CHAPTER DUA PULUH TIGA
ALTERNATIVE UNIVERSE
Di ruang makan, mereka duduk bersisian. Taehyun memandangi makanan demi makanan takjub. Dibandingkan makanan di istana, makanan di sini lebih organik dan lebih mengutamakan konsumsi ikan. Taehyun menyantap puas setelah satu dua suapan.
Beomgyu tak bersuara dan makan lebih tenang. Sesekali dia melirik Taehyun, berpikir sejenak, dan makan tanpa bersuara. Sesekali dia pun mengatupkan rahang dan menghela napas.
Usai makan, Taehyun mengucapkan terima kasih pada pelayan dan koki. "Aku sangat senang. Makanannya luar biasa lezat!" pujinya. Raut semringah terpampang di wajah. Taehyun berniat jalan=jalan ke sekitar penginapan, tapi badai salju mengurungkan niatnya. Jadi, Taehyun sebatas jalan-jalan tanpa keluar.
"Kita harus membuat perjanjian pernikahan." Satu suara membelai tengkuk Taehyun. Tak lama, sepasang tangan menahan tubuh Taehyun dari belakang. Beomgyu kembali berbisik, "Jelas ini harus menguntunkanku."
"Jangan sakiti Sora. Yang Mulia, kau sudah menyepakatinya."
Beomgyu mengangguk. "Aku masih mengurungnya di penjara. Kau bisa percaya padaku."
Taehyun bergeming, sedangkan Beomgyu tak melonggarkan dekapanya sama sekali. Dia pun tak peduli jika ada pelayan atau dayang kebetulan lewat melihat mereka. Beomgyu hanya ingin terus berduaan bersama pemuda itu.
"Ling sangat menjagamu," katanya setelah beberapa menit. Pikiran Beomgyu kembali memutar kenangan dari masa lalu. Beomgyu ingat betapa Ling sangat cerewet pada dayang yang bekerja untuk Tyun. Termasuk untuk urusan makanan pun, dia memastikan adiknya makan tratur dan dapat nutrisi yang cukup. Ling telaten dan gesit. Dia pun selalu menyisihkan waktu untuk menengok Tyun, mengomeli Tyun jika tak patuh belajar, atau mengurus Tyun yang sakit.
"Yah, aku tahu," sahut Taehyun. Perasaannya nelangsa, kalut, dan tak tentu. Sekarang memerankan Tyun serasa beban untuknya setelah terlalu banyak hal terjadi, dan perasaan beserta emosinya terus dipermainkan. Tak seharusnya jadi serumit ini. Toh, aku hanya karakter fiksi. Tapi hati seseorang siapa yang bisa mengendalikan? Taehyun tak berkutik terlebih di dekat Beomgyu.
"Sekarang dia pasti terkejut kau menikahiku." Beomgyu mengerang samar. "Menjadi pengantinku. Mengucap sumpah denganku, bersamaku."
Taehyun memejamkan matanya. "Aku berharap semua berjalan mulus."
"Aku berharap kita bisa lebih dekat daripada ini." Beomgyu pun membalikkan tubuh Taehyun hingga berhadapan dengannya. Tinggi Taehyun sangat cocok untuk Beomgyu peluk, untuk Beomgyu kurung, tapi sekarang dia hanya menatap serius.
"Yang Mulia, aku mau kau tahu satu hal; jika nanti kau merasa tak nyaman bersamaku, atau merasa pernikahan sia-sia, kau berhak menggugat cerai kapan saja. Aku akan menerimanya," gumam Taehyun pelan.
"Kau bercanda? Itu takkan terjadi." Beomgyu semakin mendekatkan wajahnya.
"Mengapa?"
"Karena kaulah yang aku inginkan. Tak ada siapa pun." Sejurus kemudian, Beomgyu merengkuh wajah Taehyun dan tersenyum. Pria itu sedetik seolah akan menciumnya, namun nyatanya tidak. Beomgyu justru membiarkan jarak satu senti membentang di tengah mereka, dan kembali tersenyum. Sinting, seharusnya Taehyun bisa cepat sadar dan menarik diri. Namun yang dia lakukan hanya mengerjap layaknya orang bodoh sembari memikirkan ulang kalimat Beomgyu barusan.
Ak—aku? Yang dia inginkan?
"Yang Mulia, ini agak.." Wajah Taehyun memerah sempurna. Campuran malu, tersipu, bingung, dan gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAI ITO | beomtae ✔
Fiksi PenggemarTaehyun terhisap ke dalam novel yang dibacanya. Tidak sampai situ, Taehyun ternyata akan dibunuh oleh suami mendiang kakaknya, Raja Choi, sosok yang diam-diam merencanakan balas dendam terhadap keluarga Taehyun di novel tersebut. Taehyun terjebak d...