Part 6 (Second Mission) 1

3.8K 249 7
                                    

"Kau baik baik saja," Chan young menatapku cemas. Aku mengangguk mencoba memantapkan hatiku.

"Tenang saja, aku akan baik baik saja. Lebih baik kau fokus ke misimu yang lainnya," ucapku berusaha menenangkannya. Aku bingung, aku yang masuk kenapa dia yang khawatir?

"Bye bye," ucapku. Dengan cepat mobil chan young sudah melesat menjauhiku. Aku menghela nafas dengan berat sebelum kulangkahkan kakiku untuk masuk. Kesan pertama memasuki kantor ini, adalah mengerikan. Entah karena cat dan dekorasi yang hampir semuanya berwarna merah darah atau karena rasa takutku yang over? Aku merasa baru saja masuk ke sarang penyamun di tengah samudra. Sayangnya, ini bukan samudra yang diceritakan, tapi lautan pegawai yang berlalu lalang.

Mataku memandang sekitar. Tujuanku sekarang adalah Resepsionis.

"Permisi, saya kesini ingin melamar pekerjaan sebagai sekretaris. Ini.." ucapku sembari memberikan sebuntal lampiran dokumen yang tak pernah kupunyai sebelumnya. Disitu tertulis nilaiku yang sempurna disetiap pelajaran. Padahal, aku saja belum pernah mendapatkan nilai sempurna satu kalipun. Mengenaskan? Memang.

"Nilaimu bagus. Kupikir kau akan diterima. Kau bisa ke ruang direktur divisi sekarang," ucapnya.

"Direktur divisi?" Aku mengulangi perkataannya.

"Ahh.. iya, kau baru bekerja disini. Sebaiknya, aku mencarikanmu seseorang. Hey, Li yin, kesini kau!" Panggilnya. Gadis yang dipanggil namanya pun langsung berjalan kearah kami. Gadis itu menghentikan langkahnya sebelum berbicara dengan resepsionis.

"Ada apa?" Tanya Li yin.

"Bantu dia ke ruang direktur divisi. Dia anak baru disini. Ajak dia bicara, dan jangan kau makan lagi," resepsionis itu berusaha bercanda.

"Hmm," ucapnya patuh.

"Kalau begitu, ikuti aku," suruh Li yin. Aku mengikutinya seperti ayam dan induknya saja. Dasar!

"Bye the way, siapa namamu?" Tanya Li yin sambil menunggu pintu lift terbuka. Matanya bahkan hanya sekedar melirikku.

"Aku Soo Yeon. Lee Soo Yeon," aku mengucapkan nama itu. Mudah mudahan saja itu benar dengan rapor dan data palsuku lainnya. Li yin hanya mengangguk kecil.

"Kenapa kau minat bekerja disini? Kenapa tidak bekerja di korea saja?" Tanyanya penuh selidik. Dia seperti menginterogasiku. Tenang!

"Karena orang tuaku sedang bekerja di cina, makanya aku ada di cina sekarang," jawabku asal. Untung aku tidak jadi bilang blasteran cina-korea. Kalo iya, mati deh aku. Kan udah ketahuan, kalo aku gak bisa bahasa cina. Ini aja pake bahasa cina dasar banget, dicampur dengan inggris juga. Kaya mixer aja.

Zhang Li Yin. Kulihat namanya dari ID card yang tergantung indah di lekuk leher putihnya. Ting.. pintu lift mulai terbuka. Aku berjalan mengikuti langkah kaki jenjangnya.

"Ini ruangannya. Good luck," ucapnya dengan tatapan datar. Good luck? Good luck agar selamat atau good luck agar cepat mati? Aku bergidik ngeri membayangkannya saja. Positive. Positive thinking, Ellen. Aku menghembuskan nafasku sebelum mengetuk pintu pelan dan masuk.

"Kau ingin melamar pekerjaan?"

"Ya. Ini ..." ucapku sambil memberikannya ke wanita paruh baya itu. Ia membuka lampiran demi lampiran.

"Well, kau mempunyai nilai yang bagus, Soo Yeon. Kau bisa langsung kerja disini. Aku akan menyuruh orang untuk mengantarmu. Miss Li Yin!" Panggilnya. Sebenarnya itu tidak seperti panggilan, bahkan lebih menjorok ke teriakan. Li Yin kembali masuk saat ia mendengar seseorang memanggil namanya.

"Bawa dia ke tempatnya," Li Yin mengangguk dan memintaku untuk mengikutinya naik ke atas.

Lantai 6. Itulah nomor yang menyala di dalam lift.

Tapi, sebelum aku masuk lift itu, aku melihat satu lift yang berbeda dari lift umumnya disini. Aneh! Untuk apa lift itu? Baru masuk aku sudah dapat sesuatu yang janggal. Great! Sepertinya, kantor ini benar benar dipenuhi dengan banyak misteri.

***

Aku melenturkan tubuhku agar pegal pegalku hilang. Mataku memandang ke jendela. Mungkin aku bisa keluar untuk sekedar mengambil minuman di kafe itu.

"Satu mocca latte," ucapku pada kasir. Aku mengedarkan pandanganku sejenak. Hampir saja, aku tak melihat sesuatu penting. Li Yin keluar dari kantor lewat pintu belakang kantor. Memang biasa, tapi dia keluar dengan celingak celinguk gitu, siapa yang gak penasaran coba? Aku bisa melihatnya dengan jelas karena kafe ini berseberangan langsung dengan kantor itu. Tapi, kenapa sepertinya orang orang disini seperti acuh dengan hal itu? Aku bingung. Aku keluar masih membawa mocca latteku sambil melihat sosok Li Yin yang mulai samar samar saking jauhnya. Sepertinya sudah tidak ada orang. Kubuka pintu yang tadi Li yin gunakan. Terhampar ruangan luas dengan dekorasi hitam putih walaupun masih didominasi oleh warna merah. Tetapi, ruangan ini sangat janggal tidak seperti ruanganku. Tapi kenapa tidak ada pengamanan? Iseng, kuambil pasir dan debu disekitar. Kuterbangkan didepan pintu. Maklum dapat cara dari tv. Nggak nyangka berguna juga. Dan sling.... ada garis garis merah. Infra Merah. Aku menghela nafasku dengan kasar. Untung, aku mencobanya dahulu. Jika tidak? Mati aku. Ternyata, insting mata mataku akan sering keluar. Jadi lebih baik, aku hanya menatapnya dari sini.

Mari kita lihat. Ruangan ini diisi oleh banyak kotak dari kayu. Paketan senjata? Tidak pelak juga kan? Sepertinya aku harus keluar.

***

"Tante, aku dapat beberapa hal yang mencurigakan di sana," ucapku.

"Apa itu?" Tanya tante Ann dengan penasaran? Yah, tentu saja. Aku mengangguk.

"Saat aku akan naik ke lantai atas, aku seperti melihat sebuah lift yang berbeda dengan lift umumnya disana. Mungkin, itu biasa, tapi aku curiga dengan tata letak lift itu yang bisa dibilang sangat tersembunyi," Tante Ann terlihat terkejut.

"Dan lagi, di seberang pintu belakang kantor itu ada sebuah kafe. Tapi, masalahnya, orang orang di kafe itu seperti mengacuhkannya begitu saja," tambahku dengan ekspresi yang kubuat buat.

"Jadi, maksudmu kafe itu terlibat sebagai kamuflase kantor itu?" Ucap tante Ann seakan membaca pikiranku.

"Aku tak tahu juga. Itu hanya opiniku saja. Jadi, aku harus lebih menguaknya sendiri," ucapku pasrah. Pasrah dengan nasibku.

Kupikir untuk mengerjakan misi itu singkat, nyatanya? Lamaaaa sekali. Kalau kau beruntung, paling hanya memakan satu minggu. Kalau tidak? Berbulan bulan mungkin juga.

"Tante Ann, aku pamit mau nyelesain tugas kantor dulu. Ribet juga nih kantor," keluhku. Tante Ann hanya terkekeh melihatku.

***
Hello! Update lagi.. wah tapi sedih nih, soalnya kemungkinan lanjut dalam waktu dekat belum tentu bisa. Soalnya harus ngadepin ujian yang bejibun banyaknya. Kalo Ellen, stress karena misi, kalo author stress karena mau ujian huhuhu.. vommentnya jangan lupa. Maaf ya, soalnya author bingung nyari nama siapa, jadinya nama artis deh! Luv u all muah >.< ♥♡

Spy and SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang