~Tumbang~

3.4K 345 27
                                    

Dari sofa, Chika melihat Ara tengah memainkan piano sambil menyanyi. Suara nya memang indah, seperti ribuan lonceng gereja memenuhi kepala Chika. Begitu lembut dan tenang di setiap nada yang Ara nyanyikan. Ara berhasil membuat Chika tidak berkedip, masih mengagumi suara dan cara Ara bermain piano.

Agenda hari ini memang di habiskan untuk bernyanyi bersama. Setelah hasil chek up mengharuskan Chika istirahat total, jadilah Chika membuat alasan mager dan sedang ingin menghabiskan waktu di rumah saja agar kencan yang Ara maksud, dilakukan lain kali.

Begitu selesai dengan lagunya, Ara mengajak Chika naik menuju balkon dekat kamar Chika.

Chika duduk di sebelah Ara, mengamati Ara dengan seksama dan masih menyunggingkan senyuman lebar. Bintang tidak terlihat hari ini karena tertutup awan mendung. Setidaknya, Chika tidak mempermasalahkan cuaca hari ini. Ia lebih tertarik mendengarkan semua cerita Ara.

"Oh iya, kemarin ada orang marah-marah ke aku loh. Dia tanya rumah pak RT tapi aku jawab gini 'itu pak, jalan aja lurus, ada pertigaan pertama belok kiri, lurusss aja sampai mentok, nanti pas di kiri jalan depannya itu ada bedug sama terasnya luas jam-jam segini itu banyak orang kok nanti tanya aja ke situ mana rumahnya pak RT'.. Sempat diam dong orang nya" Kembali Ara bercerita

"Terus.. Terus.." Chika menahan tawa mendengar cerita Ara

"Tiba-tiba dia ngebentak sambil bilang, 'bangk* lu tong, itu mah masjid! Dasar cucu fir'aun lu'. Hahaahaha"

"Hahahaha dasar, buAra-buAraaa usil banget weh. Untung kamu ngga di tampol loh itu" Chika tidak habis pikir buAra kesayangannya masih tetap tengil sedari dulu.

"Tapi kamu sayang kan?" Ara sedikit menggoda Chika

Chika menggelengkan kepala

"Heh kok gitu?! Aku mau ngambek lah" Ara bocil mode on

"Dih orang mau ngambek kok ngomong. Kamu ngga pantes ngambek-ngambek gitu, udah ngga lucu lagi. Soalnya sekarang lucuan aku. Wlee" Chika menjulurkan lidah sedikit

"Lagian nih, Kamu bukan sekedar orang yang aku inginkan ada didalam hidupku. Bukan sekedar orang yang aku cintai dan yang aku sayangi dengan tulus. Tapi kamu adalah satu-satunya orang yang aku butuhkan hingga akhir hayat aku nanti. Oleh sebab itu, tetap bersama aku, mau?" Chika mencubit gemas hidung Ara

"Hehe mau pake banget-banget banget atuh sayang." Ucap Ara

Chika mengamati Ara baik-baik. Dalam benak Chika, membayangkan bahwa Ara memang utusan Tuhan untuk mengubah sisi kelam hidup Chika. Dengan mendekap erat lengan Ara, Chika menyenderkan kepalanya pada bahu Ara

"Chika, pernah dengar puisi, Sapardi Djoko Damono yang berjudul 'Aku Ingin' ngga?" Ara bertanya

"Em.. Pernah. Kalau ngga salah, bunyi nya gini kan...

'Mencintai angin, harus menjadi siut
Mencintai air, harus menjadi ricik
Mencintai gunung, harus menjadi terjal
Mencintai api, harus menjadi jilat
Mencintai cakrawala, harus menebas jarak
Mencintai Mu, harus menjadi aku'

Gitu kan?" Chika masih asyik menyenderkan kepala di bahu Ara

"Kurang tepat di bagian akhir" Ucap Ara membuat Chika bingung

"Harus nya, Mencintai Zahra Chaesara Khaulah, harus menjadi Yessica Tamara Tanumihardja" Sambung Ara tersenyum manis

Chika juga ikut tersenyum namun dengan iseng mencubit pinggang Ara

IN MY DREAM { ChikAra } °END°✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang