Dey dan Christy tidak di perbolehkan ikut ke markas rahasia. Jadilah mereka di amankan dalam rumah.
"Pagi itu memiliki embun yang menetes tanpa harus diminta. Kebahagiaan juga memiliki arti ketulusan tanpa di rencanakan. Sama halnya hati, dia memiliki cinta tanpa harus diminta meskipun terkadang akhirnya menyakitkan" Lirih Dey menikmati secangkir teh hangat di balkon
"Aku harus belajar menikam perasaanku sendiri untuk kebahagiaan. Aku harus menghancurkan impian indah yang bahkan belum sempat diwujudkan. Terimakasih Ara" Sambung Dey mulai menyeruput teh
"Jika pada akhirnya kakak hanya kisah yang memilih patah dan menyerah, untuk apa dulu kakak bersikeras bertahan, padahal tau yang dia beri hanyalah kepedihan?" Tanya Christy mengagetkan Dey
"Kitty pernah denger filosofi sepatu yang bunyi nya gini, kalau dia menyakiti mu, berarti dia bukan ukuran mu. Terkadang apa yang diinginkan, belum tentu hal yang terbaik dalam hidup kita kak, begitupun urusan cinta." Kata Christy yang berdiri di belakang Dey
Christy berniat memanggil Dey untuk sarapan bersama tetapi ketika Christy mengetuk pintu kamar Dey, tidak ada sahutan dari Dey alhasil Christy masuk ke dalam kamar Dey dan tidak sengaja mendengar lirihan Dey
"Kakak juga ngga ngerti kenapa perih yang dia beri malah terus kakak nikmati. Tapi gini, jika kamu tau sesuatu akan berakhir menyakitkan, sanggupkah kamu menghentikannya saat semua masih terasa indah?" Dey berdiri dan bersandar pada pagar pembatas balkon
"Logika dan hati memang susah untuk sejalan. Apalagi untuk urusan cinta. Ngga jarang hatilah yang dibutakan, juga pada kesempatan lain logika yang dikacaukan." Lanjut Dey
"Dulu memang kakak terlalu hanyut dalam harapan, impian dan angan kosong kakak. Sedikit kata dari Ara, sudah membuat kakak bahagia. Apalagi setelah Chika ngga ada, sedikit perhatian dari Ara, sudah membuat kakak sangat bahagia. Sedikit senyuman dari Ara sudah membuat kak berfikir Ara peduli ke kakak.
Dan lagi, begitu dengar kabar dari Ara sudah membuat kakak terlena dan ngga beranjak hentikan semua rasa yang ada. Yaaa.. semua yang sedikit itu sudah membuat kakak merasa bahagia, yang sedikit, bahkan semu sekalipun membuat kakak bertahan dalam penantian panjang berharap Ara bisa membalas perasaan kakak" Dey melangkah pelan dan menarik Christy untuk duduk di kursi rotan
"Hingga pada akhirnya kakak belajar melepaskan Ara karena mencintai sendirian bukanlah cinta yang wajar kan. Terlalu terobsesi juga ngga baik. Ngga semua harapan bisa didapatkan dan ngga semua cinta bisa terbalaskan. Jadi, cukuplah Ara tau kalau kakak mencintai Ara" Dey menunduk sebentar
"Sekarang kakak juga sadar, meski Ara adalah alasan kakak untuk bahagia tapi jika kakak bukan alasan bahagia nya Ara, kakak bisa apa? Memaksakan hati nya Ara ? Kakak ngga sejahat itu. Lebih baik melepaskan dari pada memaksa terus bersama kan. " Gumam Dey
"Toh kakak juga udah denger penolakan langsung dari mulut Ara, jadi kakak bakalan berusaha buang rasa ini. Ya setidaknya menganggap Ara hanya adik. Mungkin Tuhan memang mengutus kakak hanya cukup untuk menjadi orang yang mencintai tapi tidak di cintai." Dey sedikit menghapus air mata yang ada di pelupuk matanya
"Kenyataan memang ngga selalu beriringan dengan harapan tapi bukan berarti kita harus dilanda keputus asaan. Lepaskan daripada memaksakan. Ikhlaskan daripada menyakitkan. Relakan daripada berjuang sendirian." Christy mengapus jejak air mata Dey
"Masalah bisa diperbaiki. Tapi, cinta bertepuk sebelah tangan adalah sebuah tragedi. Mencintai orang yang ngga mencintai kita, seperti menimba menggunakan ember bocor. Melelahkan, tapi minim hasil bahkan sia-sia" Christy menggenggam tangan Dey erat
KAMU SEDANG MEMBACA
IN MY DREAM { ChikAra } °END°✔
Fanfiction~ In my dreams you're with me.. We'll be everything I want us to be.. ~ sebuah penggalan lirik yang akan menghiasi kisah seseorang yang jatuh cinta, tapi beda server 🤞 °°° "Iya iya. ABCD" Kata Ara merapikan rambut Chika. Chika mengernyitkan dahi. "...