Fly

1.1K 87 3
                                    

Semalam adalah malam terakhir ia menitihkan air mata, ingus, terpojok di kamar, badan bau, dan pikiran-pikiran pergi meninggalkan dunia. Ia berjanji malam itu adalah malam terakhir Park Jimin bertingkah menjijikan karena sebuah rasa. Pagi ini tidak boleh lagi seperti pagi sebelumnya. Jimin harus bangun, mengusap wajahnya, mengelap ingus, membersihkan badan dan kamarnya. Senyumnya memang belum mengembang tapi ia menanamkan pada dirinya bahwa ia bisa tersenyum nanti siang, sore, malam atau besok.

Keyakinan itulah yang Jimin pegang sekarang.

Jika boleh, Jimin bercerita soal yang terjadi kemarin-kemarin. Sampai-sampai ia tidak mandi, terus-terusan menangis dan muntah. Penampilan seorang Park Jimin yang sangat menjijikan. Percayalah, bahkan Jimin enggan melihat cermin karena kondisinya.

Beberapa minggu lalu, ia kehilangan seorang teman. Seorang teman yang sudah sangat Jimin percayai. Bahkan ia sudah berjanji pada temannya itu bahwa Jimin akan memperlakukan temannya dengan sangat baik hati. Namun, kebodohan Jimin karena terlalu percaya terhadap rasa, terhadap teman dan terhadap segala apa pun yang ada di dunia ini.

Jimin terlalu polos meskipun dia sering menonton vidio porno tiap malam. Dia terlalu polos, dia terlalu menerima apapun tanpa mau berpikir. Taehyung bahkan sampai memarahi, menjauhinya karena Jimin terlalu percaya pada temannya ini-Hoseok. Taehyung bilang Jimin telah tertipu dengan sikap polos, sok bodoh, sok peduli Hoseok pada Jimin. Semua itu hanya kamuflase, Jimin tidak percaya saat itu. Taehyung marah, dia merasa bahwa peringatannya di anggap enteng. Dia pun pergi, pergi menenangkan diri.

Jimin bingung, ia tidak tahu Taehyung tiba-tiba pergi seperti itu. bahkan dia bermain, hang out dengan orang-orang yang Jimin khawatirkan bisa memengaruhi Taehyung. Jimin tahu Taehyung memiliki riwayat kesehatan mental, sama seperti dirinya.

Sebelum itu mereka berteman berlima, Jimin, Taehyung, Jungkook, Hoseok dan SeokJin. Sepertinya ini sangat membingungkan, baiklah Jimin akan bercerita dari awal. Benar-benar dari awal bagaimana pertemanan toxic berbalut rasa ini terbentuk.




























....

Jimin itu anak rantau dari kota yang jauh seorang diri, bersama saudaranya tapi ia tetaplah sendiri. Di Seoul ia berusaha keras bersosialisasi, tapi tetap saja dasarnya sifatnya yang pemalu dan enggan berkomunikasi lebih dulu, ia tidak pernah dekat dengan teman satu apartementnya. Lucu memang, ia hanya mengenali wajah tanpa nama bahkan kakak tingkatnya sendiri Jimin tidak berani mendekat.

Singkat cerita, Jimin berkenalan lebih dulu dengan Hoseok dan Taehyung. Kedekatan awalnya di bangun Taehyung dan Hoseok. Mereka kenal karena sahabat Taehyung-Baekhyun-satu apartement dengan Hoseok. Jadilah mereka kenal lebih dulu. Seiring berjalannya waktu Hoseok dan Jimin mulai dekat karena sebuah lelucon receh.

"Banyak debunya!"

"Iya, bau debu nggak sih?"

Hoseok tertawa sedangkan Jimin sebal karena debu itu memang ada baunya. Percayalah, Jimin sering dibilangi ibunya soal bau debu tapi Hoseok menganggap itu hal lucu dan mereka dari situ dekat. Kemudian Jimin takut sebenarnya memulai berteman dengan Taehyung. Dia itu aneh, diam tapi sangat berisik dan wajahnya sombong.

Jimin enggan mendekat tapi karena satu kesamaan mereka mulai dekat, "Aku juga fudansin!" sejak itu, Taehyung benar-benar seperti bayi ke Jimin.

"Jimin, lihat geh mereka kyiut tahu~"

"Anjing, udah ah!"

Sedikit menyingkirkan eksistensi Hoseok karena yaah Jimin lebih nyaman berteman dengan Taehyung begitu juga sebaliknya. Mereka sama-sama fudanshin dan sebagian pemikiran yang sama. Namun saat bertemu di satu titik dan pikiran mereka berbeda, berujung debat tidak penting dan Jimin mengalah. Kemudian Taehyung berusaha dekat dengan SeokJin. Sosok pria pendiam, nolep, tidak ada niatan hidup tapi sangat pintar dan kharismatik.

Story about Us [YoonMin] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang