PROLOG

5K 457 44
                                    

PROLOG

Dinasti Feng baru saja berduka. Permasuri Ling dikabarkan meninggal karena sakit keras, membuat Raja Choi menggelar upacara pemakaman dan penutupan kota. Siapa sangka, di malam berkabung, jenderal kebanggaannya justru menghabisi hampir separuh penduduk desa.

Raja Choi didesak para menteri istana agar segera menangkap jenderal pembangkang tersebut. Atau lebih banyak nyawa berjatuhan.


Taehyun berkacak kagum. "Wah, ini keren," katanya seraya mengambil novel bersampul hitam di rak New Release. Ada dua tangan yang dipersatukan dengan tali merah misterius, sedangkan judul novel itu timbul dengan cara paling membuat Taehyun menyukainya di pandangan pertama; Akai-Ito: Red String. Taehyun belum kenal penulisnya, dan dia juga belum pernah mendengar novel ini di mana pun, tapi segera setelah mendapatkan satu, dia menaruhnya di keranjang yang dibawa. Taehyun tidak sabar untuk membacanya di rumah.

Oh ya, sebenarnya Taehyun iseng ke toko buku. Tadi, sahabatnya minta tolong untuk ditunggu karena perlu ke toilet, sedangkan film yang mereka tonton baru mulai satu jam lagi. Jadi, daripada bosan, Taehyun mengarahkan langkahnya ke toko buku di mal itu.

Taehyun tidak punya ekspetasi apa-apa, atau bahkan novel yang mau dibeli. Hanya saja ketika melihat novel itu, bagian blurb yang cukup menggugah rasa penasaran, Taehyun langsung mengangkutnya tanpa pikir panjang.

Taehyun belum apa-apa sudah membayangkan betapa karismatik dan tampannya Raja Choi tersebut. Jika ditebak sekilas, dia pasti sosok tinggi, tangguh, sangat dibanggakan, dan pastikan cinta dengan kerajaaan beserta penduduknya.

Sayang, istrinya meninggal, padahal Taehyun cukup tertarik untuk melihat bagaimana interaksi Raja Choi dengan permaisuri tersebut.

Setelah lelah berkeliling, Taehyun putuskan untuk bergerak ke kasir. Hanya si novel satu ini yang menarik untuknya, jadi dia membayar, kemudian menerima bungkusan belanjaannya seraya tersenyum. Taehyun keluar dari toko buku, kemudian mulai mencari bangku yang dapat diduduki lantas membaca novel ini.

.

.

"Betulan tampan." Sebelum masuk ke bagian prolog, ada ilustrasi yang sengaja diselipkan oleh penulis tersebut. Dari yang Taehyun lihat, setidaknya ada empat sampai lima tokoh sentral yang dibuat ilustrasi menawan—corak bunga nampak antik, pakaian khas kerajaan digambar sempurna, wajah-wajah itu menyiratkan darah kebangsawan. Dari sekian ilustrasi tersebut, Taehyun berhenti ke bagian Raja Choi. Benar saja, dia terpukau. Bukan main.

Taehyun menelusuri jemarinya di ilustrasi pria tampan itu. Figurnya terlihat gagah berani, jubah tersampir indah di tubuh besarnya, sedangkan dia menatap serius. Sorot matanya seperti tajam namun dalam. Tulang pipi tinggi tegas, hidung mancung dan rahang lancip. Dia punya rambut segelap malam, dan bibir berlekuk tipis. Taehyun terus mengusap ilustrasi tersebut, tanpa berkedip.

"Andai saja kau nyata," katanya pelan. Taehyun tahu biasanya karakter dua dimensi selalu digambarkan tidak waras rupawannya. Tapi yang satu ini, bukan sekadar tampan tidak waras sampai dia jadi berbunga-bunga hanya karena ditatap, tapi juga perutnya bergejolak aneh. Mungkinkah aku jatuh cinta? Dengan karater fiksi?i Taehyun tertawa konyol.

Akhirnya, dia mulai bangkit karena dirasa sahabatnya tidak kunjung muncul, padahal tadi dia sudah memberi tahu untuk bertemu di sini baru mereka ke bioskop di lantai empat.

Ke mana sih dia?

Taehyun mulai mencari-cari namun sosoknya tidak terlihat di mana pun. Setelah menaiki eskalator dan berbelok di toilet pria, akhirnya Taehyun mulai masuk. "Hei, Kim Seunghwan."

Karena tidak hati-hati, Taehyun justru terpeleset. Tali sepatunya tersangkut jadi mau tak mau wajahnya tersuruk ke lantai, dan novel itu terlempar hingga membuka di ujung dinding toilet. Taehyun mengerang dan hendak memprotes karena tidak ada tanda pemberitahuan lantainya masih basah. Namun suara bising yang cukup ribut membuatnya tertegun sejenak.

Eh?

"Cepat angkut jeraminya! Hei, kudamu sangat liar!" Satu pria tua terus mengoceh, menghalau pasukan kuda yang baru datang agar barang dagangan maupun stand jualannya tidak roboh tertabrak. "Hati-hati!"

Taehyun bangkit, menepuk celananya dan mengerjap bingung. Toilet tadi sudah musnah, digantikan hiruk pikuk pasar. Tanah gersang penuh debu, penjual yang berteriak marah-marah, dagangan yang diobral murah, dan Taehyun bingung memandang sejumlah pasukan yang membelah kerumunan. Mereka berpakaian serba hitam, duduk di atas pelana kuda-kuda jantan kecokelatan.

"Minggir! Kau mau tertabrak, ya?"

Taehyun terkesiap, dan mulai tertarik ke sisi satu stand penjual roti. Dia membungkuk seraya mengumamkan terima kasih. Sosok asing itu balik memandangi Taehyun dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Pakaianmu aneh sekali. Kau dari luar kota?"

"Ak—aku hanya.."

"Hati-hati lah, turis sering dijadikan target penipuan di sini," ujar pria bertopi rajut itu. Di pinggangnya ada pisau panjang, sedangkan dia mendorong gerobak tua. "Aku pergi, ya."

"Oh, ya. Trims!"

Setelah itu, Taehyun mulai bingung. Dia pasti tengah pingsan sekarang. Ini mimpi, kan? Mana mungkin.. "Ketemu! Pangeran di sini!" Taehyun terlonjak waktu satu orang sudah menangkap lengannya. Benar saja, itu pasukan berbaju hitam yang tadi nyaris menabraknya kalau saja dia tidak ditolong pria topi rajut tadi.

"Pangeran?"

"Yang Mulia, Anda ke mana saja? Kami mencari sejak pagi tadi. Anda tidak ada di istana," ujarnya. Pasukan itu langsung berkerumun, turun serentak dari kuda mereka lantas mulai berlutut di depan Taehyun. Para pedagang dan orang-orang di pasar itu langsung berhenti dari aktivitasnya, memandang Taehyun terkejut. Taehyun balas mengendarkan pandangan bingung.

"Bukan, bukan, aku bukan pang—"

Taehyun sudah ditarik ke satu kuda dan dipaksa naik. Dia tidak berkutik waktu satu prajurit turut duduk di belakangnya, menempel dengan punggungnya. "Anda harus ke istana, prosesi pemakaman akan segera dimulai, Yang Mulia," ujar suara berat itu.

Pe—pemakaman?

"Pemakaman... siapa?" tanya Taehyun terbata-bata.

Prajurit itu mengeryitkan dahi. Namun dia cepat menarik kekang kuda, hingga kuda itu memekik dan mulai bergerak mengikuti kuda-kuda lain. Mereka keluar dari pasar, masih dikelilingi penduduk-penduduk desa berpakaian lusuh yang menatap penuh minat.

"Permaisuri Ling, kakak Anda."

Apa?!

[]

Hai, welcome to the story!!! Tau nggak sih, cerita ini kutulis sebelum pengumuman OST txt yang judulnya Ito. Terus aku kayak, asli ini mah aku harus cepet-cepet rilis cerita ini soalnya sehati kita wkwkwk. Oh ya, ini bakal heavy angst ya, aku mau kasih tau dari awal supaya kalian tidak terkejut. Aku juga bakal eksplor karakter Beomgyu di sini, yg biasanya doi manis romantis, mungkin di sini agak berbeda karena Raja Choi karakternya kompleks + diktator. Stay tuned ^_^

AKAI ITO | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang