terasa begitu mulus, terlalu mulus, sampai-sampai membuat Lothar merasa tidak nyaman.

"Tetap siaga! Sepertinya kita diikuti," titahnya.

Kuda mereka berhenti tepat di hadapan sebuah pintu yang indah. Terdapat beberapa pasir yang keluar dari bawah pintu itu. Lothar menunjukan plakat kerajaannya pada para penjaga, mereka mempersilakannya untuk masuk.

Saat pintu itu terbuka, Cornelia hanya melihat hamparan pasir yang begitu luas. Ia terpukau oleh pemandangan itu.

"Apakah ini Cassiopia?" tanya Cornelia.

Lothar yang menyadari keterpukauan gadis itu pun terkekeh senang.

"Benar, ini Cassiopia." Lothar turun dari kudanya dan mengulurkan tangan untuk membantu Cornelia turun, "Kita akan menaiki itu mulai dari sini." Lothar menunjuk pada dua ekor burung berukuran raksasa yang belum pernah Cornelia lihat.

"Apa itu?" tanya Cornelia.

"Peliharaanku, mereka adalah Eist, yang ini aku namai Khan," ujarnya sembari menaiki salah satu Eist, "Yang satu itu adalah adik Khan, namanya Vyat," tambahnya.

"Yang Mulia, izinkan saya pergi bersama Anda." Seseorang menepuk pundak Cornelia, berhasil membuat gadis itu terkejut setengah mati.

"Si-siapa kau?!" tanya Cornelia panik.

"Dia ... umm ... dia salah satu pengawalku ... ya begitu!" Lothar menjawab dengan ragu dan terbata-bata.

"Pengawal, ya ...," gumam Cornelia penuh akan kecurigaan.

Pada akhirnya, pengawal itu ikut bersama Cornelia menunggangi Vyat. Entah kenapa, gadis itu merasakan sesuatu yang familiar dari postur tubuh pengawal Lothar. Dia tidak melepaskan pandangan tajamnya dari pria tinggi itu.

"Lihat, kita sudah sampai di kota ...," seru Lothar dengan nada yang tak begitu bersemangat.

Cornelia menoleh ke bawah, di balik awan-awan dan dikelilingi pasir yang melimpah, terdapat sebuah kota yang begitu indah. Setiap rumah dihiasi oleh hiasan-hiasan penuh warna, pasarnya pun tampak begitu ramai. Pemandangan itu membuatnya kembali teringat akan kenangannya bersama Caesar saat menyelinap ke luar istana.

"Tampaknya Cassiopia mengetahui kedatangan Anda dan menyambut Anda dengan senang hati, Yang Mulia." Mendengar penuturan pengawal tersebut, Cornelia semakin melebarkan senyumannya.

Orang-orang berkumpul di depan gerbang istana yang terbuka, hanya untuk menyambut kedatangan mereka di Cassiopia. Begitu para Eist mendarat, keramaian itu mulai bersorak gembira.

"Itu dia! Putri Cornelia!" seru seorang anak.

"Dia sangat cantik!" seru anak lainnya.

Orang-orang yang mengerumuni Cornelia segera mundur saat seseorang datang dari arah gerbang, itu adalah Pangeran Eshaq.

"Selamat datang di Cassiopia, Yang Mulia!" sambutnya diiringi senyuman.

Cornelia menatap Eshaq dengan terpukau, ia memiliki kulit yang indah seperti milik Lothar, terdapat sebuah bekas luka di sekitar rahangnya yang membuat pria rupawan itu tampak mendominasi.

"Terima kasih atas sambutan yang hangat ini, Yang Mulia," ujar Cornelia.

"Tolong, cukup panggil saya Eshaq, Yang Mulia," pintanya sembari membungkuk dengan elegan.

"Baiklah ...?"

"Terima kasih atas sambutanmu yang meriah ini, Kakak. Tapi, bisakah kita segera masuk dan menemui Ayah?" tanya Lothar.

Pertanyaan itu membuat semua senyuman seketika luntur, namun semuanya kembali seperti semula dalam hitungan detik. Apa yang terjadi?

"Tidak-tidak, orang yang akan kau temui setelah ini adalah Yang Mulia Raja Ishaq!" Eshaq terkekeh sebelum kemudian memutar arah dan berjalan mendahului mereka.

Lothar hanya bisa terdiam dan terbelalak, jelas sesuatu pasti terjadi selama ia pergi. Hal itu bukanlah sesuatu yang bagus atau patut dibanggakan pada siapa pun.

"Sebaiknya kita masuk ke dalam terlebih dahulu, teman-teman ...." Cornelia menyadari wajah Lothar yang berubah drastis, membuatnya berandai-andai dan penasaran akan apa yang sebenarnya terjadi.

Begitu mereka memasuki aula, pandangan Lothar semakin melebar saat melihat Kakaknya sendiri tengah duduk di atas singgasana dan dikelilingi oleh para menteri yang tengah membahas permasalahan kerajaan.

"Mereka ... menyingkirkan raja sebelumnya?" Ucapan itu lantas membuat Eshaq terkekeh.

"Kita harus membuang semua yang tidak berguna, bukan?" sahut Eshaq dengan nada merendahkan.

"Lalu, apa yang terjadi pada Ibunda?!" Suara Lothar yang lantang berhasil menarik perhatian semua orang di aula.

"Ibunda? Dia baik-baik saja, kenapa kau begitu khawatir padanya? Dia saja tidak memikirkanmu."

Ucapan itu membuat Lothar terdiam, sementara Cornelia bersembunyi di balik pengawalnya. Kini ia mulai mengerti, hubungan antara Lothar dan Ibunya memang tidak baik, seperti yang ia ketahui sebelumnya. Namun, ia tidak menyangka jika hubungan antar pangeran juga sama-sama buruknya.

To be Continued ...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Reincarnated as an Evil PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang