CHAPTER DUA PULUH DUA

1.1K 195 11
                                    

[Warning! 17+]

CHAPTER DUA PULUH DUA

INTIMATE

Sebenarnya agak berisiko melakukan perjalanan ke Utara di musim dingin ini. Taehyun menduga, medan terjal terpampang jelas; tumpukan salju, cuaca dingin, dan angin yang membuat siapa pun langsung membeku. Namun, Beomgyu bersikeras dan sepertinya, Beomgyu takkan goyah.

"Menurutku, ini waktu paling pas," gumamnya di depan istana. Lima dayang mengangkut muatan mereka ke dalam kereta; beberapa pakaian, selimut hangat, makanan, dan sebagainya untuk keperluan selama perjalanan.

Taehyun mengerucutkan bibir. Kok aku dapat firasat buruk soal ini. Dari belakang, dayang lain menyampirkan jubah tebal nan hangat padanya. "Trims."

"Hati-hati di jalan, Pangeran."

"Baik," katanya dan satu tangan Taehyun terulur, membantunya naik ke kereta kuda. Beomgyu mengikuti. Tak lama, keduanya melambaikan tangan, disusul entakan kaki-kaki kuda yang mengantarkan mereka keluar istana.

*

*

Penginapan mereka tak jauh dari Kuil Maa. Penginapan itu lebih mirip seperti tempat peristirahat raja yang sangat dijaga. Apalagi kedatangan mereka langsung disambut khidmat. Taehyun dibantu turun. Sepasang kakinya menginjak tanah yang terselimut salju tiga senti.

"Selamat datang, Yang Mulia." Para pelayan langsung membungkuk dalam di hadapan mereka secara serempak.

Beomgyu mulai berbicara pada pengawal yang ikut bersama mereka, kemudian mulai mencari tangan Taehyun. Beomgyu langsung menggenggamnya sebelum Taehyun bereaksi. "Kita akan diantar ke kamar utama."

Taehyun tahu, kamar raja pasti disiapkan paling mewah dan luas. Penginapan ini punya atap melebar, jendela-jendela besar, dan sepanjang lorongnya penuh cahaya lampu. Kamar-kamar sekilas terlihat seperti yang nyaman dan indah. Corak teratai di mana-mana, sedangkan Beomgyu memiringkan wajah dan tersenyum sepanjang mereka melangkah.

"Aku baru menyuruh mereka mengatur ulang seluruh penginapan," jelasnya.

"Oh ya?"

"Aku suka teratai. Menurutku, mereka indah." Beomgyu tak melepaskan pandangan, kemudian menatap bibir bawah Taehyun yang membuka. Jakunnya agak naik-turun, tapi dia tahan di posisinya dan terus mengikuti langkah si kepala pelayan. Barulah di pintu ganda besar, mereka berhenti. Pelayan itu langsung membukakan perlahan.

Taehyun disambut oleh ranjang besar dengan kayu kokoh. Lilin dinyalakan menambah kesan hangat dan romantis. Karpet besar tergelar. Hiasan teratai berada di dinding, sedangkan ranjang itu terlihat empuk, dan nyaman ditempati. Kepala pelayan mulai mempersiapkan ruang mandi di saat Beomgyu menghentikan langkah dan menghadap ke arah Taehyun. "Ingat tujuan kita di sini."

Pemuda itu agak terkesiap. "Uh?"

"Agar kita bisa semakin dekat. Intim," katanya. Tak lama, Beomgyu menoleh, kemudian tersenyum lagi. "Kita akan mandi bersama. Air hangat di sini langsung dari mata air. Berbeda dengan istana, di sini lumayan panas juga, jadi bagus untuk kulit. Nanti kita makan malam pula."

Taehyun masih terkesima. Seluruh tempat ini seperti bagian sebuah museum—sakral. Sebanyak apa pun Taehyun berusaha menenangkan diri, Beomgyu yang mulai menatap seolah menelanjanginya membuat Taehyun gugup. Akhirnya, Taehyun mengangguk ringan.

Yah, daripada aku mati mengenaskan.

Taehyun terus meneguhkan diri; sepanjang dia sampai di sini. Mungkin Beomgyu pada akhirnya akan bosan dan muak dengan pernikahan mereka. Mungkin juga kecewa, jadi Taehyun menunggu saja sampai Beomgyu menceraikannya.

AKAI ITO | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang