Bab 10 Kembalinya Kembang Kampus

416 59 3
                                    

Prang!

Wadah cat dari kaca jatuh ke lantai dan pecahan kacanya berserakan. Tangannya penuh dengan tumpahan cat berwarna merah.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Yusuf sambil membersihkan noda di tangannya.

Kenapa perasaanku gak enak, ya?

"Hana?" panggil Yusuf.

"Iya, Mas? A-aku gak apa-apa, kok." Jawabnya tersenyum.

"Ya sudah, Mas ke depan dulu, ya?"


Hana mengangguk menjawabnya.

Kakinya melangkah mendekati pintu, tidak ada seorang pun yang berada di luar rumah. Yusuf pergi keluar gerbang dan tetap tidak menemukan siapa pun.

"Lalu telepon tadi dari siapa? Katanya mau menemuiku di depan rumah?" Batinnya keheranan.

Ketika akan kembali ke rumah, tiba-tiba ada yang memukulnya dari belakang hingga membuatnya tak sadarkan diri.

"Lama banget sih! Cuma nemuin orang kok lamanya seabad, gue juga butuh dia buat ngambilin kanvas di atas lemari. Lemarinya yang ketinggian apa gue yang kependekan, ya? Akh dasar gue emang pendek! Percuma gua bertahun-tahun latihan renang." Kesalnya.

Seketika terdengar suara benda jatuh di lantai satu dan membuatnya spontan langsung turun mengecek keadaan.

"Astaghfirullahalazim, ini rumah kenapa? Berantakan banget! Bi Tini!! Bibi di mana sih!" Teriaknya.

Bentar, kok rasanya aneh, firasat gue gak enak

Tiba-tiba ada yang membekap mulutnya dari belakang. Seketika ruangan menjadi gelap.

Di sisi lain

Seorang laki-laki berkacamata hitam duduk di dalam mobilnya menunggu lampu lalu lintas berubah menjadi hijau.

"Panasnya, padahal baru kemarin hujan." Ucap Alex yang menurunkan kaca mobilnya.

Ketika tengah mengamati mobil yang ada di dekatnya, ada satu mobil yang mencurigakan. Samar-samar ia melihat seseorang diikat di dalam mobil. Ketika kaca mobil itu di buka setengah, terlihat jelas orang yang ada di dalam mobil tersebut.

Yusuf! Kenapa dia bisa ada di mobil itu? Gawat, ini pasti ada apa-apa, gue harus ikutin mobil itu!

Lampu berganti hijau, seluruh kendaraan mulai melaju. Alex diam-diam mengikuti mobil tersebut.

Di saat yang sama

Di musim kemarau ini banyak sekali daun-daun yang berguguran. Gadis berjilbab ungu yang sedang asyik menyapu halaman depan gerbang pesantren.

"Tolonglah daun, engkau jangan jatuh lagi, cape aku teh sapuannya!" Kesal Iis membanting sapu lidi nya.

Ketika hampir selesai, ada satu mobil melintas melewati genangan air dan Iis terkena cipratan air tersebut.

"Woy mobil!"

Mobil itu berhenti, dengan cepat Iis menghampiri mobil tersebut.

"Hey!!"

Jendela mobil itu terbuka dan terlihat laki-laki berkumis panjang meminta maaf padanya.

"Maaf mbak kami buru-buru."

"Hati-hati dong makanya!" Bentak Iis.

Eh kok ada perempuan mulutnya di lakban?

Ketika gadis itu menyadarinya, laki-laki di dalam mobil itu langsung menghalanginya dan mengalihkan pembicaraan.

"Kami permisi!"

Mobil itu pergi, sesaat ia teringat akan wajah perempuan tadi.

"Perempuan tadi mirip ... Astagfirullah Hana! A-aku harus kabari yang lainnya!"

Tanpa pikir panjang ia berlari masuk ke dalam pesantren dan mencari Dimas. Ia berteriak memanggil nama Dimas berharap Menyahut panggilannya.

"Dimas!"

"Apa?"

"Dimas, Dimas, Dimas, Dimas, Dimas! Gawat! Hana, Hana di culik!" Ucapnya.

"Astaghfirullahalazim, bener? Liat di mana?" Tanya Dimas.

"Udah cepetan lo kasih tau Yusuf!" Lelaki itu mengangguk paham.

Kepalanya terasa sangat sakit, perlahan ia membuka matanya dan terbelalak melihat dirinya berada di ruangan putih.

Ini di mana? Kenapa semuanya berwarna putih?

Samar-samar ia melihat seorang perempuan cantik menghampirinya.

"Dia siapa?" Gumamnya.

"Hai Yusuf, kita bertemu lagi."

Senyuman manis yang terlukis di wajah Vania.

"Vania? Kenapa aku ada di sini?" Tanya Yusuf yang dibalas senyuman Vania.

Kalau aku diculik tidak mungkin tidak diikat sama sekali, tapi kenapa di biarkan duduk di kursi begitu saja?

"Gua kangen banget sama lo Yusuf, kenapa sih lo gak kasih tau gue pas lo Nikah? Kan gue bisa bantu, buat hancurin semuanya, hahaha!"

Tawa jahat itu membuatnya semakin yakin ada maksud buruk Vania terhadapnya.

"Di mana Hana?"

"Wah lo cepat memahami ternyata, dia aman kok sama gue, tenang aja." Jawab Vania memperlihatkan foto Hana yang diikat di kursi di sebuah ruangan gelap.

"Lo ingin dia selamat? Turuti permintaan gue!" Ucapnya dengan nada tinggi.

"Apa?"

"Kita menikah!"

"Kau gila? Aku sudah menikah, Van!" Jawabnya sembari mencari pintu keluar.

"Gila? Iya gue gila! Tergila-gila pada lo, lo gak bisa keluar sampai lo jawab pertanyaan gue, Yusuf!" Ucap Vania.

Aku harus bisa keluar dari sini, tapi bagaimana? Semuanya warna putih?

"Gak! Sadar Vania! Lo dibutakan oleh cinta! Aku sudah memiliki Hana." Jelasnya.

"Hana, Hana, Hana! Gue bisa bunuh dia kapan saja! Oke, kalau lo gak mau nikah sama gue, gue bakalan hancurin hubungan kalian!!"

Ucapnya sembari meminum satu botol air entah itu air apa.

Bau apa ini? Apa yang dia minum? Dia gila? Aku harus segera pergi sebelum hal buruk terjadi

Yusuf berjalan mundur mencari pintu keluar. Sedangkan Vania yang terpengaruh minuman itu berjalan sempoyongan ke arahnya.

"Mana sih pintunya? Kenapa putih semua?" batinnya.

Sibuk dengan usahanya mencari pintu tak menyadari bahwa Vanya sudah ada di belakangnya lalu memukul punggungnya dengan benda padat hingga membuatnya pingsan.

Di saat yang sama. Alex bersama Alma masih mencari mobil yang membawa Yusuf karena tadi mereka ketinggalan.

"Maaf ya Lex, gara-gara lo nungguin gue jadi ketinggalan." Ucap Alma.

"Gak apa-apa. Sekarang kita harus cari tau di mana mobil itu berhenti."

Sudah berapa kali mereka menelepon Yusuf tetapi tidak diangkat hingga ada kabar dari Dimas bahwa Iis melihat Hana di culik.

"Sebenarnya orang yang menculik mereka mau apa sih?" tanya Alma heran.

"Aku juga tidak tau."

"Yusuf... Sadarlah, kau bisa celaka kalau tertidur"

Itulah bisikan yang terdengar di telinganya. Entah dari mana datangnya yang jelas ia harus segera sadar.

"Duh... Kepalaku." Ia tersadar dan terkejut masih di ruangan yang sama.

"Morning honey." Bisik Vania lalu meniup telinga Yusuf.

Astaghfirullahalazim, kaki dan tanganku diikat? Bagaimana aku bisa kabur? Ya Allah bantulah diriku, lindungilah aku

Lelaki itu hanya bisa berdoa sembari berusaha membuka ikatan tambang itu.

"Kamu tidak akan lepas sebelum menjawab ucapanku, Yusuf. Lagian, tidak salah laki-laki memiliki dua istri." Ucap Vania tersenyum.

