CHAPTER DUA PULUH SATU
PLOT TWIST
"Bawa mayat Tyun pergi dari sini dan jangan tinggalkan jejak apa pun." Seusai menyerahkan pedang tersebut, Beomgyu mengusap noda di tangannya dan berbalik. Bagai melempar dua burung dengan satu batu, semua usai—Beomgyu melenyapkan dua nyawa sekaligus. Menurutnya, pengkhianatan adalah hal paling tak bisa ditolerir. Meski Tyun adalah orang yang disayang (meski berat diakui), Beomgyu tak bisa menerima sikap Tyun begitu saja.
Hidup pilihan. Ini jalan yang telah dia tentukan.
Beomgyu menghela napas berat. Semua sudah terjadi. Yah, semua kembali seperti semula. Beomgyu tak tahu bagaimana kedepannya, atau bagaimana dia bisa tidur tenang malam ini. Setelah semua yang dia lihat, semua kekacauan di istana, mungkin dia perlu minum-minum sebentar.
Beomgyu menghentikan langkah dan berbalik. "Sayang sekali..." Tubuh itu sudah dimasukkan ke kantong yang disiapkan sejumlah prajuritnya. Beomgyu tak sempat mengabadikan wajah Tyun terakhir kali, meski dia sering membayangkan paras menawan pemuda itu.
Untuk terakhir kali—
Taehyun tersentak, melebarkan matanya dengan kaget. Dadanya bergemuruh, sedangkan dia tersentak menyadari pedang Beomgyu masih tertahan, belum menembus jantungnya. Mimpi apa tadi? Mimpi apa itu?! Taehyun mengembuskan napas kasar.
"Menyingkir, Sialan!"
"Stop!" teriaknya, berusaha mengumpulkan kesadaran. Taehyun gemetaran hebat; entakan mimpi/bayangan tadi masih tertempel jelas. Beomgyu yang menghabisi dia dan Sora, Beomgyu yang terlihat muram, Beomgyu yang berbalik untuk terakhir kali, dan Beomgyu yang menatap Taehyun yang tak bernyawa lagi.
Tidak! Aku tak mau berakhir mengenaskan!
Taehyun meneguk ludahnya. Dia menatap turun, pada mata pedang yang sudah sesenti lagi dapat langsung merasuk pada raganya. "Ayo menikah! Aku mau menikah denganmu, Yang Mulia!" Suara terkesiap langsung terdengar. Beomgyu memiringkan kepala, agak syok dengan kata-kata yang keluar dari bibir pemuda itu. "Aku ingin kita menikah secepatnya."
Beomgyu tertawa kering. Dia nyaris tak dapat berpikir. Atmosfer yang semula begitu tegang sampai ke tulang, mendadak berubah. Beomgyu bahkan tersenyum, tak menyangka. "Serius? Jadi kau melamarku sekarang?"
Taehyun mengangguk cepat, kedua tangan masih terentang. "Aku serius! Aku bersumpah, akan menjadi pasanganmu sehidup-semati." Ah masa bodoh! Pokoknya, Taehyun harus selamat dahulu. "Kumohon, lepaskan Sora."
Beomgyu agak maju, membuat Taehyun mundur dengan spontan. "Begitu? Kau pikir itu cukup manjur untuk membujukku?" Suaranya menusuk, dan Taehyun makin dibuat gelagapan. "Apa... yang sebenarnya kau rencanakan, Pangeran." Di mata Beomgyu, Tyun bagai sekotak teka-teki. Tak peduli berapa lama mereka hidup bersama, Beomgyu masih sering dibuat terkejut; Tyun punya daya tarik, suatu hal mencolok untuknya yang merasa bosan akan alur kehidupannya.
"Aku... aku hanya mencintaimu."
Beomgyu kembali tertawa, terdengar tajam. "Wah, itu baru. Biasanya kau akan mengumpat atau menyumpahiku, bukan? Pangeran? Hm?" katanya menaikkan satu alis. Serius, Beomgyu dari jarak sekarang terlihat tampan jika terlihat cerah begitu. Tawa dan senyumnya menular, tapi adanya pedang dan Sora, serta prajurit di sekitar mereka, Taehyun disadarkan bahwa situasinya genting. Yah, jelas ini menyangkut hidup dan mati. Yah, Taehyun sangat putus asa.
"Aku benar-benar cinta! Sangat cinta sampai gila!"
Beomgyu akhirnya mundur, seraya menurunkan pedangnya. Taehyun baru sadar napasnya agak tertahan tadi. Detik demi detik Beomgyu mengamatinya, seolah membaca dan menilai ekspresinya, Taehyun mulai agak bisa rileks. Yah, setidaknya, tidak di depan pedang setajam tadi. Apalagi tepat di jantung Taehyun seolah menusuk jantung semudah menusuk buah yang terjatuh di tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAI ITO | beomtae ✔
FanficTaehyun terhisap ke dalam novel yang dibacanya. Tidak sampai situ, Taehyun ternyata akan dibunuh oleh suami mendiang kakaknya, Raja Choi, sosok yang diam-diam merencanakan balas dendam terhadap keluarga Taehyun di novel tersebut. Taehyun terjebak d...