Ellen POV.
Berlari, berlari dan berlari. Hanya itu satu satunya perintah yang mengkoordinasikan tubuhku sekarang. Seperti terhipnotis, tubuhku hanya terus berlari, berlari, dan berlari bahkan tanpa menoleh ke arah orang yang mengejar kami SEKALIPUN! Siapa dia?
"Apa yang terjadi?" Tanyaku dengan nafas yang tersengal sengal.
"Nanti ku jelaskan,"
Ada apa sebenarnya? Arghhh....
Aku menengok ke belakang masih dengan berlari. Tidak jelas! Tapi aku masih bisa melihat apa yang ia keluarkan sekarang. Tapi apa itu? Mataku langsung melebar saat menyadari benda apa itu sebenarnya. Itu... pisau? Damn, damn, damn!"Kita berpencar!" Seruku. Li yin mengangguk dan langsung mengambil simpangan yang berbeda denganku.
Aku terus berlari. Apa orang itu masih mengejarku? Aku melihat ke belakang sekali lagi. Damn, damn! Dia masih mengikutiku. Bukannya aku mau dia mengikuti li yin, tapi aku sangat terganggu. Yap, walaupun aku sendiri sudah bisa menguasai seni bela diri, tetap saja aku masih OGAH sama berantem, lagipula rencanaku akan gagal total kalau aku menggunakan ilmu bela diriku sekarang. Belum saatnya!
Aku terus berlari, kini keringat sudah membaluti seluruh tubuhku. Arghh.. I dont care.
"Arggghhh!" Seseorang langsung menarik lenganku dengan kasar saat aku baru saja melewati simpangan.
"Ssstt.. diam. Kau mau kita ketahuan?" Ucap seseorang yang sangat familiar denganku. Tunggu... Li yin? Aku membuka mataku perlahan. Dan benar saja itu Li Yin.
"Li yin?" Seruku kaget. Li yin langsung membekap mulutku dengan tangan putihnya. Dia menatapku khawatir.
Duk.. duk.. duk...
Suara derap kaki mengagetkan kami. Suara itu datang semakin dekat dan dekat. Duh, kenapa jadi begini sih? Sial.
"Aku tahu kalian disini, jadi keluarlah sekarang!" Suruhnya yang diikuti bunyi semak semak. Aku dan Li Yin masih duduk di antara semak belukar dan menunggu orang itu pergi dengan berkeringat.
Mungkin aku masih bisa menghadapinya. Tetapi, akal sehatku berkata jangan. Jika aku melakukan itu, boss mereka pasti akan mengetahui seberapa beaar kekuatanku. Dan itu pasti tidak menyenangkan sama sekali.
Sreekk... aku membuka mataku. Suara itu sangat dekat. Seperti suara semak. Aku langsung menoleh kearah suara. Sekujur tubuhku mulai membeku. Darahku mungkin tidak mengalir sekarang. Kulihat sebuah pisau sudah muncul dari semak belukar yabg berada tepat disamping kepalaku. 5 cm dari telingaku. Nafasku mulai memburu tak teratur. Rasa takut dan cemas mulai merundung. This crazy bastard wont leave us! Damn.
Suara ringtone handphone mulai berbunyi. Aku langsung membuka tasku dengan cepat. Cepat, cepat! Siapa sih yang nelpon? Suara derap kaki yang sudah mulai menjauh itupun langsung kembali ke arah kami. Damn, damn! Aku mencari ke seluruh bagian tasku. Ahh akhirnya ketemu. Panggilan itu langsung saja ku-reject. Tapi sepertinya aku sudah terlambat sekarang. Dia kembali. He's back.
***
Drep.. drepp.. suara derap kaki mulai terdengar. Semakin dekat, dekat, dan ...
*BAMM
Pintu mulai terbuka memperlihatkan siluet seorang gadis."Yah! Kukira kau psychopath yang tadi!" Ucapku kesal. Dia hanya tertawa.
"Apa kau kira mereka akan bersungguh sungguh dengan ancaman itu?" Ucapku pelan. Aku tahu, mana mungkin psikopat itu hanya sendiri? Pasti ada gerombolannya kan?
Kurasakan perubahan air wajah Li yin. Dia kembali tegang. Aku mengambil sebuah kertas dari sakuku. Melihatnya kembali, serta menerawang peristiwa yang baru terjadi tadi.
Flashback on
Suara derap kaki yang mulai menjauh itu, mulai kembali lagi. Gawat! Ini gara gara telpon sialan tadi. Damn!
Suara sepatu yang disengaja diseret pun mulai terdengar dengan jelas. Dan, itu jelas mulai mendekati kami.
Aku hanya bisa menutup mataku dan mulai menahan nafas menunggu apa yang terjadi.
Satu detik.. Dua detik.. Tiga detik..
Kring ... kring... terdengar suara telepon yang nyaring. Tapi, ini jelas bukan punyaku! Suara itu langsung berhenti diikuti dengan derap kaki yang berhenti juga."Halo?"
"Baiklah,"
Kenapa cepat sekali? Apa yang mereka bicarakan? Aku masih berdiam diri menunggu derap kaki mulai berjalan menjauh. Setelah beberapa menit, derap kaki itu mulai terdengar menjauh.
Aku langsung menghembuskan nafasku yang masih tertahan. Lega sekali ia sudah pergi.
"Dia sudah pergi," ucap Li yin. Aku mengangguk setuju. Aku dan Li yin mulai keluar dari tempat persembunyian kami. Melihat suasana dengan mengendap endap. Aman!
Aku melangkahkan kakiku kembali.
Krekk.. sepertinya aku menginjak sesuatu. Aku menyingkirkan kakiku dari sana. Dan apa yang kulihat hanyalah sebuah kertas. Aku menunduk dan memungutnya.
'Dont do anything or you'll die harshly. Iam not kidding now! '
Tubuhku mulai menegang. Nafasku yang sudah teratur mulai terasa sesak seperti aliran darahku sekarang. Dia... dia...mengancamku?
Flashback off
Kurasakan sikutan kecil mengenai lenganku. Aku menatapnya dengan tatapan 'ada apa?'
"Bengong terus. Dia hanya berpura pura saja,"
"Kau yakin?"
"Just believe in me," katanya meyakinkanku. Aku mengangguk. Benar, mungkin itu cuma gertakan kosong belaka. Keep positive thinking.
***
Aku berjalan pulang bersama li yin.
"Li yin, kira kira apa yang akan kita jadikan alasan?"
"Uhmm.. anggap saja kita kehilangan sesuatu, atau saudara kita sakit. Mudahkan?" Aku hanya mengangguk.
"Awas," sahut Li yin sambil mendorong badanku. Otomatis aku menutup mataku.
Pyar... kudengar suara benda pecah disekitarku. Apa itu? Siapa pelakunya? Aku membuka mataku.
"Li yin?" Ucapku. Li yin langsung mengalihkan pandangannya padaku kembali.
"Ancaman itu... mereka bersungguh sungguh,"
***
Sorry ini update kependekan. Soalnya lagi buntu. Enjoy ya! Jangan lupa vote, comment, dan follow. Luv u all >.<

KAMU SEDANG MEMBACA
Spy and Secret
Misteri / ThrillerSemua bermula di kota terpencil di Gongju. Kematian ayah dan ibunya membuat dirinya terguncang. Semuanya berubah. Menyeret Ellen memandang nasibnya. Spy. Pekerjaan keluarganya yang tak ia ketahui sebelumnya. Ia memulai karirnya, karena keingintahuan...