Aku menjinjing plastik yang berisi makanan dan bubble tea. Itung itung untuk camilan nanti. Aku melangkahkan kakiku masuk. Merasakan betapa dinginnya ruanganku. Aku mengambil remote control dan menaikkan suhu AC. Aku menaruh plastik itu diatas nakas dan mulai merebahkan diriku ke kursi lagi.
Baru saja aku ingin memulai pekerjaanku, tapi suara ketukan pintu menghentikanku.
"Masuklah," ucapku seketika. Dan tak lama siluet Li Yin mulai nampak dari depan pintu.
Li Yin tersenyum. "Apa aku boleh bicara?" Aku hanya membalasnya dengan tersenyum.
"Kenapa kau harus meminta izin dulu?" Ucapku geli yang dibalasnya dengan senyuman.
Dia menarik sedikit kursi di depanku dan mulai mendudukinya dengan hati hati.
"Kau mau apa Li yin?" Tanyaku langsung to the point. Ya, walaupun Li yin sudah sering datang kesini, tapi aku dapat merasakan Li yin berbeda hari ini.
Dia bergerak dengan gusar sebelum sebuah pertanyaan yang mengejutkanku keluar dari mulutnya.
"Kenapa kau kepikiran untuk menurunkan dasimu waktu lalu. Apa ada yang istimewa dengan dasi itu?" Tanyanya. Aku menatapnya tak percaya. Apa dia sudah tahu sebenarnya? Kurasakan air wajahku sudah berubah sekarang. Li yin semakin curiga padaku. Tidak! Aku harus tetap menyembunyikannya dulu.
"Apa? Tidak mungkin. Aku kan memang polos," jawabku yang diikuti suara kekehan ku, berharap dia tak menyadari kegugupanku. Sial! Kenapa aku sangat gugup seperti akan divonis mati?
***
Li yin POV
Dia tidak mau mengaku sekarang. Dia tidak mau! Aku menekankan kata itu pada hatiku. Sakit! Dia masih tidak mau terbuka denganku. Dia menyakitiku.
Aku hanya bisa tersenyum pahit melihat itu. Aku hanya temannya. Bukan siapa siapa! Bukan juga sahabatnya.
Flashback on
Aku langsung menutup mataku dari cahaya yang sangat terang dengan telapak tanganku.
Aku mengerjap beberapa kali berusaha menyesuaikan terang cahaya dengan mataku. Setelah mataku mulai terbiasa dengan intensitas cahaya, aku mulai melihat ke arah cahaya. Tembok.
"Ini.. ini... adalah perekam?" Ucapku tak percaya sambil memandangi tembok yang sedang memproyeksikan sebuah video beberapa waktu lalu.Mataku langsung melebar melihat proyeksi ini.
"Ini... ini... apa?" Gumamku lemah. Walaupun, aku sudah menduga kalau dia adalah mata mata, aku tak pernah mempercayainya. Never! Dan sekarang, ini semua membuka mataku lebar lebar tentang fakta yang harus ku telan.
Aku menonton video yang berdurasi sekitar 15 menit itu. Badanku memang masih disini, tapi rasanya pikiranku sudah melayang kabur dariku.
Aku melihat lagi siluet yang masih tak bergerak disana. Memandangnya dengan lekat seakan dia akan pergi jauh hingga aku tak bisa meraihnya walaupun hanya untuk menatapnya.
"Kupikir, ini waktu yang tepat untuk mengakhirinya," gumamku sambil melangkahkan kakiku keluar ruangan.
Flashback off
***
Ellen POV
Apa yang dipikirkannya tadi? Dia ... seperti sudah tahu semuanya. Aku menggeleng pelan menghapus pikiran konyol itu.
"Tidak, mungkin dia hanya penasaran melihat tingkah konyolku waktu itu," ucapku meyakinkan diriku sambil tertawa garing.
Aku menengadahkan wajahku ke atas menikmati sentuhan angin malam juga memandangi keindahan sang pencipta. Tak lama, aku merasakan sesuatu membungkus badan kecilku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Spy and Secret
Mistério / SuspenseSemua bermula di kota terpencil di Gongju. Kematian ayah dan ibunya membuat dirinya terguncang. Semuanya berubah. Menyeret Ellen memandang nasibnya. Spy. Pekerjaan keluarganya yang tak ia ketahui sebelumnya. Ia memulai karirnya, karena keingintahuan...