CHAPTER TIGA BELAS
HERO-HEROINE
Dua hari berikutnya, Taehyun sebatas meringkuk-pergi ke ruang mandi-berpakaian-tidur-makan-meringkuk lagi. Beomgyu belum pulang, katanya dia masih di perjalanan. Taehyun makin waswas bahwa Beomgyu pulang sewaktu-waktu dan menyeret Hajun bersamanya. Apakah mereka bahkan membiarkan Hajun tetap mengenakan topeng? Atau bahkan tetap berpakaian utuh? Taehyun mimpi buruk terus menerus.
Di kehidupan nyatanya, Taehyun hanya mahasiswa baru yang sibuk dengan urusan perkuliahan. Lingkungan baru, teman baru, suasana baru, dan pengalaman baru. Di sini? Segalanya baru plus mengejutkan. Taehyun tidak tahu sampai kapan Ibu Suri bertahan dalam sikap memata-matainya, atau kapan beliau berhasil mendepaknya keluar istana.
Taehyun belum tahu kapan mimpi buruk ini berakhir.
Berbeda sewaktu dia bersama Hajun. Dan Sora, bahkan Hara serta Cio. Di sana, dia bukan lagi Pangeran Tyun yang katanya "perayu" atau "simpanan Raja Choi". Dia menjadi Kang Taehyun seutuhnya, tanpa pura-pura, tanpa ada usaha untuk menjadi orang lain.
Taehyun memeluk dirinya sendiri, meringkuk di kamar tersebut seraya terdiam. Sampai kapan aku terjebak begini?
*
*
Dalam banyak kasus penyerangan istana, ada juri khusus serta dewan resmi yang mengurus semuanya. Raja hanya menerima laporan dan menyetujui hukuman yang lekas diberikan. Jarang terjadi kasus di mana Raja sendiri yang turun tangan, terlebih dengan banyak urusan negeri serta pertemuan diplomatik antar kerajaan. Sekarang, Beomgyu seperti melewati batasnya sendiri—mencari-cari sosok keji nan licik yang bosan hidup serta dicap sebagai musuhnya—siapa dia? Apakah dia benar-benar berani menentang raja? Apakah dia memang ingin mati?
Beomgyu menunggu, setengah geram. Tyun adalah satu hal yang tidak boleh disentuh orang lain. Beomgyu makin geram membayangkan pemuda itu curi-curi kesempatan, atau bahkan bermalam bersama penculiknya. Beomgyu makin naik pitam mengimajinasikan mereka saling memuaskan, di saat Beomgyu saja tidak pernah sampai bermain sejauh itu bersama Tyun, karena egonya teramat tinggi.
Sekarang dia terbakar cemburu. Sangat. Tyun adalah teratainya. Di danau gelap serupa dirinya, Tyun boleh tumbuh hanya di danaunya, bukan di danau lain atau tempat lain. Karena Beomgyu-lah satu-satunya yang berhak atas Tyun termasuk jiwa raga serta seluruhnya dari Tyun.
Terdengar teriakan keras. Beomgyu bangkit dari hunian semi permanen yang dibangun dekat hutan luas tersebut. Beomgyu punya mata-mata super yang mengendus jejak di penculik itu. Jelas, mata-matanya adalah orang yang patut diberi penghormatan karena sudah berkali-kali membantunya menemukan jejak orang lain. Petunjuk yang Beomgyu dapatkan adalah orang itu tahu wilayah Pengasingan, mengetahui Tyun keluar istana, dan jelas sadar betul konsekuensinya berurusan dengan pihak istana, tapi tetap melakukannya.
Bukan orang sembarangan.
"Ada apa?" tanya Beomgyu pada sejumlah prajurit yang berjaga. "Sesuatu?"
"Kami mendapatkannya! Dia terkenal sebagai Si Topeng Hitam, dan sekarang kami menapatkannya," lapor satu prajurit yang langsung membungkuk penuh hormat sewaktu Beomgyu bangkit dari kursi besarnya.
"Oh ya? Siapa...."
*
*
Jelang malam, Taehyun diperbolehkan keluar kamar. Tubuhnya agak layu dan letih, meski tidak melakukan apa pun. Taehyun paham, itulah manusia; menjadi lemah sewaktu merasa dirinya lemah. Jadi, dia mengikuti satu pimpinan dayang istana, kemudian duduk di satu ruangan bersama jejeran anggota keluarga istana lain. Wajah mereka terlihat mencolok, seperti bangsawan yang tahu kedudukan mereka di atas langit. Tapi tak ada yang menarik. Taehyun hanya makan, mengunci bibirnya dan sesekali mendapati Ibu Suri masih mengawasinya seperti elang yang lapar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAI ITO | beomtae ✔
FanfictionTaehyun terhisap ke dalam novel yang dibacanya. Tidak sampai situ, Taehyun ternyata akan dibunuh oleh suami mendiang kakaknya, Raja Choi, sosok yang diam-diam merencanakan balas dendam terhadap keluarga Taehyun di novel tersebut. Taehyun terjebak d...