Part 16 (Is it goodbye?)

1.9K 149 2
                                    

Playlist : Taeyeon - If

****

Ellen POV

Aku menahan tubuhku dengan memegang gagang pintu toilet. Tanganku gemetar, seakan tubuhku ini berbobot ratusan ton. Oh tuhan, apa yang terjadi.

Kepalaku mulai terasa berat. Bermacam kenangan mulai muncul kembali bagaikan film.

Saat aku masih kanak kanak. Saat kami bercanda satu sama lain. Dengan ayah dan ibu. Dan chan young. Aku bahkan mengingat kejadian saat kami sedang bersama sama. Bergandengan tangan, dan menciumku. Dan li yin, senyuman itu. Aku dapat merasakan damai melihat semua kenangan itu.

Rasa sakit dan pusing mulai melebur menjadi satu bersama air mata ini. Air mataku terus mengalir. Is it goodbye? Jika iya, bisakah aku mengikuti arah kemana ayah dan ibu berada sekarang? Apa mereka akan senang?

"Chan young, Li yin, selamat tinggal," gumamku pelan. Tanpa memerlukan waktu lagi, mata ini mengeluarkan air mata terakhir yang bisa dikeluarkannya sebelum mata ini terpejam. Entah untuk berapa lama.

***

Li yin POV

"Ellen, ellen, kau mendengarku?! Jawablah aku!" Aku mulai berteriak frustasi. Aku sudah mengelilingi kantor ini. Kecuali satu ruangan tadi. Toilet. Apa dia disana?

Aku langsung berlari menuju toilet. Dengan cepat aku membuka pintu kaca itu dan melesak masuk. Kubuka satu persatu pintu toilet disana.

Alisku berkerut saat kutemukan sebuah toilet yang masih terkunci. Apa dia terkunci disini? batinku bertanya.

Aku langsung pergi menuju ruang service untuk mengambil kunci. Dengan cepat aku mencari kunci itu meja, tapi nihil. Aku terus mencarinya hingga aku sendiri hampir gila! Aku mulai mencari di sorong meja dan Ketemu! Setelah menemukan kunci toilet itu, Aku langsung berlari kembali ke dalam toilet.

Semoga Ellen baik-baik saja...
Semoga...

Ceklek.. berhasil! Sebuah kebahagiaan mulai muncul. Namun seketika kebahagiaan itu hilang. Ellen langsung jatuh menimpaku. Tubuhnya lunglai lemas tak berdaya.

Rasa panik langsung menghampiriku. Kulihat wajahnya yang sudah berwarna putih pucat. Dia terlihat tidur dengan pulas seakan ia... stop! Aku tak boleh berfikiran seperti itu! Tidak! Dia tidak mungkin meninggalkanku! Tidak!

Aku sudah tak kuasa lagi menahan tangis ini. Tangis yang sudah lama tak pernah keluar dari pelupuk mataku. Tangis yang tulus. Aku menggenggam tangannya erat. Aku terkejut saat kurasakan tangannya terasa sangat dingin. Hampir sedingin salju.

Aku merengkuhnya sejenak ke dalam dekapanku. Berusaha menghilangkan semua fikiranku. Semuanya!

Aku harus keluar. Ellen harus berada di rumah sakit sekarang!  Harus.

Aku membopongnya. Tapi, aku sudah tak kuasa lagi setelah melihat bagaimana keadaan ellen sekarang. Hanya tangis yang keluar.

Aku mencoba lagi, lagi, dan lagi. Namun aku selalu terjatuh, terjatuh dan terjatuh. Aku tak memperdulikan kaki ku yang sudah keseleo karena high heelsku. Yang terpenting adalah ellen sekarang.

Aku mulai mengambil langkah tertatih. Dapat kurasakan seluruh kaki ku terasa hampir lumpuh. Tak sanggup berjalan bahkan walaupun hanya untuk berdiri.

Aku duduk dan tertunduk lesu sambil mulai menangis kembali. Mengingat bagaimana ia tersenyum dan tertawa. Membandingkannya saat ini. Sungguh tragis. Aku memeluk tubuhnya kembali.

Spy and SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang