Kata orang menikah itu ibadah, tapi kalau di paksa, apakah baik?
Saaahhh!!!
Teriak semua orang yang ikut hadir dalam pernikahan Yusuf dengan Hana. Semua orang bergembira terutama Pak Saeful ayah angkatnya Yusuf yang menginginkan putranya menikah agar dirinya kebagian harta dari keluarga Hana. Cincin pun dipasang ke jari manis Hana dan sebaliknya.
"Selamat, ya!" Ucap Alex langsung duduk di dekat Yusuf.
"Iya." Jawabnya disertai senyuman yang membuat orang yang melihatnya terpesona.
"Ya Ampun ganteng banget!"
"Gak kuat aku, jeng!"
Sorakan gembira memenuhi ruangan, ada yang senang dan ada yang sedih. Itulah yang tengah dirasakan oleh Hana di mana dirinya telah sah menjadi Istri Yusuf.
"Pah...." Hana memeluk Papanya dengan derai air mata.
Papanya hanya bisa membalas pelukan putrinya dan mengelus-elus kepala Hana untuk menenangkannya. Yusuf termenung mengingat masa lalunya.
Plak!
Tamparan kuat diberikan seorang Ayah kepada putranya.
"Kau harus turuti ucapanku, Yusuf!" Bentak Ayah membuat putranya terdiam.
"Cukup suamiku! Jangan sakiti dia!" Ucap wanita tua membela putranya.
"Diam kau! Untuk apa kasihani anak tak tahu diri ini, dia hanya anak pungut!" Balasnya dengan penuh amarah.
"Ayah-"
"Kau harus patuh atau ibumu akan celaka! Aku sudah berjanji untuk menjodohkanmu dengan putri Pak Yanu karena keluarganya telah membantu kita ketika susah, itu juga karena kau, Yusuf! Kenapa ibumu dulu membawamu pulang, gara-gara kau perekonomian kami menurun!"
"Jangan salahkan Ibuku, Ayah!"
Bayangan itu terus teringat di pikiran Yusuf, dirinya yakin dengan apa yang dia pilih.
Menikah karena dipaksa memang menyakitkan, itulah yang tengah di alami oleh Yusuf, mahasiswa semester akhir yang harus menikah di usia mudanya.
Baru saja pulang KKN, dirinya mendapat kabar bahwa pernikahannya di majukan yang tadinya bulan depan menjadi minggu depan. Sedih, rasa yang hadir di hatinya.
Baru saja selesai taaruf, ku kira akan di bicarakan dulu, tapi dia sudah memutuskannya.
Lelaki itu tersenyum, mengingat dirinya adalah anak temuan di depan masjid ketika malam tanpa adanya orang melintas. Seorang Ibu paruh baya menemukannya dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Tetapi kehadirannya tidak di sukai oleh suami dari wanita itu.
"Dasar pencuri!" Bentak Badra. Putra dari Bu Fatimah.
"Aku tidak mencuri apa pun dari kakak!"
Dari kecil dirinya di benci oleh Badra, iri karena Saudaranya itu lebih baik darinya.
Aku harus gimana? Kenapa Ayah selalu memaksakan kehendaknya, Aku hanya mahasiswa yang menyantri dan belum punya penghasilan apa pun, bagaimana aku bisa menafkahi dia?
Pertanyaan itu lagi-lagi memenuhi otaknya.
"Assalamualaikum, Yusuf? Kenapa kamu melamun?" Tanya Pak Kiai, pengurus pondok pesantren Nurul Iman.
"Waalaikumsalam, saya bingung Pak Kiai," Jawabnya yang perlahan menceritakan masalahnya.
"Astaghfirullahalazim, demi uang Ayah mu seperti itu? Sabarlah, minta petunjuk kepada-Nya." Ucap Pak kiai.
Ketika berada di depan asrama, ada seseorang yang memanggilnya. Itu Nurul, gadis yang diam-diam menyukainya. Tak sengaja membaca buku diary Nurul, dirinya sadar bahwa mereka berdua saling menyukai.
Mungkin kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama
Suara hati tidak bisa didengar tetapi ekspresi pasti bisa ditebak. Keduanya tersenyum bahagia.
"Kasihan juga mereka, saling menyukai tetapi tidak ditakdirkan untuk bersama." Mpok Ida sebagai pengurus dapur, sudah lama menyadari hal tersebut.
"Nikah? Sama siapa?" Tanya Nizar teman asramanya.
"Yang Bener lu mau Nikah?" Sambung Dimas dan dijawab anggukan Yusuf.
"Emang lo gak bisa tolak aja permintaan Ayah lo?" tanya Nizar yang tahu tentang masalahnya.
Lelaki itu duduk di kasurnya lalu menatap dingin Nizar.
"Kalau aku menolaknya, apa aku bisa bertemu lagi dengan Ibu ku?" Jawaban itu sontak membuat kedua sahabatnya terdiam.
"Ma-maksud lo? Jangan-jangan...." Ucap Nizar.
"Kalo itu yang terbaik buat lo, kita dukung. lo sabar dan jalani saja, Gue yakin pasti ada hikmah di balik semua ini." Jelas Dimas.
KAMU SEDANG MEMBACA
YUSHAN [OPEN PRE-ORDER]
Romance[Open Pre-Order] Hidup sebagai mahasiswa sekaligus santri tak membuat Yusuf putus asa apalagi dirinya yang hanya seorang anak pungut yang di rawat oleh ibu angkatnya. Impian dan cita-citanya sempat terhambat karena ia harus menuruti permintaan ayah...