CHAPTER DUA PULUH ENAM
THE THRONE
Taehyun tak berani melihat. Jadi setelah prosesi itu dilakukan—Beomgyu bahkan tak terlihat gentar—akhirnya Taehyun izin untuk pergi dari sana. Lututnya bagai jeli, dan napasnya agak tersekat. Bibir Taehyun kaku bagaikan diberi lem kuat. Apa itu tadi. Apakah semenyeramkan itu. Taehyun berusaha mengeyahkannya, potongan-potongan horor yang tadi nyaris tertangkap mata. Taehyun benci sisi Beomgyu yang itu; tanpa belas kasih. Taehyun benci Beomgyu seolah monster yang bagaimanapun Taehyun memutar otak, Beomgyu tak dapat diubah.
Atau memang takdirnya begitu. Penulis pasti bersikukuh agar cerita ini lebih dramatis. Dan jelas hukuman potong tangan bukan hal yang patut disanjung. Sinting. Amat sinting. Taehyun menekan dadanya, kemudian dia mulai minta diantarkan ke kamar. Namun belum sampai di sana, Taehyun berhenti.
"Penjara bawah tanah. Aku mau melihat Sora."
Kapan terakhir kali mereka bertemu? Sebulan lalu? Beomgyu sempat menentang keras, tapi Taehyun mengkukuhkan bahwa pernikahan mereka karena ini—dia harus memantau Sora dan memastikan Sora aman-aman saja. Kalau sampai Beomgyu menggoresnya meski seujung kuku, Taehyun takkan tinggal diam.
Karena letak penjara yang terpencil, butuh upaya ekstra sampai di sana. Ada banyak anak tangga menurun nan meliuk. Cahaya makin minim dan dinding bata menara lembab tanpa ada sorot matahari, jadi lumut tumbuh tanpa bisa dicegah.
Taehyun merasakan kegelapan nyaris menelannya bulat-bulat. Beruntung dia tak sendiri dan ini bukan malam hari, jadi bagaimanapun lampu gantung di tangannya banyak membantu pula. Taehyun menuruni anak tangga, berdebar-debar. Dinding batu tak pernah terlihat mengerikan tapi di sini seolah dinding itu dapat berbicara bahkan bercerita betapa mengerikan berada di bawah sini. Jauh dari megahnya istana, jauh dari peradaban yang bising tiap waktu.
Sel yang Sora tempati dipojokkan. Melewati banyak tahanan lain yang kebanyakan adalah pembunuh, bandir liar dan musuh utama istana, Taehyun seperti masuk ke dimensi lain. Langkahnya pelan, berpijak pada lapisan batu dingin dan lembab. Taehyun perlu terus fokus atau suara-suara sekitar terdengar menyakitkan.
Tolong. Lepaskan kami.
Ini berlebihan.
Kau pikir kami takkan keluar?
Tunggu dua bulan lagi, akan kucekik kau.
Taehyun tak gentar. Namun tetap saja, dia tak terbiasa. Beomgyu mungkin akan menunjukkan tatapan membunuh dan terus menaikkan dagu. Taehyun tak demikian. Jadi dia setengah menggigil, setengah bergidik, sampai dia tiba di penjara Sora. Lampunya terangkat, dan wajah gadis itu terlihat. Dia lebih pucat namun lebih berisi dari yang Taehyun ingat.
"Hai," sapanya setengah serak.
Sora mendelik tajam. Dia kemudian mendekati teralis besi. "Apa yang kau mau? Hah?"
"Aku... aku ingin bicara," katanya. Taehyun melirik pengawal di sekitarnya, meminta agar mereka diberi jarak. Setelahnya, dia kembali memandangi Sora. "Bagaimana kabarmu?"
"Stres? Dan muak?" Sora tertawa kering. "Dengar, aku sudah dengar soal pernikahan kalian. Wah, aku tak menyangka kau menyembunyikannya. Apakah kau juga gila kuasa?"
"Aku menyelamatkanmu." Perut Taehyun seperti terpilin.
"Omong kosong," kekehnya. "Ah siapa yang tak silau akan harta di sini?" Sora berkacak pinggang, kmeudian menatap Taehyun lurus-lurus. "Mau bicara apa?"
"Hajun. Apakah kau yakin dia masih hidup?"
Sora memutar bola mata. "Kau tak waras, ya? Aku ada di sini sepanjang waktu, bagaimana aku tahu? Yang jelas, kalau dia tahu aku terjebak di sini karena si bedebah itu." Bahkan Sora tak sudi menyebut nama Beomgyu, dia melanjutkan, "aku pastikan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAI ITO | beomtae ✔
FanfictionTaehyun terhisap ke dalam novel yang dibacanya. Tidak sampai situ, Taehyun ternyata akan dibunuh oleh suami mendiang kakaknya, Raja Choi, sosok yang diam-diam merencanakan balas dendam terhadap keluarga Taehyun di novel tersebut. Taehyun terjebak d...