ARC 1 - WATER LILY
Empat orang pelayan yang selamat masih tersedu-sedu. Dengan bantuan beberapa penduduk yang diam-diam menyiapkan tungku pembakaran, mereka melakukan proses kremasi pada jasad Raja Choi mereka. Kau akan selalu dikenang. Sebelum fajar menampilkan diri, mereka berbondong-bondong menuju garis pantai seraya membawa guci tersebut.
Abu mulai disebar, bersama dengan tangis mengiringi langkah mereka. Sejauh ini, di mata mereka Raja Choi bukan sosok yang gentar. Selama ini di mata mereka, selalu ada ketegasan, beban tanggung jawab yang dipikul sosok itu sepanjang waktu dan pelayan itu menjadi saksi malam-malam pilu waktu Beomgyu kehilangan Tyun.
Satu pelayan itu menyebar abu terakhir, kemudian menyisingkan lengan baju seraya bersimpuh di atas pasir yang basah. Tiga lainnya mengikuti, wajah mereka tertunduk. Semoga kau tenang di sana.
Butuh bertahun-tahun untuk memulihkan diri mereka, dan butuh waktu lama agar pemerintahan kerajaan dapat kembali berjaya. Di bawah pimpinan Hajun, mereka takkan pernah aman, bahkan dapat dicap sebagai pengkhianat dan dapat hukum cambuk atau lebih buruk, hukum gantung.
Satu pelayan wanita itu menyeka air matanya. Bibirnya agak robek dan lengannya cukup parah terluka. "Apakah kita masih punya tempat untuk pergi?"
"Yah, tentu saja. Kita akan cari cara," jawab si lebih tua.
Dua pelayan lain mulai bahu membahu untuk bangkit, menaruh guci kosong di dekat pohon tak jauh, kemudian kembali berjalan dengan sisa-sisa harapan dan kesedihan yang berkumpul di dada mereka.
*
*
Penemuan kolam teratai itu baru-baru ini menjadi sorotan. Dari atas kudanya, Hajun turut menyaksikan waktu kemilau bunga-bunga segar itu yang semula kuncup justru mulai merekah, indah, dan menghiasi sepanjang danau gelap itu. Hajun turun dari pelana, dalam gerakan sigap kemudian menunduk untuk melihat lebih dekat.
Jejeran teratai itu berayun-ayun lemah, dengan tangkai panjang dan kurus. Mereka licin, dan terlihat masih bersinar ditempa sinar matahari pagi. Teratai yang berwarna putih susu, terlihat agak transparan dan gemuk akan volume air.
Hajun memetik satu, kemudian menciumnya. Tak ada bau yang spesifik, mirip campuran air danau dan sedikit bau daun basah.
Setelah itu, dia tak berkata apa pun. Water Lily.
Sepanjang siang nanti, Hajun akan menggelegar rapat sekaligus meresmikan penobatannya sebagai raja di Dinasti Feng yang baru. Dihadiri beberapa petinggi lain, termasuk Menteri Soo mereka akan membuat upacara itu khidmat. Namun Hajun masih merasa muram karenanya. Entah bagaimana, tanpa Sora dia merasa timpang. Seolah segala perjuangannya tak berarti di mata kakak angkatnya itu, padahal Sora-lah yang membuat Hajun masih yakin di hari ini. Untuk merebut kekuasaan. Untuk maju sebagai raja.
Dua hari lalu, Hajun mengasingkan diri di kaki gunung dekat sini. Dia memikirkan ulang cara-cara kedepannya, dan bagaimana upayanya menjadi orang nomor satu di negeri ini. Tentu negeri ini porak-poranda dan hancur sekarang, tapi seperti dirinya, mungkin semua hanya butuh waktu.
Merelakan Tyun pun butuh waktu.
Hajun baru melihat hasil lukisan pernikahan Beomgyu dan sosok dicintainya itu. Mereka terlihat mesra dan bahaia. Hajun merasa hatinya terisi, perih tapi keduanya bahkan tak di dunia ini lagi. Mengapa dia harus berlarut-larut dalam kesedihan? Hajun tak mungkin menahan dirinya lagi, sekarang dia akan merasa kebas dan tak pedulikan siapa pun. Meski Tyun masih bersarang dalam hati kecilnya, dia akan pelan-pelan singkirkan bayangan pemuda manis itu.
Hajun menaiki kudanya lagi, mulai memerintahkan prajuritnya agar kembali ke istana. Sekarang para pekerja tengah membenahi puing-puing dan reruntuhan di dekat gerbang utama. Hajun menatap sekitar dan rahangnya mengatup rapat.
Kerajaanku. Milikku. Yang dulu sempat terambil dariku.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAI ITO | beomtae ✔
FanfictionTaehyun terhisap ke dalam novel yang dibacanya. Tidak sampai situ, Taehyun ternyata akan dibunuh oleh suami mendiang kakaknya, Raja Choi, sosok yang diam-diam merencanakan balas dendam terhadap keluarga Taehyun di novel tersebut. Taehyun terjebak d...