CHAPTER LIMA

1.8K 287 8
                                    

CHAPTER LIMA

KEBERANGKATAN MENDADAK

Baju-baju sudah disiapkan secara berjajar di depan kamar. Taehyun agak mendelik, bingung. Aku punya teman sekamar? Tapi, sepertinya tidak lazim, karena ada banyak kamar luas nan kosong di dekat sini. Seorang pangeran akan digosipkan pula jika tidur bersama orang asing yang bukan pasangannya. Sudah cukup mengundang perhatian antara dia dan Raja Choi, jadi ini mungkin...

"Yang Mulia, Anda sudah selesai dengan belajarnya?"

Taehyun mengangguk ringan. "Pakaian siapa ini dan untuk apa?"

"Anda akan berangkat sore ini bersama Raja Choi."

Sungguh? Mengapa? Taehyun tidak tahu kehidupan pangeran bisa begitu rumit begini. "Tapi bukankah dia melarangku untuk keluar? Situasinya tengah kacau," sahutnya.

"Justru beliau ingin melindungi Anda, jadi hendak membawa Anda ke pengasingan sementara waktu. Sebenarnya, Anda harus khawatir pada musuh di istana."

Oh ya?

Mengapa Taehyun sangat yakin musuh utamanya justru si Raja Choi itu sendiri? "Ini agak membuatku kurang nyaman," jawab Taehyun begitu jujur. Berduaan dengan Beomgyu sudah merusak perhatiannya, dan bersama Beomgyu saja tanpa ada yang lain, Taehyun mendadak tidak bisa bayangkan akan sekacau apa. Atau sepanas apa.

"Tidak, tidak. Lebih baik aku di sini." Apalagi Taehyun mulai terbiasa dengan suasana sekitarnya. Tadi saja dia berhasil mengobrol dengan beberapa pelayan istana yang rupanya sempat ragu berbicara padanya, namun setelah Taehyun bujuk, mereka baru bersuara.

"Yang Mulia."

Taehyun bergegas masuk ke kamar, mengabaikan ucapan sosok itu, kemudian mulai berganti pakaian. Seharian ini, Taehyun terus sibuk yang artinya dia lebih bisa menyamar dengan baik dengan sekitarnya. Istana pun tidak menunjukkan ada tanda bahaya—apa yang mereka cemaskan? Sembari melepaskan pakaian atasnya, Taehyun mulai berpikir sejenak.

*

*

Beomgyu sudah berjalan didampingi beberapa menteri istana. Bersama-sama mereka menelusuri sayap kiri istana, mulai membahas berbagai rancangan serta rencana untuk pengungsian para penduduk yang selamat. Beomgyu mengangguk mendengarkan, meskipun dia sesekali merasa agak keberatan. Sejauh ini, keadaan negeri mereka sedang sekarat apalagi dengan kabar meninggalnya permaisuri yang mereka segani. Posisi Beomgyu di mata publik mulai kehilangan daya tariknya, apalagi gosip istana selalu menjadi perbincangan sengit.

Jika boleh, Beomgyu ingin mencari biang keladi gosip itu, atau bahkan mendatangkannya langsung ke istana untuk dia adili langsung. Sejauh ini, Beomgyu takkan melepaskannya.

"Dengar, sore nanti saya harus berangkat untuk mengantarkan Pangeran Tyun ke suatu tempat. Kita bisa membahas ini lebih lanjut sewaktu makan malam," katanya tegas. Beomgyu memandangi satu per satu wajah-wajah tua itu dengan tatapan teduhnya.

"Yang Mulia, baiklah."

Setelah membungkuk hormat dan pamit, Beomgyu berjalan bersama dua orang penjaga kemudian mulai berhenti di kamar yang sudah dikenalinya. Dia berhenti, meminta penjaga untuk segera membukakan pintu kamar itu. Namun, kosong.

Ke mana dia?

"Yang Mulia Pangeran menolak untuk pergi, sekarang dia bersama yang lain di dapur."

"Dapur?" tanya Beomgyu terkejut. "Untuk apa dia di sana?"

"Katanya ingin melihat mereka memasak."

Beomgyu tersentak di tempat. Sejak kapan dia tertarik dengan hal semacam itu? "Panggiln dia sekarang," katanya cepat. Setelah sepuluh menit, sosok itu terlihat dan langsung melipat bibirnya di depan Beomgyu. Raut tidak senang masih tercetak di wajah manisnya itu. "Pangeran, apa yang kau lakukan—"

AKAI ITO | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang