Sesuai janji di dalam pesan, pagi itu Yusuf pergi menuju taman, ia hanya bilang ada urusan pada Hana.
“Kamu mau menyampaikan apa?”
“A-aku akan taaruf dengan Syakir,” Jawab Nurul ragu.
“Oh itu, aku sudah tau.”
“Ha? Ka-kapan?” Tanya gadis itu.
“Kemarin, aku menginap di rumahnya. Selamat, ya.” Ucap Yusuf.
“Eh i-iya, Terima kasih.” Ucap Nurul.
Angin bertiup menyapu dedaunan yang gugur. Suasana kini menjadi canggung. Hingga satu kalimat terucap.
“Oiya aku minta maaf, dulu aku tak sengaja membaca buku harian mu.” Ucap lelaki itu.
“Yang benar? Ya... Itu kan sudah lama jadi tidak apa-apa.” Jawab Nurul menunduk.
“Iya, dulu....” Yusuf mulai menceritakannya.
Flashback on
Selepas azan dan iqamah mereka langsung memulai salat Isya berjamaah. Selesai salat dan berdoa semua santri kembali ke asramanya masing-masing.
Buk!
Sebuah buku kecil terjatuh tepat di depan Mushola. Berwarna biru dengan tulisan Buku Harian di depannya.
“Buku siapa, ya?” Ucap Yusuf penasaran.
Ia pun membuka buku itu lalu membacanya, sembari mencari tempat duduk ia membaca satu demi satu halaman. Ada satu tulisan yang membuatnya tersenyum senang.
Teruntukmu...
Kita memang tinggal di tempat yang sama, tak sering bertemu dan bersalam sapa, memperhatikanmu diam-diam, mendoakan mu di sepertiga malam, ketika ku rindu ku tuangkan dalam bentuk tulisan.
“Kata-katanya sungguh indah, siapa ya orang yang dimaksud dalam kalimat ini?” Ucapnya pelan.
Ketika membaca halaman berikutnya ia terkejut tertulis namanya di sana dihiasi gambar bunga juga hati.
Masa sih Nurul suka sama gua? Mungkin salah tulis, tetapi kalau benar, perasaan kita sama Nurul....
Takut bila si pemilik buku mencari barangnya, lelaki itu berinisiatif untuk mengembalikan barang tersebut. Ia pergi ke dapur mencari Mpok Ida.
“Mpok, bisa kan antarkan buku ini kepada Nurul.”
“Gimana ya, Mpok banyak kerjaan, kenapa gak kamu saja?” Tanyanya.
“Santriwan kan tidak boleh masuk ke area santriwati.” Jawabnya.
“Udah gak apa-apa, kamu kan hanya ingin mengantarkan buku itu.”
Iya juga tetapi sama aja gua langgar peraturan di sini, masalahnya kalau tidak segera di kembalikan, pasti dia mencarinya ke mana-mana, gua harus gimana?
Setelah berpikir cukup lama ia putuskan untuk mengembalikan buku itu sekarang. Perlahan ia berjalan sembari mengecek keadaan takut ada yang melihatnya. Dari kejauhan sepasang mata memperhatikannya.
“He Zar, itu si Yusuf, kan? Ngapain dia masuk ke asrama perempuan?” Tanya Dimas berbisik.
“Gak tau gua, ikutin yuk, penasaran gua.” Jawab Nizar.
Kamarnya Nurul yang mana, ya? Semua catnya sama
Langkahnya berhenti melihat satu kamar yang ada tulisan Nurul di depan pintu. Ia pun mengetuk pintu itu sambil mengucap salam.
![](https://img.wattpad.com/cover/285538289-288-k927795.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
YUSHAN [OPEN PRE-ORDER]
Romance[Open Pre-Order] Hidup sebagai mahasiswa sekaligus santri tak membuat Yusuf putus asa apalagi dirinya yang hanya seorang anak pungut yang di rawat oleh ibu angkatnya. Impian dan cita-citanya sempat terhambat karena ia harus menuruti permintaan ayah...