Bab 3 Kado Pernikahan

762 85 3
                                    

Cahaya mentari membangunkan seluruh makhluk yang tengah tertidur. Di dapur, Makanan sudah tersaji di meja, seluruh penghuni rumah pun langsung turun untuk sarapan pagi bersama.

"Hana, tinggal lah di sini!" Pinta Papah. Hana melirik Yusuf yang sedang minum.

"Hana ikut Yusuf aja, Pah." Jawabnya Sambil mengoleskan selai ke roti tawar.

"Gimana, Yusuf?"

"Iya Pah, kami akan tinggal di sini sesuai kemauan Papah."

Di tengah pembicaraan itu seorang pembantu di sana datang dan mengabari bahwa ada beberapa hadiah pernikahan yang sudah tersusun rapi di kamar Hana.

"Hadiah?" Ucap mereka berbarengan.

"Iya Mbak Hana, Mas Yusuf."

"Aku mau lihat!"

"Hana, sarapan dulu." Ucap papanya.

Sarapan pagi selesai, Hana langsung berlari menuju kamarnya. Benar saja, banyak sekali hadiah dengan berbagai macam warna dan bentuk.

Sebanyak ini? Kapan lagi Gue bisa dapat hadiah sebanyak ini! Gila!

Gadis itu langsung menyerbu satu kado berwarna jingga dengan balutan pita kuning. Saking asyiknya dengan semua hadiah, dia tak menyadari bahwa di sana juga ada orang selain dirinya.

"Hana." Panggil Yusuf.

"Aaaaa! Setan! Setan, Eh Yus-Yusuf, he he sorry typo."

Dia tak memedulikan Ucapan Hana dan ikut gabung membuka hadiah tersebut. Satu persatu kado pun dibuka dan kebanyakan isinya adalah baju tidur, bingkai dan seprai.

"Gak ada gitu hadiah yang lain, ini mah bisa buka toko baju, isinya baju semua!" Kesalnya yang asal-asalan menyobek kertas yang pasti isinya sama.

Ketika Yusuf membuka hadiah dengan bungkusan biru tua, ia terkejut melihat isinya adalah lukisan dirinya. Seketika ia teringat dengan Iis santriwati di pesantren Nurul Iman.

Lukisan ini...

Iis adalah satu-satunya orang yang ia kenal dapat melukis sesuatu seperti nyata. Gadis itu menyukai dirinya karena hal itu sudah diketahui oleh seluruh penghuni di pondok pesantren.

Ternyata ini dari Iis, bakatnya di bidang seni memang hebat!

Kesambet apa dia, senyum-senyum sendiri?

Dengan raut wajah terheran Hana mendekat dan melihat isi hadiah yang sedang di pandang Yusuf.

"Lukisan?" Batinnya semakin penasaran.

"Lukisan apa Suf?" Tanya Hana.

"Bagus, kan?"

Lukisan dengan ukuran yang tidak begitu besar, terlukis wajah Yusuf dengan warna putih Abu-Abu. Mirip, itulah kata yang pertama kali muncul di benaknya.

"Halah, Gue bisa lukis lo lebih nyata dari ini, nanti gua lukis lo di kanvas yang besar." Ucap Hana menyerahkan lukisan tersebut.

"Emang bisa?" Tanya Yusuf.

"Bisalah, gue gituloh." Sombongnya.

Sepanjang membuka hadiah tersebut, isinya tidak ada yang aneh, sampai satu kado berwarna merah mengejutkannya. Ketika kadonya sudah terbuka, betapa terkejutnya Hana, terdapat beberapa baju yang terlihat kurang bahan.

Astaga! Baju apaan ini? Siapa sih penjahitnya, baju kurang bahan kok dijual?

"Yusuf."

"Hmm?" Jawab lelaki itu yang sibuk memandangi lukisannya.

"Ini baju apa? Kenapa transparan dan kurang bahan?" Tanya Hana membuat mata laki-laki itu melirik padanya.

Astaghfirullahalazim, siapa yang kirim hadiah ini? Gua jawab apa, ya?

"Kamu tidak tau itu baju apa?" tanyanya.

"Tidak, emang apa?"

"... Hahaha, cari tau saja sendiri. Kau bilang kau hebat, kan? Oiya kalau itu membuatmu tidak nyaman, kenapa tidak dijahit saja? Kau kan pandai menjahit." Jawabnya yang diangguki Hana.

Yusuf hanya tersenyum tipis melihat wajah polos istrinya. Ia kembali membuka hadiah terakhir sedangkan Hana yang sibuk membereskan bajunya ke dalam lemari.

Siapa sih orang yang kirim kado itu? Sampai Yusuf bilang kalau gak suka di jahit ulang, tapi ada benarnya juga, ya kali gue pakai baju ginian di depan dia

"Dasar!" Ucap gadis itu.


YUSHAN [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang