Part 21 (Who Are You)

1.7K 140 3
                                    

Vote sebelum baca ..
Enjoy -->
***
Kuketok perlahan pintu kaca di depanku. Tidak ada sahutan. Dia dimana? Apa dia tidak mendengarku sama sekali?

Aku hendak mengetuk pintu kaca ini lebih keras. Tapi, tanganku malah mengambang berhenti di depan pintu kaca ini. Dengan ragu, tanganku mulai memegang gagang pintu dan menariknya ke samping dengan perlahan. Rasa grogi dan cemas mulai merundungku.

Kulangkahkan kakiku memasuki sebuah ruangan bernuansa serba putih dengan warna merah masih mendekorasi sebagian item. Dimana dia?

Aku langsung mendaratkan bokongku di kursi kerjanya. Rasanya mau patah semua nih badan. Ku edarkan pandanganku ke seluruh ruangan. Pandanganku jatuh pada meja nya.

Tidak ada foto maupun benda pribadi sama sekali. Padahal kalau  di mejaku sudah pasti banyak foto dan benda pribadiku untuk hiburan.

Entah pikiran dari mana, tanganku terulur untuk membuka laci mejanya. Kupegang gagang laci itu dan mulai menariknya dengan pandangan tak tertarik. Iseng.

Laci mulai kutarik dan tanganku berhenti menarik saat sebuah benda tertangkap mataku. Dasi. Dasi perekam.

Saat itu juga, kudengar suara pintu kaca telah digeser. Li yin masuk dengan langkah yang gontai. Pandangannya masih menatap lantai tanpa minat.

Dia mulai mengangkat wajahnya dan rasa keterkejutan langsung menimpa matanya. Dia menatapku dengan kaget. Berbeda denganku yang menatapnya penuh pertanyaan. Sekarang ini banyak yang ingin kukatakan. Sangat.

Li yin langsung mengalihkan pandangannya dengan cepat ke arah benda benda di sekitarku. Matanya yang sipit langsung membulat dengan sempurna saat melihat lacinya yang kini masih setengah terbuka.

Dia langsung berlari ke arahku dan langsung menutup lacinya dengan cepat dan sedikit keras.

Aku masih memandanginya tanpa berkedip. Dia langsung menatapku tajam.

"Apa kau tidak punya sopan santun? Hah?" Tanyanya dengan emosi. Dadanya naik turun menahan amarah. Aku hanya menatapnya lama.

"Bukankah, seharusnya aku yang marah?" Ucapku dengan bergetar menahan air mataku. Apa dia tidak tahu, kalau aku paling tidak suka jika temanku marah padaku.

Li yin mulai menghembuskan nafasnya frustasi.

"Maafkan aku," ucapnya melembut. Aku langsung menyeka air yang sudah memenuhi mataku.

"Apa kau sudah dengar berita tentang restoran Jepang itu?" Tanyaku.

"Berita apa?" Jawabnya enteng sambil menyeruput teh di mejanya.

"Mereka semua keracunan," ucapku pelan tapi dapat membuat Li yin tersedak. Li yin memukul mukul dadanya berharap agar tak tersedak lagi.

"Sebenarnya ... siapa kau?" Tanyaku pelan. Dia mulai terhenyak dan mulai diam tak bergerak.

"Apa maksudmu? Tentu saja aku ini manusia. Lihat! Kau bisa menyentuhku kan?" Elaknya.

"Aku bertanya siapa kau, bukan bertanya mahluk apa kau ini. Kenapa kau menjawab seperti itu?" Tanyaku sedikit memancingnya. Dia sedikit terkejut, tapi keterkejutannya langsung hilang di gantikan rasa tenang di wajahnya.

"Biarkan aku bertanya juga. Sebenarnya ... siapa kau?" Tanyanya dengan nada mengintimidasi.

"Apa yang kau maksud?" Tanyaku setenang mungkin.

Tangannya mengorek kembali isi laci kerjanya. Li yin mengambil sebuah dasi dan menaruh nya ke atas meja. Badanku seketika menegang.

"Who are you?" Tanyanya. Sial! Kenapa aku yang malah terpojok?
Aku mengangkat wajahku. Menatapnya yang masih diliputi ketenangan.

"Jangan mengalihkan pembicaraan, li yin!" Seruku kesal.

"Baiklah, kita buat kesepakatan saja. I will tell you who I am, you will tell me who you are. Bagaimana?" Ucapnya tenang. Kenapa saat ini dia sangat kontras dengan perilaku sehari harinya? Kenapa?

Tapi tanpa kuduga kepalaku mengangguk kecil dengan sendirinya. Bodoh! Li yin hanya menanggapi dengan anggukan juga.

"Baiklah. We're deal. Sebenarnya... aku bukan manusia biasa. Aku..." ****
Jawab sendiri aja! ! Haha *evillaugh vote dan comment ya.. huahahaha mati penasaran deh! Selamat berpenasaran ria! ! Tawa devil

Spy and SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang