Tujuh hari berlalu tidak terasa penghujung bulan Ramadan sudah dekat dan malam itu adalah malam takbiran. Suasana rumah cukup sepi tanpa kehadiran Papa.
“Maaf mengganggu, itu di depan ada yang mencari Non Hana sama Aden.”
“Baik Bi.”
“Hei kalian apa kabar?” Sapa Nabila.
“Baik!” Jawab Hana yang langsung mempersilahkan teman-temannya duduk.
Pembantu di sana langsung menyajikan minuman juga camilan untuk mereka. Kehadiran teman-temannya melupakan kenangan buruk Hana. Ia tersenyum tulus kepada semua temannya.
Syukurlah dia tersenyum, aku juga bahagia melihatnya
Tangannya mengelus lembut kepala Hana.
“Ohok! Maap keselek daki.” Ungkap Alex yang membuat semuanya tertawa.
“Apasi Lex?” Ucap Hana memukul pundaknya.
“Tau ih gajelas Alex.” Sambung Alma.
Seketika terdengar suara bedug yang di mana sedang ada takbir keliling, mereka bergegas melihatnya.
“Weh Yusuf!” Teriak Dimas di antara kelompok itu.
“Dimas?” Laki-laki itu mendekat padanya.
“Tahun ini takbiran tanpa lo aneh, Suf. Di pesantren sepi.” Ungkap Dimas.
“Bentar lagi kan lo keluar pondok, sering-sering main ke sini.”
“Gak enak gua sama Hana, udahlah gua lanjut jalan dulu, Assalamualaikum.” Ucap Dimas melambaikan tangan.
“Waalaikumsalam.”
Ia juga melihat sosok perempuan yang pernah mendiami hatinya, di balut jilbab panjang dengan cadar menambah kecantikan gadis itu.
“Nurul….”
Gadis itu tersenyum padanya.
“Yusuf!”
Kakinya diinjak oleh Hana, raut kesal terpasang di wajah Hana.
“Kenapa?”
Tanpa menjawabnya gadis itu pergi meninggalkan Yusuf di depan rumah.
Salah lagi gua
Lelaki itu menghela napas sambil mengikuti langkah Istrinya. Teman-temannya juga pamit pulang karena masih ada urusan.
“Hati-hati.”
“Oghkey.” Jawab mereka.
Laki-laki itu berjalan memasuki ruangan, melihat Hana yang tengah sibuk dengan ponselnya. Ia menghampiri Hana dan duduk di dekatnya.
“Hana.”
“Kenapa lo ke sini? Sono lihatin Nurul sampe puas!”
Nadanya terdengar kesal ditambah raut wajahnya yang cemberut.
“Kamu … cemburu?” Tanya Yusuf menahan tawanya.
“Siapa juga yang cemburu, sana pergi!” Jawab Hana ketus.
“Sudahlah, dia hanya masa lalu, kita baikkan?”
Yusuf mengulurkan tangannya. Gadis itu mengangguk pelan disertai senyum manisnya.
“Tapi ada yang mau aku tanya.”
“Apa?”
“Bukannya lo sama Nurul saling suka? Kenapa tidak menikah saja? Katanya laki-laki bisa memiliki istri lebih dari satu?” Tanya Hana.
Yusuf tersenyum padanya. Hana yang bingung hanya terdiam.
“Cukup satu saja bagiku, bila lebih dari satu pun mereka harus di perlakuan adil, aku tidak ingin di antara mereka ada rasa iri, karena nanti akan di minta pertanggung jawaban di akhirat.” Jelasnya.
“Aaaaa… bisa aja kamu.” Ucapnya tersenyum sembari menampar lembut pipi Yusuf.
“Syukurlah dia tidak marah padaku.” Batin Yusuf.
“Jadi? Kamu hanya mencintaiku?” Pertanyaannya hanya dibalas dengan senyuman.
“Syukurlah Non Hana tidak bersedih lagi. Semenjak kepergian Tuan, senyuman Non Hana pudar, tetapi sekarang sudah ada Den Yusuf, dia pasti bahagia.” Ucap Bi Tini bernada pelan.
Dari balik pintu kamar yang sedikit terbuka Bi Tini melihat putri majikannya itu tersenyum kembali.
“Tadinya aku pengen izin supaya bisa pulang besok, tapi nanti aja deh takut ganggu Non Hana.” Batinnya yang kembali turun menuju dapur.
Di saat yang sama. Tawa bahagia terdengar jelas dari mulut Vania. Dirinya yang tengah mengandung, menganggap bayi di perutnya adalah anaknya Yusuf.
“Gue yakin ini anaknya, sudah ku bilang, kamu hanya akan menjadi milikku, Yusuf! Iyakan, Nak?”
Vania yang bahagia mengelus-elus perutnya.
“Yusuf!”
Hana terbangun dari tidurnya dengan keringat dingin. Yusuf yang terkejut hanya terdiam. Hana yang ketakutan langsung memeluk Yusuf yang sibuk dengan laptopnya.
“Kenapa Hana? Mimpi buruk?” Tanya Yusuf yang dijawab anggukan Hana.
“Aku bermimpi kamu … mimpiku–”
“Sudah jangan ceritakan mimpimu, tidurlah, ini sudah larut malam.” Ucapnya sembari mengelus kepala Hana.
“Yusuf, kamu tidak akan menghianati ku, kan?”
“Kenapa kamu menanyakan itu?” Yusuf terheran.
“Perasaan ku gak enak. Aku takut.” Jawabnya.
“Sudah jangan dipikirkan, tidurlah.” Matanya mulai terpejam dan terlelap.
“Sebenarnya apa yang kamu lihat di mimpi sampai membuatmu ketakutan? Dan kenapa kamu menanyakan hal itu?” Batin Yusuf.
Brugghh
Seorang laki-laki tua terjatuh dari tempat tidurnya. Ia yang tersadar terkejut melihat dirinya berada di ruangan yang megah dan indah.
“Saya ada di mana?” Tanya laki-laki tua itu kepada wanita berparas cantik di dekatnya.
“Maaf Pak, pegawai saya menemukan Anda di hutan, apakah Bapak ingat kenapa Bapak bisa ada di sana?” Tanya wanita asing itu.
“Saya tidak ingat.”
“Coba Anda ingat-ingat lagi.” Pinta wanita itu.
“Saya ingat ada nomor ponsel di saku samping, tetapi saya tidak ingat itu nomor siapa.” Jawabnya.
“Baiklah, akan saya cek nomor itu.”
![](https://img.wattpad.com/cover/285538289-288-k927795.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
YUSHAN [OPEN PRE-ORDER]
Romantizm[Open Pre-Order] Hidup sebagai mahasiswa sekaligus santri tak membuat Yusuf putus asa apalagi dirinya yang hanya seorang anak pungut yang di rawat oleh ibu angkatnya. Impian dan cita-citanya sempat terhambat karena ia harus menuruti permintaan ayah...