CHAPTER DUA PULUH LIMA
REPUTATION
Beomgyu sedikit menunduk. Taehyun masih terlelap, tubuhnya hangat ditutupi selimut. Semalam mereka bergumul di atas ranjang, menyentuh, bahkan saling memanggil nama satu sama lain. Namun, Beomgyu masih gamang—tak jelas. Sekarang Beomgyu berusaha memulihkan diri. "Maaf," bisiknya hangat.
Beomgyu tak pernah belajar cara meminta maaf, atau bahkan menyesal. Tapi, melihat Taehyun entah bagaimana dia ingin mengutarakan ungkapan tersebut. Maaf. Maaf karena menjadi aku yang sekarang. Jika saja mereka bertemu lebih awal, sangat awal, mungkin segalanya bisa berbeda.
Akhirnya, Beomgyu bangkit meninggalkan kamar utama. Seusai mengenakan jubahnya, dia menelusuri lorong seraya mencari-cari pelayan istana.
"Yang Mulia, selamat pagi."
"Hm, pagi. Siapkan ruang mandi, aku akan berendam."
"Baik, Yang Mulia," jawab pelayan itu disusul para pelayan lain yang berduyun-duyun meninggalkan Beomgyu. Tak lama, para dayang bergantian muncul dan memberi hormat.
"Apakah ada yang bisa kami bantu, Yang Mulia?" tanya kepala dayang yang terbiasa menangani pangeran. Beomgyu mengangguk, membuat dia menunduk lagi. "Apa itu?"
"Jika Tyun bangun, bantu dia untuk mandi dan bersiap. Aku akan keluar sebentar," jelasnya. Beomgyu melenggang lagi. Udara sangat dingin, tapi Beomgyu sudah kebal. Sejak beberapa bulan terakhir, sepertinya ada yang salah dnegan tubuhnya ini. Entah jadi semakin bugar atau sakit, Beomgyu tak dapat merasakan sampai yang menggigil parah. Kecuali waktu itu. Saat dia sakit dan itu pertama kalinya Beomgyu merasa ingin diperhatikan terutama oleh Pangeran Tyun.
Suaminya.
*
*
Dua bulan kemudian
Kunjungan ini jadi agenda wajib untuk Taehyun. Dia yang mengusulnya sendiri, dan memang sepatutnya, sebagai pasangan raja yang baru, dia perlu memberikan perhatian pada penduduk. Seperti di hari Minggu ini. Bersama kereta kuda istana, Taehyun mendatangi satu pasar bersama sejumlah pengawal. Taehyun berbinar, menyaksikan hiruk-pikuk ramai di depan mata.
Sebenarnya Taehyun bisa saja duduk santai. Tapi seriuslah, dua bulan terakhir ini hidupnya jungkir balik. Mulai dari menikahi Beomgyu, duduk di singgasana, berdebat dengan para menteri, atau bahkan memberikan usulan dalam rapat istana! Taehyun menikmati, tapi berdiam diri di istana bukan gayanya. Dibanding berkomentar panjang lebar soal kepentingan rakyat, menurutnya lebih baik melihat sendiri apa yang terjadi di lapangan.
"Aduh."
Taehyun melebarkan mata, meminta kereta berhenti. Tanpa banyak menunggu, Taehyun berhambur turun seraya membantu bocah itu. Penjaga langsung mencegahnya untuk terus berkontak dengan warga sipil, namun Taehyun menolak. "Dia terluka. Kasian."
Bocah itu terlihat takut. Terlebih wajah-wajah garang pengawal di sekitar. "Hm, Yang Mulia."
"Lututmu terluka, apakah kau merasa sakit?"
Bocah itu mengangguk. Wajahnya terlihat makin takut dan sedih. Taehyun merogoh sakunya kemudian mengeluarkan plester kecil yang sengaja dia kantongi. Setelah itu, dia bantu membersihkan lukanya dengan kain bersih, dan mulai memasangkan plester kecil itu. "Nah, beres. Lebih baik?"
"Te—terima kasih, Yang Mulia." Belum semenit, dua wanita mendekat dan terlihat kaget.
"Myung! Astaga, maafkan dia, Yang Mulia."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAI ITO | beomtae ✔
Hayran KurguTaehyun terhisap ke dalam novel yang dibacanya. Tidak sampai situ, Taehyun ternyata akan dibunuh oleh suami mendiang kakaknya, Raja Choi, sosok yang diam-diam merencanakan balas dendam terhadap keluarga Taehyun di novel tersebut. Taehyun terjebak d...