Part 11

2.2K 178 7
                                    

Aku melangkah menuju lift silver yang berada tersembunyi. Ya, lift yang sama yang kucurigai.

"Bagaimana kita bisa masuk? Kamu bilang karyawan biasa tidak boleh masuk,"

"Memang. And we're lucky now" ucapnya sambil tersenyum. Apa maksudnya? Aku hanya bisa mendesah pelan setiap pikiran demi pikiran berkecamuk di otakku. Terkadang ini menyebalkan!

Ting... suara lift berbunyi menandakan kita sudah sampai diruangan itu.
Li yin langsung berjalan, sedangkan aku hanya mengikutinya seperti anak ayam.. tek kotek kotek...

Aku hanya bisa melihat Li yin dari jarak jauh yang sedang mengobrol dengan seorang pria dengan bahasa cina yang kental. Aku tak tahu apa artinya, tapi pria itu mengangguk dan memberikan instruksi kepada beberapa pria lainnya. Li yin menoleh dan tersenyum padaku.

"Kemarilah, kita diperbolehkan masuk?"

"Apa yang kau katakan? Kau mengancamnya?" Tanyaku tidak yakin. Mana mungkin Li yin yang polos mengancam pria besar tadi. Aku menggeleng menghapuskan fikiran konyol tadi.

"Ya, bagaimana kau tahu?"
Ughh... aku tersedak mendengar ini. Serius, aku kaget! Mana mungkin? Aku menatapnya mencari kebohongan di sudut matanya. Tapi nihil! Dia memang bersungguh sungguh! Sebelum banyak pertanyaan yang keluar dari mulutku, pria itu kembali dan mengantar kami masuk.

Ruang Distribusi dan Produksi. Gila! Nih tempat canggih bangettt! Banyak kotak kayu besar yang tertumpuk. Pasti itu senjata atau amunisi? Sudahlah!

Aku menekan tombol di dasiku. Ini adalah alat perekam. Aku memperolehnya dari lemari di ruang rahasiaku. Masih ingat? Kalo masih ingat berarti memory otak kalian memang bagus. Btw, kok jadi out of question ya?

Kami dibimbing melewati semua ruangan. Seperti karya wisata sekolahan biasa. Hanya saja, kita tidak dijelaskan detail nya.

"Sebenarnya kenapa kita cuma berkeliling saja? Dia tidak menjelaskan apapun? Sebuah rahasia mungkin?" Tanyaku yang dijawab oleh bentakan pria itu dengan bahasa cina nya kembali.

Aku mengangkat sebelah alisku dan menatap Li yin. Li yin hanya menaruh telunjuknya di depan bibir. Oh .. dia menyuruhku diam. Kupikir dia marah karena aku menanyakan sebuah rahasia. Haha ternyata penjaga disini bloon juga yah. Kagak bisa bahasa inggris.

Kami berjalan melewati semua ruangan tanpa terkecuali. Tapi tetap dalam keadaan diam. Aku memutar mutar tubuhku agar bisa merekam seluruh detail dari setiap ruangan ini. Sampai akhir pun tidak ada suara yang menyahut. Sampai tiba tiba.

"Hey kalian! Berhenti disana!" Terdengar suara berat yang diikuti derap langkah kaki. Ada apa ini? Apa aku ketahuan? Mati aku!

"Ada apa?" Tanya pria yang menjadi guide kami tadi. Pria yang mengejar kami berbicara masih dengan bahasa cinanya. Aku menoleh ke Li yin untuk meminta penjelasan.

"Kita harus diperiksa dulu oleh mereka sebelum pergi," ucapnya dengan rahang yang mengeras. Hanya diperiksa? Kenapa Li yin marah.

"Take it off," ucap pria itu. Aku baru sadar dia bisa pake bahasa inggris juga. Aku yang mengerti, langsung membuka blazerku dan menaruhnya di bawah. Bukan hanya aku, tapi Li yin juga mengikuti. Dia mulai memeriksa blazer ku dan Li yin dengan teliti.

"Take it off," ucapnya lagi. Apa yang harus kulepas? Dasi? Dia tahu kalau dasiku ada alat perekamnya?  Aku melepaskan dasiku dan menaruhnya hati hati agar alat perekam itu tidak pecah.

"Take it off," katanya lagi. Dia ngomong apa sih? Aku sudah menurunkan blazer dan dasiku. Terus apa?

"Dont dare you," desis Li yin dengan geram. Pria itu hanya tersenyum miring.

Dan tanpa babibu... pria itu mulai membuka 2 kancing kemeja putihku dengan kasar hingga kancingku rusak. Aku tersentak juga marah sekaligus. Andai aku tak bisa mengontrol emosiku sekarang, aku pasti akan menghajarnya sekali pukulan.

Dia hanya tersenyum miring dan mulai berpindah ke Li yin. Somprettt nih orang! Aku melihat Li yin yang menatapnya sinis.

"I can do it by myself," ucapnya sambil menekankan kalimatnya.

"For sure," gila nih cowo?! Mati aja sana! Li yin dengan enggan membuka dua kancing atasnya yang memperlihatkan camisole hitamnya.

Seringai licik muncul di sudut bibirnya. Sh*t! kurang ajar banget! Nggak rela sebenarnya harus nuker video eksklusif ini dengan pelecehan begini. Tapi emang nasib kali. Aku langsung mengenakan dasi dan blazerku kembali. Aku mengetatkan blazerku untuk menutupi kemejaku yang rusak sementara Li yin mengancingkan kembali kancingnya yang masih utuh.

Aku langsung berlalu bersama Li yin setelah dia berhenti dan mulai berbicara dengan sinis.

"We're not lucky now. We're cursed," sungutku sambil menatap Li yin.

"Iam sorry. I dont expect that," ucapnya dengan menyesal. Aku tahu ini semua bukan salahnya.

***

Suara hentakan memenuhi ruanganku. Aku menghentakkan kakiku sambil berdecak sebal. Dimana aku taruh tuh dasi? Masa hilang sih? Sia sia aja aku bela belain sabar gak nonjok dia. Coba inget, inget! Ayolah!

Flashback on

Aku memasuki ruangan ku dengan sebal sambil mengendurkan dasiku yang langsung ku buang.
"Sial!" Umpatku sambil mengusap kasar wajahku. Sekarang aku merasa harga diriku sudah hancurrrr diinjak iblis! Kemarahanku yang tertahan mulai memuncak sekarang.

Aku merebahkan diriku ke kursi dengan kasar. Menutup mataku untuk sejenak menghapus memori beberapa menit yang lalu. Tapi, lama kelamaan kesadaranku sudah terengut dalam dunia mimpi.

Flashback off

"Oh iya! Aku membuangnya. Tapi dimana aku membuangnya?" Otakku mulai bekerja mengingat peristiwa lalu. Nihil! Aku lupa. Bodoh!

Aku mencari nya ke seluruh ruangan. Mencari di bawah meja, kursi, dan semuanya. Tetapi, hanya nihil yang ada. Arghhh... benar benar sial! Aku mengacak rambutku frustasi.

Huh, lebih baik aku beli makanan dulu. Aku langsung mulai merapikan rambut, dan juga kemejaku yang kubalut dengan blazer. Sial! Ini lagi. Kenapa pake rusak segala? Aku mengambil peniti dan memasangkannya sebagai pengganti kancing.

***

Li Yin POV

Aku masih merasa bersalah dengan Ellen. Gara gara aku, dia jadi terlibat. Aku melangkahkan kakiku untuk memasuki ruangannya. Kosong? Aku langsung membuka lebar pintu dan langsung disambut oleh pemandangan siluet seseorang yang terlelap dengan cahaya matahari yang menyeruak dari celah celah kecil. Aku tersenyum. Dia tertidur. Aku mengalihkan pandanganku ke segala penjuru. Berantakan. Apa dia barusan marah disini? Aku berjalan memungut semua yang jatuh tak terkecuali dasinya.
"Bagaimana mungkin, dia malah melepaskan dasinya tadi? Kenapa hanya dasi yang ia pikirkan? Apakah ada sesuatu?" Gumamku. Aku memungut dasi itu dan melihatnya. Memutar mutarnya. Aku juga tak sengaja memencet segitiga yang ada di pangkal dasi. Dan ... whooz! Sebuah sinar datang menyeruak dari balik dasi itu. Sontak, aku menggunakan telapak tanganku untuk menutupi mataku. Aku mengerjap berkali kali sebelum aku sadar sepenuhnya. Mataku langsung melebar melihat ini.
"Ini.. ini.. " ucapku terpatah patah. Aku benar benar terkejut saat ini.
"Dasi itu...  adalah perekam?" Tanyaku tak percaya.

***
Halo! Update lagi nih.. bentar deh.. aku bingung mau ngebawa cerita ini kemana? Btw ini lebih mending dibuat sampai part dibawah 20 atau lebih? Ayolah di comment ya?  Oh ya, makasih buat votenya ya! Haha ^^
Ciao, 안녕 ! Bye luv u all >.< ♥♡

Spy and SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang