CHAPTER TUJUH
PENJAHAT TAMPAN
Hap!
Taehyun dibantu turun dari atas pelana. Dia masih limbung, namun mereka harus beristirahat sebentar. "Kita akan tidur di sini?" tanya Taehyun, agak mengantuk. Apalagi tadi dia seharusnya tidur nyaman di kamar barunya.
"Hm, tapi hanya sebentar. Aku akan berjaga, memastikan tidak ada yang membuntuti kita." Dari kantong pelana, ia mengeluarkan satu kain untuk digelar di atas rumput. Taehyun masih mendekap dirinya sendiri seraya mengangkat wajah. Pepohonan tinggi di mana-mana, langit nampak gelap nan teduh, dan Taehyun mendengar samar-samar bunyi serangga malam.
Sebenarnya, dia tidak suka tidur di alam terbuka. Bukan karena sok manja, tapi serius, bagaimana kalau mendadak muncul hewan buas? Beruang? Macam? Atau apa? Taehyun meremang. Akhirnya, dia duduk di dekat akar pohon sembari memperhatikan sosok berpenutup kepala tersebut. Dari postur tubuhnya, jelas dia pasti rajin olahraga dan pakaiannya sangat hitam tertutup. Sementara, Taehyun mulai menduga-duga apakah wajahnya nampak menawan atau apa. Atau dia anggota pasukan kerajaan? Bagaimana bisa dia setenang itu padahal dia bisa saja dipenggal sewaktu-waktu pihak istana menangkapnya dan membuktikan dia melawan kerajaan?
"Nih," katanya seraya berdiri di dekat Taehyun. Dia juga mengeluarkan wadah minum yang langsung disambut Taehyun. Pemuda itu minum terburu-buru, hampir tersedak. "Jangan dihabiskan."
"Um, yah." Taehyun menyerahkan kembali wadah itu. Matanya tidak beranjak, masih terpaku pada sosok itu. "Sebenarnya, mengapa kau menolongku? Maksudku, apa yang terjadi?"
"Raja Choi itu licik. Aku mengetahui dari orang dalam bahwa dia punya dendam pada keluarga Kang, keluargamu ,Yang Mulia. Dia sebenarnya sedang melakukan rencana terselubung untuk menghabisi keluarga kalian. Aku juga dengar, ada motif dendam yang dia miliki. Tidak hanya itu, dia sebenarnya ingin menguasai lebih banyak wilayah di luar kerajaan dan tengah bersengkokol dengan pada jenderal lain."
"Terdengar serius."
Ia mengangguk cepat. "Ini politik. Pokoknya, kau harus jauh-jauh darinya," katanya cepat. Akhirnya, pria tersebut turut duduk di sebelah Taehyun. Sejujurnya, Taehyun merasa tidak begitu terusik karena yah, sekarang dia jadi bisa bersikap selayaknya dirinya—tidak ada yang perlu ditutup-tutupi atau dibuat-buat karena yah, di sini, dia bukan lagi pangeran yang perlu menjaga nama baik keluarganya atau mengikuti "aturan" layaknya pangeran pada umumnya.
"Siapa namamu?" Pertanyaan Taehyun membuat sosok itu menoleh. Dengan tubuh menyandar pada pohon di belakang punggungnya, dia sepertinya agak letih.
"Hajun. Aku sudah lama memantau istana," jelasnya. Hajun memiringkan kepala, membuat Taehyun lebih terdorong untuk menarik lepas penutup kepala itu dan menyikap kebenaran siapa sebenarnya sosok tersebut secara jelas. Namun, Hajun menarik dirinya dan mengatur jarak dari Taehyun. "Aku sering dengar soal dirimu."
"Oh ya? Soal apa?" tanya Taehyun tertarik.
"Bahwa kau sebenarnya simpanan Raja Choi. Bahwa kalian punya hubungan khusus, tapi dia sebenarnya berusaha menghancurkanmu," kata Hajun terdengar getir. "Yang Mulia, kau aman sekarang."
Taehyun agak gamang. Jika itu kebenarannya, jelas Pangeran Tyun ini sangat tangguh sampai bertahan di istana setelah serangkaian sikap kasar Beomgyu. Yang jelas, tidak dapat diampuni! Taehyun bahkan masih terpancing untuk menendang kaki Beomgyu kalau ada kesempatan.
"Um, tapi sekarang kita jadi buronan." Taehyun meremas tangannya. Aku belum berencana untuk mati muda. Taehyun bahkan sedikit sedikit mulai menyukai negeri ini. Mungkin karena pemandangan alamnya, orang-orangnya, budayanya, istananya, atau apa pun. Tapi Hajun jelas mulai menarik di matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAI ITO | beomtae ✔
FanfictionTaehyun terhisap ke dalam novel yang dibacanya. Tidak sampai situ, Taehyun ternyata akan dibunuh oleh suami mendiang kakaknya, Raja Choi, sosok yang diam-diam merencanakan balas dendam terhadap keluarga Taehyun di novel tersebut. Taehyun terjebak d...