"Ku tegaskan, aku tidak akan menikah denganmu! Hanya Hana istriku satu-satunya!"

Plak!

Tamparan kuat itu mendarat di pipi Yusuf.

"Kenapa! Kenapa Hana? Dia hanya perempuan jelek, bodoh, gayanya saja seperti laki-laki. Kenapa Yusuf kenapa!"

"Karena aku mencintainya! Kau dia bilang bodoh? Tidak, kau yang bodoh! Serendah itukah harga dirimu? Kau tidak malu? Sadar Vania!" bentaknya.

"Kenapa kau mencintai Hana? Bukan aku? Oke, kalau kau tidak mau menikah dengan ku, tetapi ada cara lain." Ucapnya tersenyum smirik.

"Maksudmu?"

Seketika gadis itu mendekat lalu membuka tiga kancing kemeja putih Yusuf.

"Apa yang kau lakukan?"

"Menurut mu apa yang dilakukan dua orang di tempat sepi seperti ini?" jawabnya.

Sial! Kenapa talinya tidak mau lepas? Bagaimana ini? Aku harus bisa lolos

Tak cepat menyerah ia terus berusaha membuka ikatan tambang itu.

"Yusuf... Aku mencintaimu." Ucapnya lirih.

Dengan sekuat tenaga ia berhasil membuka ikatan itu laku dengan cepat mendorong Vania ke dinding.

"Ayo lakukanlah, mulai dari mana?"

"Sadar Vania!" Ucap Yusuf menatap tajam.

"Apa belum cukup aku menggodamu? Kau kuat juga ya?" balasnya.

"Sadarlah Van! Lo sudah tersesat terlalu jauh!"

Gadis itu masih saja terdiam. Melihat ada kesempatan laki-laki itu segera mengikat lengan Vania dengan tambang tadi dan ujung tambang lainnya di ikatkan di tiang di sana agar gadis itu tidak bisa mengejarnya.

"Ku harap kau merenung di sini dan sadar atas perbuatanmu." Ucapnya pergi.

"Yusuf... Tunggu."

Tak lama kemudian ia dapat menemukan pegangan pintu itu.

Klik

"Akhirnya ketemu." Batinnya.

Ketika pegangan pintu sudah di temukan dan hendak keluar, ia melihat Vania tersungkur tak berdaya.

"Yusuf, aku ... mencintaimu." Lirih Vania.

Tolongin atau tidak ya? Maaf Van, lebih baik kau seperti itu

"Yusuf awas!"

Teriakan itu membuatnya langsung menghindar ketika melihat seorang laki-laki yang terhempas masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Alex?" Ucapnya sambil menutup pintu tersebut.

"Lo gak apa-apa?"

"Alhamdulillah, baik." Jawabnya.

"Beneran gak apa-apa, kan? Astagfirullah wajah mu kenapa? Memar gitu." Tanya Alma.

"Kamu ikut?" Yusuf terheran.

Seketika terdengar teriakan dari dalam ruangan itu. Ketika ingin mengeceknya, Alex langsung menarik tangannya.

"Cepat! Hana dalam bahaya!"

Teriakan siapa tadi?

Di perjalanan Alex menjelaskan bahwa Dimas mengabarinya tentang Hana yang diculik oleh seseorang.

"Iis yang lihat? Ya Allah semoga Hana baik-baik saja."

"Coba lo jelasin, kenapa lo bisa di sini?" Tanya Alex penasaran.

"Iya, kenapa lo bisa diculik?" Sambung Alma penasaran.

"Kalo gak salah, ada yang pukul gua dari belakang, setelah itu gua gak inget apa-apa." Jawabnya yang masih merasakan sakit di kepalanya.

"Siapa yang culik lo? Apa penculikan ini sudah di susun dengan rapi?"

"Entahlah, yang jelas di dalam ada Vania, sepertinya dalang di balik penculikan ini dia." Jawa Yusuf.

"Bisa jadi, tadi kata Dimas bukan cuma Hana yang diculik, tetapi ayahnya juga ada di samping Hana." Ucap Alex.

Apa kakak terlibat dalam penculikan ini? Astaghfirullahalazim, jangan suudzon


YUSHAN [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang