CHAPTER DUA PULUH TUJUH
THE CROWN PRINCE
"Yang Mulia, bagaimanapun Anda tetap membutuhkan pewaris. Dinasti Feng berdiri sejak dahulu, dan harus terus mengukuhkan kekuasaan di negeri ini." Ucapan penasihat istana kembali terdengar.
Beomgyu mengusap pedang di pangkuannya, kemudian terdiam. Pewaris? Yang menggantikannya duduk di singgasana? Beomgyu masih sehat bugar. Tubuhnya penuh otot keras dan dia jelas lebih bersemangat dibanding sebelum menikah. Gara-gara Taehyun dan sesi bercinta mereka, sisi tangguh tubuhnya terpantik sempurna. Beomgyu bangga ternyata Taehyun pun mengakui itu.
"Dan?"
Penasihat itu tergelak, samar. Tak menyangka kalimatnya ditanggapi begitu singkat. "Dan Anda harus mencari selir yang dapat memberikan keturunan. Saya tidak bermaksud menyinggung pernikahan Anda dengan Yang Mulia Pangeran Tyun, tapi situasinya Anda tetap membutuhkan bayi. Anak. Pewaris. Penerus. Pangeran Mahkota," katanya luwes.
Beomgyu agak bergeser. Raut wajahnya sedatar biasanya. Pagi ini dia sudah menyuruh sekitar lima ribu pasukan untuk berlatih seperti biasa. Sisa pasukan lain menunggu di barak-barak yang disiapkan istana. Beomgyu berbohong jika mengatakan dia sudah merasa aman—faktanya, Hajun masih berkeliaran dan itu membuatnya frustrasi. Sejenak dia mengangkat alisnya. "Jadi kita butuh pangeran mahkota untuk nantinya menggantikanku?" Dia berusaha mencerna nasihat pria tua tersebut, yang dibalas anggukan cepat. "Tapi aku belum tertarik. Aku masih menikmati masa-masa pernikahanku dengan Tyun. Kami cocok."
"Yah, saya pun tak bermaksud—"
Beomgyu bangkit dari singgasana, agak mengayukan ujung jubahnya. Berat mahkota di kepala bukan apa-apa, tapi tuntutan dari kanan-kiri yang sempat membuat Beomgyu ingin mengamuk. Berisik kau! Tutup mulutmu sialan! Beomgyu hampir jengah. "Aku akan memilih selir jika aku mau."
"Sesuai wasiat Ibu Suri, di akhir bulan Februari tahun ini, entah bagaimana, Anda tetap harus menunjuk satu selir yang akan didatangkan ke istana." Penasihat itu agak ragu-ragu mengatakannya, tapi dia tak punya pilihan. Wajahnya hampir pucat kala Beomgyu mulai melotot. "Ini perintah, Yang Mulia."
"Bulan ini?" tanyanya memastikan.
Penasihat itu mengangguk lagi. "Ya. Mereka akan mempertunjukkan kemolekan serta keahlian mereka di hadapan Anda, Yang Mulia. Anda dapat memilih salah satu untuk dipersunting menjadi selir istana."
Beomgyu mengetatkan rahang. Tyun sudah lebih dari cukup. Beomgyu dapat katakan dia sangat bahagia memadu kasih bersama pemuda memesona itu. Dan selir? Beomgyu tak berminat lagi, bahkan nyaris bisa dikatakan dia tidak mau melirik siapa pun dibanding Tyun.
*
*
Duduk di salah satu gazebo beratap lengkung, Taehyun mengusap sisi rambutnya yang terjatuh lembut. Wajah Taehyun berseri-seri karena aroma musim semi yang tercium, dan jelas dia bersemangat di pagi hari. Taehyun masih ingat semalam Beomgyu "memakan"-nya dan begitu terbangun, Taehyun menyadari dia bangkit seorang diri. Taehyun sadar, di tengah mereka ada gairah yang meledak-leda. Semakin Taehyun menyangkal, semakin dia tertarik pada Beomgyu.
Jadi, apa boleh buat, selagi mereka sama-sama mau dan dapat memuaskan, Taehyun pikir dia dapat bertahan dalam pernikahan ini. Kurasa nanti juga bosan. Taehyun akan mendapatkan sejumlah harta jika Beomgyu sampai menceraikannya. Mungkin Taehyun bisa membeli rumah di ujung pulau, punya beberapa pembantu setia, bahkan mungkin memelihara anak anjing. Pokoknya hidup lebih tenang.
Jadi perceraian bukan hal yang ditakutkan. Lagi pula, Taehyun masih tak terbiasa dengan suasana tegang khas istana. Seolah tiap waktu akan ada yang melengserkannya, atau merebut posisinya sebagai suami Raja Choi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAI ITO | beomtae ✔
FanfictionTaehyun terhisap ke dalam novel yang dibacanya. Tidak sampai situ, Taehyun ternyata akan dibunuh oleh suami mendiang kakaknya, Raja Choi, sosok yang diam-diam merencanakan balas dendam terhadap keluarga Taehyun di novel tersebut. Taehyun terjebak d...