Part 10

2.8K 197 3
                                    

"Hhh... yang diperban hanya tangan kirimu, kenapa kau memintaku menyuapimu hah?" Ucapku sebal. Dia menaruh jari telunjuknya dibibir.
"Sst.. diamlah. Kau ingat permintaan terimakasihmu? Anggaplah seperti itu," ucapnya.
Aku mendengus kesal. Lihat saja kalau dia sudah sembuh, kubunuh dia.
"Tapi, kau membuatku susah," ucapku sambil menaruh mangkuk bubur yang sudah habis ke atas meja. Aku duduk kembali masih dengan melenturkan leherku yang sudah kaku karena bekerja dikantor. Mengingat kantor itu benar benar menyesakkan jiwa dan ragaku. Mereka benar benar seperti perkantoran biasa. Pantas saja, tidak banyak orang yang tahu. Ahh.. aku benar benar tidak fokus. Chan young atau kantor?
"Siapa yang telah membawa beberapa pakaian kesini?"
"Tentu saja paman Alex. Apa kau ingin membawakannya sebelumnya? Agar bisa bertemu denganku mungkin?" Tanyanya sangat tidak penting. Aku memutar bola mataku kesal.
"Jangan memutar bola matamu seperti itu! Gara gara itu tanganku retak sekarang," tegurnya. Aku merasa sedikit kurang enak. Tapi sedetik kemudian aku berubah pikiran. Oh ya dia membohongiku kemarin!
"Apa kau kemarin tertidur?" Tanyaku. Dia hanya mengangguk.
"Kenapa?" Kenapa?! Dasar nih orang suka sekali bikin darah naik.
"Kau tahu aku berlarian seperti orang gila, dan langsung membawamu ke ruang UGD! Apa kau tahu?" Keluhku. Dia tertawa renyah. Dan tiba tiba, hanya dalam satu sentakan dari tangan kanannya yang tak berbalut perban, tubuhku mulai terhuyung ke depan dan mulai merasakan sesuatu yang kenyal yang pernah kurasakan kemarin. Sama seperti biasa. Rasa hangat mulai menjalar ke seluruh tubuh ku. Ia melepas ciumannya dan menatapku dengan tatapan teduh.
"Well, Maafkan aku. Dan bagaimana reaksi dokter dan suster melihatmu seperti itu?" Tanya chan young. Blank! Otakku benar benar blank! Aku mencoba mencari kesadaranku yang masih tenggelam pada kejadian beberapa menit lalu.
"Kenapa diam?" Tanyanya melihat aku sama sekali tak menyahutinya
"Oh itu? Mereka menatapku dengan geli karenamu!" Ucapku kesal berusaha menutupi rasa blank. Hh.. ambil nafas.. buang..ambil.. buang.. ahh nggak ada efeknya. Sial! Sulit melupakan pesonanya. Arghh..

***
"Ellen, ayo pulang," ajak Li Yin sambil berjalan ke arahku. Aku menengok jam tangan putih yang setia memeluk tanganku. Aku mendongak dan mengangguk ke arahnya.
"Kau bisa mengantarkanku ke rumah sakit?"
"Rumah sakit?" Tanyanya sambil berjalan mendekatiku. Li yin menaruh tangannya di dahiku.
"Aku tidak sakit, tetapi seseorang yang sakit," ucapku sambil mendengus sebal.
"Siapa? Apakah dia itu pria?"
Aku menoleh dan mengangguk.
"Dia pacarmu?"
Aku tertegun. Walaupun sudah resmi menyandang kata itu, aku masih saja merasa kaget dan tak percaya. Aku hanya bisa mengangguk kecil. Dia tersenyum.
Yap, Aku sudah sepenuhnya akrab dengan Li Yin.
Li yin mengendarai mobilnya hingga ke rumah sakit yang kutunjukkan. Aku berjalan menelusuri setiap lorong menuju kamar 414. Aku membuka kamarnya. Dan, penghuninya sudah tersenyum manis kearahku.
Aku menggeret tangan li yin memasuki ruangan.
"Li yin kenalkan ini chan young. Chan young, ini li yin," ucapku sambil tersenyum. Chan young memberikan tangannya. Aku menoleh ke Li yin. Tapi, li yin malah termenung dengan pikirannya sendiri. Aku menyikut kecil lengan li yin berusaha menyadarkannya.
"Hey, kau tidak mau menerima uluran tangan nya?" Gumamku di telinga li yin. Li yin tersentak dan tersenyum.
"Zhang Li Yin," gumamnya sambil menjabat tangan Chan young.
***


Sudah 5 hari berlalu. Chan young sudah keluar dari rumah sakit, walaupun masih dalam tahap perawatan. Tapi, Li Yin berubah menjadi aneh akhir akhir ini. Sejak kapan? Mungkin sejak aku mengajaknya menjenguk chan young. Tapi, kenapa dia berubah? Ahh.. menyebalkan!
Aku membuka pintu rahasiaku dengan lelah. Yap.. chan young sedang duduk bersandar di atas kasur sambil menonton tv. Enak sekali!!! Aku langsung menghempaskan tubuhku ke kasur yang lain dan memulai aksi guling gulingku. Chan young hanya menatapku aneh. Ahh!! Sejak kapan aku uring uringan begini?
Oh.. efek dari bekerja dan keanehan li yin sangat berimbas padaku. Menggangguku!
"Kenapa kau?" Tanya chan young. Aku menghentikan aksi guling gulingku sambil duduk bersedekap menghadapnya. Aku menatapnya dengan tajam dan serius sambil menyiapkan ekspresiku yang tepat untuk menjelaskannya. Dan, kalian tahu? Dia malah tertawa.
"Apa yang lucu?" Sungutku.
"Mukamu sangat lucu.." ucapnya sambil melanjutkan tawanya. Aku hanya menatapnya dengan sebal.
"Oh.. maaf. Kau mau keluar?" Ajaknya. Huah! Langsung saja aku bersorak gembira. Coba hitung berapa lama aku tidak keluar? Satu tahun? Hah lebay deh...
"Benarkah?" Tanyaku dengan mata berbinar. Dia hanya menjawab dengan anggukan.

Spy and SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang