Part 7

2.8K 242 2
                                    

"Hey, Li Yin, makan siang yuk!" Ajakku. Li Yin sedikit kaget dengan tawaranku.

"Makan siang? Oh.. baiklah," jawabnya gugup sambil memaksakan seulas senyum.

Aku membawanya ke kafe yang aku anggap aneh itu. Aku penasaran dengan ini. Itu sudah dipastikan.

"Dua mocca latte dan burger," ucapku pada pelayan. Kualihkan pandanganku ke arah Li Yin.

"Li Yin, kau tahu kenapa kafe ini sepi tidak? Aku bingung, kenapa kafe ini hampir tak mempunyai pelanggan setiap hari?" Tanyaku. Kulihat dia sedikit kaget.

"Uhmm.. mungkin karena terlalu tersembunyi dari jalan raya," aku tahu, dia pasti hanya beralasan. Aku hanya ber-Oh ria sambil manggut manggut. Aku membuka wattpad sambil menunggu pesanan. Hey, ini bukan untuk iklan, tau!

"Wahh... kok ketahuan sih?" Ucapku saat enak enaknya membaca cerita mistery.

"Apa kau tahu bagaimana rasanya menjadi mata mata yang kerjaannya celingak celinguk itu?" Tanyaku spontan. Wattpad adalah alasanku satu satunya untuk menanyai Li Yin tanpa mencurigaiku. Dia sedikit terhenyak karena pertanyaanku.

"Apa maksudmu?"

"Tidak ada. Aku barusan membaca cerita, dan pertanyaan itu langsung datang. So, bagaimana rasanya celingak celinguk gak jelas gitu?" Tanyaku. Lebih tepatnya memojokkan. Pertanyaanku bahkan seperti menuduhnya. Maaf, tapi kali ini aku penasaran.

"Uhmm.. mungkin rasanya akan kurang nyaman," jawabnya dengan kikuk. Dia tidak bisa berbohong. Kurasa dia orang baik, hanya saja ia terjebak di situasi ini. Tapi, kenapa ia bisa terjebak di pihak yang salah?

"Ayo kembali ke kantor," ajakku. Aku keluar dari kafe itu.

"Kau... maukah kau menjadi temanku?" Tanyaku tiba tiba.

***

Author POV

"Kau... maukah kau menjadi temanku?" Tanya Ellen. Li Yin sedikit tercengang mendengarnya. Teman? Satu kata itu cukup menyentuh hati Li Yin. Mengingat bagaimana keadaannya sekarang, hingga terjebak di kantor sialan ini. Aku mau, temanku. Batin Li Yin.

Sial! Kok aku terdengar seperti sedang melamarnya saja. Batin Ellen merutuki perkataannya itu. Li Yin menatap Ellen dengan pandangan yang tak terdefinisikan. Pandangan itu sama sekali tidak bisa diartikan oleh Ellen.

Aneh! Dia kenapa? Tidak panas kan? Batin Ellen.

Li Yin tersenyum senang dan mengangguk.

Eh dia panas? Batin Ellen.

"Ya, teman," ucap Li Yin kaku.

Syukurlah kalau dia tidak panas. Heh? Dia mau jadi temanku? Batin Ellen.

Ellen segera memeluk Li yin tanpa mengingat beberapa waktu lalu ia telah memojokkan gadis itu dengan pertanyaannya. Dua orang murid SMP datang dan berjalan dengan memandangi mereka dengan tatapan aneh. Ellen, langsung melepas pelukannya.

"Apa liat liat?" Bentak nya. Seketika murid itu langsung pergi saking ketakutannya.

"Wah.. kau galak juga ya," goda Li Yin. Ellen mengerutkan keningnya. Bukankah tadi dia sangat introvert? Tapi kenapa sekarang malah sok kenal? Lupakan sajalah. Batin Ellen

Ellen dan Li yin memasuki kantor bersama.

"Wah.. kalian berteman? Selamat Li yin," ucap resepsionis waktu itu.

"Selamat? Selamat apanya?" Tanya Ellen sambil menatap Li yin meminta penjelasan.

"Tidak ada," jawab Li yin singkat. Ellen hanya bisa mendesah berat.

Sesampainya di lift, Ellen ingat akan lift aneh itu.

"Li yin, apa kau tahu kenapa lift itu sedikit berbeda?" Tanya Ellen sambil menunjuk lift berwarna silver. Li yin membatu mendengar perkataanku.

Apa aku harus memberi tahu teman baruku? Aku bahkan baru mengenalnya. Batin Li yin.

Li yin hanya diam tanpa mengalihkan pandangannya dari lift itu.

"Jika kau tak ingin, tak apa," ucap Ellen. Ellen tahu, ia tidak akan dengan mudah mendapatkan informasi itu.

***

Ellen POV.

"Ahh... sekretaris benar benar merepotkan!" Ucapku sambil melenturkan tubuhku yang sudah kaku berjam jam. Kulihat arloji putih di tanganku.

"Pukul 5 sore," gumamku.

"Sebaiknya aku pulang. Eh? Tante Ann sudah pulang atau masih di kantor? Kalau begitu ke kantor sajalah! Aku ingin menemui chan young. Apa dia merindukanku? Ahh.. mimpi saja kau, Ellen," ucapku sendiri seperti orang gila. Aku berjalan kearah jendela. Berusaha membuka jendela untuk menikmati segarnya angin sore yang berhembus. Aku menunduk. Ini benar benar tinggi! Bayangkan kalau aku tertangkap dan harus loncat, bagaimana nasibku nanti? Aku bergidik ngeri. Sepintas kulihat seseorang melewati parkiran. Alarm di otakku langsung menyala seketika.

"Siapa dia? Ia mencurigakan. Ia terlalu mengendap endap," gumamku penasaran.

Menyadari sesuatu, mataku langsung membulat.

"Apa?! Mengendap endap? Berarti dia?" Aku langsung memfokuskan penglihatan ku. Dia berjalan menuju.... mobilku?

"Apa yang dia lakukan?" Gumamku. Dia mengotak atik mobilku. Sebersit pikiran muncul.

"Dia ingin mencelakaiku?"

***
Hello!  Update lagi.. tapi masih pendek.. maaf kalo jelek ya! Biasa, cerita pertamaku. Btw aku termasuk fast update kayaknya. Haha^^ targetku adalah menyelesaikan cerita ini dengan cepat. Hari pertama try out 3 sudah lewat. Dan bagi silent readers, muncul dong dengan vote maupun comment nya. Dan bagi yang tertarik dengan cerita abalku ini makasih banyak ya!  Silahkan comment ya! Jangan lupa vommentnya juga! Dah dah! Bye bye! Ciao! Luv u muah >.< ♥

Spy and SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang