CHAPTER DUA
DUNIA BERBEDA
Warning 17+
for some graphic descriptions
Danau bergetar. Rombongan kuda-kuda jantan tersebut menyebabkan tanah bergetar, danau bergetar, sampai pepohonan turut bergerak-gerak bagaikan akan tumbang kapan pun. Setidaknya, ada tiga puluh orang satuan prajurit dan Raja Choi memimpin mereka untuk bergerak serempak.
Wajah Raja Choi pias. Sebenarnya, dia masih ingin menghabiskan waktu menenangkan diri di kamarnya yang senyap. Atau Raja Choi ingin ditemani minum-minum oleh beberapa dayang istana karena kondisi hatinya masih sesuram siang tadi. Permaisuri sudah berpulang—fakta besar itu bagaikan gumpalan keras yang harus ditelannya mentah-mentah.
Raja Choi cepat memekik. Kudanya sontak hampir melompat seawktu tali kekang itu ditarik paksa. "Berhenti di sini," perintahnya.
Rumah-rumah penduduk sudah terbakar, ambruk. Bau hangus, bau pekat darah dan bau lain turut bercampur. Raja Choi turun dengan sigap dari pelana kudanya, mulai berjalan didampingi para prajuritnya.
Beberapa dari mereka cepat menelisir daerah terbakar itu, menggerakan dengan ujung sepatu mereka beberapa mayat yang tergolek di sana. Raja Choi turut bergerak, tanpa gentar.
Dia memeriksa beberapa rumah lain, menjaga pedangnya tetap di saku sedangkan langkahnya lebar-lebar. Ada sekitar puluhan rumah yang terbakar, hangus, membuat hujan abu di malam yang seharusnya sejuk dan damai itu.
"Yang Mulia!" Satu wanita langsung bersimpuh. Wajah dan lengannya terluka parah. Wajah wanita itu penuh air mata. "Mereka langsung menyerang kami tanpa ampun," katanya.
"Siapa?"
"Tidak jelas siapa, tapi kemudian saya mendengar banyak teriakan kesakitan dari sekitar. Saya sangat takut, Yang Mulia." Dengan tangan kotornya, dia berusaha menggapai tangan mulus Raja Choi. "Saya mohon, lindungi saya. Saya sangat takut."
Prajurit lain langsung bergerak lebih gesit, mengevakuasi yang masih hidup. Raja Choi meminta anak buahnya untuk menyingkirkan si wanita tadi karena dia akan memeriksa yang lain.
"Raja! Saya mohon, hentikan semua kekacuan ini." Teriakan wanita tadi membelah malam yang sudah kacau tersebut. Raja Choi sempat tertegun, namun dia kembali berjalan dengan wajah lebih kau. Kekacauan ini.
Raja Choi sering berperang sewaktu dia masih berstatus sebagai Putra Mahkota. Raja Choi sering melihat setumpuk mayat mengerikan, darah menggenang, wajah tanpa jiwa, bahkan anak-anak yang jadi korban. Sekarang, kilas balik itu datang bergelombang tanpa ampun. Raja Choi melewati tangan-tangan yang terkulai, mulai mengeryitkan hidungnya tajam.
.
.
Taehyun bohong jika menganggap dia terbiasa dengan istana ini. Selepas dari ruang mandi, ada satu pelayan mengantarkannya. Kali ini lebih muda dan lebih terlihat berseri-seri. Setelahnya, Taehyun makan malam dengan sepaket makanan lezat. Tapi dia tidak bersemangat bahkan mual karena laporan si prajurit di ruang mandi. Taehyun tidak habis bayangkan penduduk sekota itu dibantai habis-habisan malam ini. Bahkan ingatan pemakaman saja masih terasa menyakitkan—ada apa sih sebenarnya di sini?
Taehyun belum mau berspekulasi tapi dari gerak-gerik Raja Choi yang mencurigakan, Taehyun merasa ada yang tersembunyi dan dirahasikan rapat-rapat oleh kerajaan. Semakin Taehyun memikirkannya, semakin Taehyun takut karena sekarang dia ada di istana dan menjadi bagian penting dinasti Feng ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAI ITO | beomtae ✔
FanfictionTaehyun terhisap ke dalam novel yang dibacanya. Tidak sampai situ, Taehyun ternyata akan dibunuh oleh suami mendiang kakaknya, Raja Choi, sosok yang diam-diam merencanakan balas dendam terhadap keluarga Taehyun di novel tersebut. Taehyun terjebak d...