Story about Us [YoonMin]

Into You

(ﾉ･ｪ･)ﾉ

ヾ（〃＾∇＾）ﾉ♪

haiiii,

udh lama banget gak update ini book, jadi gua bawa chapter ini setelah denger dan nonton mv into you ariana 😅

random yaa biasa gua 😂👌

kebayang aja di sana yoonmin bukan si ariana nya 🤣🤣🤣

dah selamat menikmati yaa

welcome to my world

enjoy reading

and start 😎😎😎

Jimin itu sebuah kesempurnaan.

Hidupnya penuh dengan kesempurnaan setiap umat manusia. Ayahnya seorang pebisnis handal di bidang properti dan penguasa saham Korea. Ibunya seorang petinggi di salah satu agensi hiburan Korea. Sudah jelas dari sini orangtuanya benar-benar sempurna.

Kehidupan keluarganya juga tidak pernah diterpa gossip aneh.

Dirinya juga tidak pernah.

Namun ia kesepian.

Jimin benar-benar kesepian di dalam kamar mewahnya. Ia hanya duduk di balkon dengan mata lurus keluar balkon.

Ia memiliki hidup sempurna tapi hatinya?

Hatinya tidak sempurna.

Hatinya kesepian.

"Tuan muda."

Jimin mendengar seseorang memanggilnya. Ia bergegas ke pintu kamarnya dan menarik orang itu masuk ke dalam. Ia memeluk tubuh tegap itu dengan sangat erat. Meskipun tidak ada balasan ia tetap memeluk tubuh tegap itu.

"I miss you..."

Yoongi merunduk, menjauhkan tubuh kecil dan ramping Jimin. "Ada apa anda memanggil saya?"

Jimin tersenyum, menyentuh wajah Yoongi dan mengecup bibir itu. Meskipun Yoongi-alias bodyguard keluarganya-tidak membalas.

Sudah lebih dari cukup untuk membuatnya senang.

Ia senang Yoongi ada di sisinya karena Yoongi adalah satu-satunya tempat baginya merasakan hidup.

"Apa kau tidak bisa memanggilku Jimin?"

Yoongi menggeleng, menjauhkan tubuh Jimin sepenuhnya. "Maaf tapi saya tidak bisa di sini lebih lama. Permisi," ucap Yoongi lalu berjalan keluar kamar.

Jimin menunduk. Ia duduk di atas kasurnya sambil berselancar di internet mencari namanya sendiri.

Putra tunggal kaya raya, kehidupan paling sempurna, kehidupan paling impian adalah kunci pencarian namanya.

Park Jimin.

Namun Jimin tidak menyukainya. Bahkan ketika meliht foto dirinya di internet membuat Jimin mengamuk dan membanting ponselnya sendiri. Ia tidak suka melihat fotonya, ia tidak suka melihat dirinya sendiri di cermin, ia tidak suka.

Jimin tidak menyukai dirinya sendiri.

...

Namun itu dulu.

Jimin memeluk punggung Yoongi erat-erat, semakin erat ia memeluk Yoongi maka semakin kencang pria ini membawa motornya menjauhi kota Seoul. Bukan dari kota Seoul saja, Jimin sangat yakin kalau pria ini membawanya pergi jauh dari Korea.