Min Yoongi. Pekerja kantoran dengan gaji rata-rata. Dirinya memegang posisi sebagai anggota tim HRD. Pekerjaannya tidak sebanyak tim akuntan dan lainnya. Namun, tetap saja ia bekerja di sini. Ia harus berhadapan dengan banyak kemungkinan SDM di kantornya. Ia harus berhadapan dengan banyak manusia dan itu membuat dadanya sesak.
Ada hari saat dirinya tidak ingin melakukan semua ini. Ia terlalu lelah, ia butuh satu tempat untuk dirinya bisa bernafas normal. Senin sampai jumaat ia habiskan dengan bertemu manusia. Sesamanya sendiri membuatnya kehilangan tempatnya sendiri.
Walaupun di gaji.
Min Yoongi tetap tidak diberi satu kompensasi tepat karena sudah merelakan banyak tempat di dirinya untuk manusia lain. Boleh bukan ia mengeluh karena tempat untuk dirinya sendiri di ambil atas kehendaknya.
Ia juga tidak menyangka akan bekerja seperti ini. Lebih tidak menyangka lagi ia akan bertahan selama lima tahun dan sebentar lagi ia akan naik menjadi ketua tim HRD. Jabatan itu semakin membuatnya berpikir bahwa ia akan terus-terusan bertemu manusia.
"Sialan."
Kadang Yoongi mengumpat dalam hati, bukan di bibir ia sering mengumpat halus. Matanya akan terpejam sebentar, wajahnya menunduk dan ia akan kembali tegak di depan pekerjaannya. Ia menarik nafas, memijat tengkuknya lalu melirik jam kantor.
Satu jam lagi pulang kantor.
Satu jam bertambah menjadi setengah jam karena ada pekerjaan mendadak. Ia wajib menyelesaikan kalau tidak mau membawa pekerjaan ini ke rumah. Cukup kantor menjadi tempat sesak, ia ingin rumah tetep menjadi rumah.
Satu setengah jam berlalu. Min Yoongi sudah menyelesaikan pekerjaannya. Ia bergegas turun dengan senyum di dalam hati. Liftnya bergerak cepat turun ke lobby. Di sana sudah tidak banyak karyawan, rata-rata yang mengisi lobby adalah OB dan OG. Yoongi mengulas senyum kecil, melangkahkan kaki ke halte bus dengan ponsel di tangan.
Apartemen standar orang-orang Korea. Ada dua kamar, satu dapur, satu ruang tamu sekaligus ruang santai, kamar mandi dan balkon. Yoongi akan selalu tersenyum masuk ke rumahnya. Kemudian sedikit berlari memeluk manusia yang paling ia sukai.
"Kangen."
Manusia yang dipeluk terkekeh, membalik badan dan ia kembali di peluk. Yoongi akan selalu begini, lima belas menit memeluk Jimin. Entah Jimin berada dimana, Yoongi akan berlari memeluknya. Jimin terkekeh, mematikan kompor di belakangnya. Kemudian ia menuntun Yoongi ke sofa.
"Gimana kerjaanmu? Ada tambahan kerjaan tadi?" tanya Jimin sembari melirik Yoongi. Pria itu tengah asik bersandar di dadanya, memeluk pinggangnya dengan kaki di luruskan ke atas meja.
"Hmm, cape."
Jimin tersenyum, mengusap dan sedikit rambut hitam kekasihnya. Terutama di sekitar telinga, kemudian naik ke atas puncak. Yoongi terkekeh, mendongak memandang muka Jimin.
"Kamu gimana? Nggak cape?" tanya Yoongi mengusap perut Jimin yang sedikit buncit. Jimin menggeleng, memasukan kepala Yoongi di antara ceruk lehernya. Matanya terpejam merasakan usapan halus di perut dan kecupan di wajahnya.
"Mau makan?"
"Nanti, kamu udah makan?"
"Belum, tadi kerja sebentar."
"Belum rencana cuti?"
"Nanti aja, anak-anak magang masih perlu bimbingan," ucap Jimin. Yoongi mengangguk, bangun dari pelukannya ke badan Jimin. Pemuda yang sedang hamil muda itu mengernyit, menatap ke jam dinding lalu ke punggung Yoongi.
Belum ada lima belas menit tapi Yoongi sudah beranjak ke dekat speaker sambil bermain dengan ponsel. Kemudian ia terkekeh mendengar lagu yang terputar.
"Mau apa~"
Yoongi terkekeh, "Nggak apa-apa. Tadi aku denger lagu ini pas jalan dari halte. Jadi, kangen," jelas Yoongi memberikan telapak tangannya ke Jimin.
Pemuda manis itu terkekeh, menerima uluran tangan Yoongi. Secara lembut Yoongi menyentuh pinggangnya, tangan kirinya memeluk pundak Yoongi dan tangan kanannya di genggam erat. Jimin menahan tawa gemas melihat badan kaku Yoongi dan keinginan suaminya memeluknya erat-erat.
"Pelan-pelan ada baby."
Yoongi mengangguk, meremat tangan kanan Jimin dan perlahan bergerak ke kanan. Kemudian ke kiri, maju, mundur, dan berputar. Jimin tertawa keras, memandang wajah serius Yoongi yang berusaha keras mengikuti irama. Terlihat jelas sekali kalau Yoongi memang tidak bisa menari sebelum dilatih.
"Kanan dua kali."
"Aa, begini?"
Yoongi menurut kemudian membawa Jimin berputar, "Aku sedikit lupa."
Jimin terkekeh, "Tidak apa-apa. Aku bisa nuntun," gumam Jimin tersenyum maklum.
"Aku dulu bisa."
"Iya bisa tapi latihan dulu kan? Latihannya lebih lama dari latihan minta ijin ngelamar aku."
Yoongi terkekeh, menundukkan kepala malu, "Ya kan gimana ya. Aku gugup."
"Tapi disambut baik kan?"
"Iya, kalo nggak kamu nggak nikah sama aku."
Jimin tertawa lagi, kemudian ia berhenti diikuti Yoongi. Pria di depannya masih tetep memeluk pinggangnya, tersenyum lalu mengecup bibirnya. Jimin tersenyum, balas memeluk punggung Yoongi lalu mengecup pipi suaminya.
"I love you."
"I love you too."
KAMU SEDANG MEMBACA
Story about Us [YoonMin]
FanfictionKetika Min Yoongi dan Park Jimin disatukan maka akan muncul sebuah cerita... bisa saja manis... ... atau pahit? Tidak ada yang tahu, mungkin kalian bisa menebaknya dengan membaca cerita mereka. Oneshoot collection about YoonMin