Part 19

1.8K 151 1
                                    

Vote sebelum baca
Enjoy
----;;-----
"Ada apa dengan temanmu itu?" Tanya Chan young sambil masih melirik  kebelakang.

"Ah, li yin? Entahlah.. dia aneh hari ini," ucapku jujur.

"Aneh?" Tanyanya sambil mengangkat sebelah alis miliknya. Aku mengangguk mengiyakan.

"Hmm... dia baru saja bilang sesuatu yang aneh, lalu dia diam dan terkejut. Selanjutnya dia lari kabur entah kemana," jelasku tanpa berbelit belit.

"Sesuatu aneh? Apa itu?" Tanyanya semakin curiga. Apa harus kuceritakan? Sekarang?

"Ahh.. tidak tidak. Bukan itu maksudku," ucapku mengelak sambil mengibaskan tanganku di udara.

"Lalu?" Tanyanya makin penasaran.

"Arghh.. aku lapar! Berikan aku makanan pleaseee," ucapku setengah merajuk. Mudah mudahan dia tidak tahu kalau aku hanya berasalan dan berbohong. Semoga.

"Baiklah, aku sudah membawakanmu ini," ucapnya sambil memberikan padaku plastik kresek hitam dengan senyum terpasang di bibirnya.

Aku segera membuka plastik itu. Namun aku langsung berhenti dan sebuah pemikiran kembali muncul di benakku. Li yin menyembunyikan sesuatu yang penting dariku. Sangat penting.

"Kau tidak makan?" Tanya chan young sambil melihatku dengan khawatir. Aku langsung melanjutkan membuka makananku dan berusaha mengenyahkan pikiran itu. Damn! Why this game become more complicated?

***

"Wah, kalian mau pesan apa?" Seruku senang.

"Terserahlah. Yang penting kau yang bayar," ucap chan young singkat. Aku langsung melotot dan menoleh ke arahnya.

"Apa?"

"Kau yang bayar," katanya mengulang.

"Bagaimana mungkin?"

"Karena ini pesta perayaan kesembuhanmu," ucapnya tetap tenang.

Aku langsung mencari dompetku dengan kesal. Tanganku mulai menelusup dengan cepat. Nihil. Mimik wajahku langsung berubah suram.

"Kau kenapa?" Tanya chan young setelah melihat muka suramku.

"Dompet..."

"Dompet? Kenapa?"

"Ketinggalan. Aku lupa membawanya," ucapku pelan dan langsung menutupi mukaku dengan tanganku. What an embarrasing moment.

"Apa? Terus bagaimana kita membayarnya?" Pikir aja sendiri. Salah siapa nyuruh aku yang bayar.

"Bayarin dulu lah!"  Ucapku sebal.

"Baik!" Ucapnya kesal dan langsung mencari dompetnya. Dan sedetik kemudian dia berhenti dan membeku seperti patung.

"Kenapa? Ketinggalan juga?" Tanyaku. Dia memandangku dengan tatapan aneh. Aku berusaha menahan tawaku agar tidak meledak.

"Apa? Tertawalah semaumu. Ha..ha..ha," ucapnya kesal. Tawa yang sudah kutahan mati matianpun langsung meledak.

"Huah hahahaha," dia hanya cemberut. Lucu sekali. Aku langsung mencubit kedua pipinya.

"Ahh.. lepasin nggak nih?"

"Nggak mau!" Ucapku sambil tertawa. Dia mulai membalas mencubit pipiku.

"Ahh.. lepasin nggak?!" Ucapku kesal. Kudengar suara deheman.

"Kalian sudah selesai? Jadi makan?"tanya Li yin sebal. Aku hanya terkekeh pelan.

"Aku tidak akan makan. Sepertinya aku sudah kenyang gara gara dia," ucap chan young sebal sambil melirik ku. Aku menatapnya kembali dan langsung mendengus keras di depannya.

"Kalau begitu aku akan traktir kalian," ucap li yin. Aku menatapnya sambil menggeleng kepalaku.

"Tidak, lebih baik kau makan sendiri saja. Aku akan makan hati disini," ucapku sambil melirik chan young. Rasain tuh.

"Benarkah? Kalo begitu boleh aku minta sushi? Mumpung kita di restoran Jepang," ucapnya seperti anak anak yang meminta permen.

"What the hell, huh?"

"Baiklah, kau juga, Ellen?" Tanya li yin sambil menoleh kearahku. Ingin sekali aku menjawab TIDAK! Tapi perut udah keroncongan tak karuan.

"Aku..." kata kataku langsung saja terputus gara gara ini satu orang. Nyebelin.

"Tidak usah. Satu porsi itu akan kami makan bersama. Biar romantis gitu," selanya cepat. What? Aku nggak salah dengar kan ya?

"Romantic my butt," seruku sebal.

"Whatever. I dont hear anything except yes," ucapnya begitu penuh otoritas. Dikira aku boneka indianya apa?

"Hmm.. baiklah. 2 sushi tuna, please," ucap li yin pada salah satu pelayan. Pelayan yang mencatat itu langsung pergi setelah selesai.

Kami hanya butuh menunggu 15 menit untuk menunggu makanan itu. Pelayan itu langsung menaruh 2 porsi sushi ke meja kami.

"Mari makan!" Seruku senang. Tapi chan young malah mengambilnya dan menaruhnya di lantai dibawah meja.

"What the..."

"Cium aku dulu," ucapnya cepat.

"Apa?!"

"Cium aku dulu baru kita makan," ucapnya tenang yang kubalas pelototan dariku.

"Baiklah," ucapku lalu mendekat ke arahnya dan mulai mengecup pipinya dengan cepat.

"Sekarang berikan aku makanannya," ucapku tanpa basa basi. Dia cuma terkekeh pelan. Chan young langsung menunduk dan hendak mengambil makanan dari meja tetapi langkahnya mulai terhenti. Aku yang penasaranpun langsung menunduk ke bawah melihat makananku sambil melongo.

"Ehmm.. ini makanlah.. kalau kau mau,"

"Tidak. Siapa yang mau makan bekas anjing huh? Keracunan iya," sungutku sebal. Aku langsung memberinya death glare. Mati kau nanti!

"Hehe.. peace!" Ucapnya sambil tersenyum dan membuat tanda V dengan jarinya.

"Kalian mau kupesankan lagi?" Tanya li yin.

"Tidak! Sudahlah, kau makan saja," ucapku sebal.

"Ehmm... baiklah," ucapnya sambil melanjutkan makannya.

Perhatianku mulai terarah kembali padanya. Bukan karena cara makannya, tapi gelang yang bertengger di tangan kanan putihnya.

Apa itu gelang yang dimaksud?

"What are you eyes on?"

"Oh? Nothing. Lets eat now!" Ucapku sambil tertawa. A fake one.

***

"Hey, nice to meet you again, ms. Soo Yeon. Welcome back," sapa resepsionis itu. Yap, resepsionis yang sama saat pertama kali masuk. Dan, dia masih belum tahu nama asliku. Hanya Li yin yang mengetahuinya. Nama asliku.

"Thanks," jawabku. Perhatianku mulai teralih kembali. Gelang itu! Gelang yang sama dengan Li yin. Hanya saja warna antara gelang mereka saling berbeda. But still same model.

"Oh, are you okay, ms. Soo Yeon? What are you watching on?" Tanyanya kembali. Aku langsung tersadar dan menggeleng pelan.

"Oh? Nothing. I'll go up first then," ucapku sambil tersenyum dan segera berjalan cepat. Suara heelsku ikut menggema nyaring. Aku segera memencet tombol lift dan segera masuk setelah pintu terbuka.

Aku menatap lurus ke depan, dan bayangan lift shilver itu mulai nampak. Aku langsung memencet tombol tunggu. Aku menatap lift itu dengan perasaan tak tentu. Aku mulai teringat misi ku. Misi yang seharusnya cepat kuselesaikan.

Aku mulai memencet tombol lift itu lagi dan perlahan pintu itu menutup. Sebelum pintu itu menutup sepenuhnya, pintu itu terhenti. Aku melihat ke bawah dan terlihat sebuah sepatu menghalangi lift.

***
Vote sesudah baca...
Yey yey yey.. akhirnya update juga.. part ini gak terlalu penting sih.. tapi itu cuma sebagai penjelas kok.. lumayan panjang ya? Haha gak bisa di pendekin lagi...

Spy and SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang