CHAPTER SATU

2.9K 393 60
                                    

CHAPTER SATU

AKU DI NOVEL?

Penulisnya pasti sinting.

Tidak, Taehyun pasti yang sinting. Jadi, dia ada di novel Ikai-Ito? Mana mungkin?! Taehyun ingat dia tersungkur, sampai mencium lantai basah nan dingin toilet. Ew, membayangkannya sudah buat mual. Tapi dia ada di mal! Hendak menonton dengan Seunghwan! Taehyun terus merasa panik. Bahkan rasa panas gara-gara berdempetan bersama prajurit ini tidak dihiraukan. Dia akan ke istana untuk pemakaman kakaknya, yang sepertinya bagian plot cerita novel ini. Lebih dari itu, dia akan bertemu Raja Choi!

Taehyun gagal membuat wajahnya tenang. Sekarang, dia mulai berdebar karena kemungkinan mengejutkan itu—Raja Choi bertemu tatapnya. Utuh. Asli. Nyata. Di depannya. Bahkan Taehyun belum sanggup membayangkan senyata apa dia, atau setampan apa dia dalam versi manusianya. Taehyun merasa pipinya panas, disusul desir di sekitar leher karena meremang malu.

Heh, fokus!

Taehyun tercekat. Dan siapa karakternya di sini? Adik ipar Raja Choi? Nama.. apakah dia tidak punya nama? Akhirnya, Taehyun menoleh ke si prajurit yang masih memegang kekang kuda, fokus pada jalan menuju istana dan berada setia di balik punggung Taehyun. Ada undakan batu di mana-mana, jadi cukup sulit kuda itu bergerak. Setelah beberapa medan terjal lain—Taehyun yakin pangeran yang asli pasti berniat sekali kabur dari istana—akhirnya, mereka berjalan lurus dan cukup mulus.

"Aku ingin bertanya—siapa namaku di sini?"

Prajurit itu kembali mengeryit seolah padu padan kata yang Taehyun gunakan sulit dipahaminya. "Nama?"

"Ya! Aku punya nama, kan? Masalahnya, kepalaku agak terbentur dan aku cukup tidak ingat namaku. Jadi, beri tahu sekarang." Sebelum aku pingsan atau mimisan di depan Raja Choi super hot itu. "Cepat, beri tahu."

"Pangeran Tyun."

"Ah, baik." Taehyun kembali lurus memandangi jalan yang dilewati mereka. Pangeran Tyun. Ah, pasti dia juga setampan Taehyun.

Prajurit itu terlihat agak cemas. "Apakah Anda perlu menemui tabib istana?"

"Ah, tidak, tidak. Jangan repot-repot."

Taehyun berusaha merilekskan bahunya seiring kuda terus mengarahkan mereka menuju bangunan istana tersebut. Berbeda dari yang dibayangkan Taehyun, istana itu merupakan kompleks mewah. Dari luar, pintu besarnya membuka sewaktu pasukan prajurit mereka datang, bahkan banyak pelayan dengan pakaian hitam membungkuk dalam, membuat barisan di tepi jalan setapak menuju kompleks istana. Taman istana cukup luas, punya beberapa patung besar dari batu yang ditumpuk dan diukuir tumit. Undakan tangga lain terlihat lebih banyak, atap yang melebar warna merah darah, pintu-pintu besar. Ada patung naga besar di bagian atap, ada lapangan cukup luas sampai akhirnya kuda-kuda berhenti di depan istana utama yang mirip kuil setengah modern nan agung itu.

Taehyun dibantu turun setelah prajurit yang bersamanya berhasil mendaratkan sepatu bersolnya di atas jalan setapak itu. Taehyun mendarat mulus, memandangi sekitar. Ada banyak prajurit yang masih membungkuk, tidak berani bergerak.

Dua sosok yang sepertinya pelayan utama istana langsung berjalan mendekatinya. "Yang Mulia Kang, Anda baik-baik saja?" Ia memandangi sekujur tubuh Taehyun begitu cermas. Wajahnya terlihat sudah tua, namun dia masih gagah. "Kami sangat khawatir. Saya mohon, jangan pergi seperti itu lagi."

"Maaf." Suara Taehyun agak tersaruk. Setengah bingung, setengah kaget dan setengah tidak percaya dengan matanya sendiri.

"Anda sudah ditunggu."

Setelah itu, kenyataan kembali menghantam Taehyun; dia di sini untuk pemakaman kakaknya. Dia di sini untuk berhadapan dengan Raja Choi yang mungkin sudah jengkel karena aksi kabur-kaburan yang semula terjadi.

AKAI ITO | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang