Haruto masih mematung menatap seorang pria yang kini mulai turun dari mobilnya dan sudah berhadapan dengan Haruto. Saking fokusnya remaja tersebut kepada pria didepannya ini, Haruto bahkan tidak mengindahkan teriakan Ryujin yang terus menyerukan namanya dan mengeluh kesakitan karena tidak bisa berdiri.
Entah mengapa Haruto seolah menuli untuk sejenak, bahkan ia tidak lagi fokus dengan sekitar namun pandangannya kini hanya terfokuskan kepada sosok pria yang tengah menatapnya dengan tajam, tak hanya itu pria didepannya ini juga memperhatikannya dari atas sampai bawah.
"Ohh... Tidak heran lagi diriku, mengapa kau begitu kebut-kebutan di jalanan dan setelah jatuh kau malah memarahiku bahkan berucap tidak sopan kepada orang yang lebih tua darimu. Ternyata kau adalah seorang anak berandalan." Yuta semakin menatap sengit Haruto yang hanya diam sembari mengepalkan tangannya. Sungguh demi apapun! Yuta sangat benci kepada anak berandalan yang suka membuat onar dan seperti bocah kurang didikan orangtua saja.
Sementara itu, Haruto yang mendengarkan kritikan atau lebih ke cacian yang keluar dari mulut Yuta. Ia sedikit memicingkan matanya, "Apa maksud mu? Mengapa kau begitu sembarangan menilai diriku bahwa aku ini adalah seorang berandalan? Dapat hak darimana kau untuk mengkritik diriku." Haruto semakin mengepalkan tangannya, yang ada dipikirannya saat ini hanyalah menghajar Yuta hingga pria bajingan tersebut tewas.
Sungguh mengejutkan bukan? Pria tersebut hilang selama belasan tahun bahkan seolah ditelan bumi. Tapi mengapa pria tersebut tiba-tiba muncul di hidupnya, bahkan saat ini Yuta sedang berhadapan dengannya dan berani mengatainya seorang berandalan. Sungguh pria bajingan yang terlalu enteng untuk bicara.
"Aku bisa menilaimu dari pakaian mu. Kau adalah anak sekolah bukan? Tapi pakaian mu sangat berantakan seperti itu. Apakah kau bisa disebut sebagai seorang siswa yang baru saja pulang dari sekolah? Kau lebih terlihat seperti narapidana daripada anak sekolahan."
Dipikiran Yuta saat ini hanyalah ingin mencaci Haruto yang ia anggap sudah kurang ajar terhadap orang yang lebih tua. Berbanding balik dengan apa yang di pikirkan oleh Haruto, karena anak tersebut saat ini hanya ingin melampiaskan semua amarahnya kepada Yuta.
Ingin sekali Haruto memukul rahang Yuta sampai mengeluarkan kucuran darah segar. Ingin sekali Haruto berteriak dan mencaci Yuta, kemudian meminta Yuta untuk membayar semua penderitaan yang selama ini dirinya alami. Namun, semua itu Haruto urungkan, karena jika sampai dirinya lepas kendali. Maka bisa saja Yuta akan mengetahui siapa sebenarnya dirinya.
Daripada Yuta tahu bahwa ia adalah anaknya, lebih baik Haruto tetap menahan amarahnya agar Yuta tidak tahu siapa sebenarnya dirinya. Haruto sangat malu dan muak jika sampai Yuta mengetahui bahwa ia adalah anaknya, karena bisa saja Yuta muncul lagi hanya karena ingin mencari keberadaan dirinya dan juga Jisoo. Sedikit percaya diri memang, tapi Haruto sangat yakin bahwa dugaannya kali ini memang benar. Yuta muncul kembali karena ingin mencari dimana Jisoo dan juga dirinya.
"Jangan hanya menilai seseorang dari penampilannya saja, Tuan." Ujar Haruto, matanya menatap bola mata milik Yuta, ternyata benar apa yang di katakan Mamanya dulu-bahwa matanya sangat mirip dengan mata milik Yuta. "Karena bisa saja, orang yang memiliki penampilan bak orang yang paling terhormat, namun sebenarnya di masalalunya dia pernah berbuat suatu hal yang keji." Sindir Haruto.
"Dapat ilmu dari mana kau sampai berani membicarakan hal seperti ini? Kau ini hanyalah anak berandalan yang hanya menyusahkan orang tuamu." Yuta masih kekeh untuk merendahkan Haruto.
"Aku memang terlihat seperti anak nakal. Dan yang Tuan katakan memang benar, bahwa aku terkadang masih suka menyusahkan orang tuaku. Tapi setidaknya, aku selalu mendengarkan nasehat Ibuku, contohnya saja aku selalu mengingat nasehat Ibuku bahwa aku tidak boleh sampai menyakiti seorang perempuan. Apalagi mengambil sesuatu yang paling berharga dari seorang perempuan, contohnya saja menghamili seorang perempuan padahal perempuan tersebut belum resmi menjadi milikku."
Yuta terdiam, tiba-tiba ia merasa tersindir dengan ucapan Haruto. Ia tidak tahu pasti apakah Haruto saat ini sedang menyindirnya atau tidak, bahkan bisa saja Haruto memang tidak ada niatan untuk menyinggungnya karena Haruto tidak mengenalnya. Tapi apa yang di ucapkan Haruto, sangat mirip sekali dengan apa yang ia lakukan di masalalu kepada Jisoo. Mengambil sesuatu yang paling berharga yang dimiliki Jisoo, kemudian meninggalkan Jisoo begitu saja.
Meskipun merasa tersinggung, Yuta tetap mempertahankan mimik wajahnya yang masih merendahkan Haruto. Dan Haruto merasa sedikit puas saat melihat Yuta yang tiba-tiba terdiam setelah mendengarkan ucapannya yang memang ia arahkan untuk menyinggung Yuta.
"Benarkah itu didikan dari Ibumu? Tapi sepertinya itu lebih terlihat seperti didikan dari Ayahmu."
Haruto menggeleng, "Bukan didikan dari Ayahku, tapi memang itu didikan dari Ibuku. Karena aku tidak pernah melihat Ayahku dari semenjak aku kecil. Kata Ibuku, Ayahku melepaskan tanggungjawabnya terhadap kami. Ibuku menasehati ku seperti itu karena dirinya memetik sebuah pelajaran dari hidupnya sendiri, yaitu dulu Ayahku pernah mengambil sesuatu yang berharga milik Ibuku. Namun bukannya bertanggungjawab, Ayahku malah pergi begitu saja meninggalkan Ibuku."
Yuta kembali mematung, kali ini ia merasa tersinggung habis-habisan oleh ucapan seorang remaja yang bahkan tidak ia kenal. "Dan sampai sekarang apakah kau tidak bertemu dengan Ayahmu?"
Haruto mendecih. Dasar pria ini, sudah tau ia tersinggung habis-habisan, tapi tetap saja dapat mengontrol mimik wajahnya. "Sekarang aku telah bertemu dengannya. Dan aku sangat ingin menghajarnya, kemudian berteriak padanya bahwa ia adalah sosok pria paling brengsek di dunia, dan aku akan memintanya bertanggungjawab atas penderitaan hidupku dan Ibuku selama ini." Ujar Haruto, tajam dan penuh penekanan.
"Maafkan aku Tuan, jika aku terlihat sangat lancang kepadamu. Aku harus segera pergi, kasihan teman perempuan ku, dia pasti kesakitan." Tanpa persetujuan dari Yuta, Haruto segera berlari menghampiri Ryujin.
Kemudian remaja tersebut meminta maaf karena sudah mengabaikan Ryujin yang jelas-jelas tengah kesakitan, Haruto menggendong Ryujin kemudian masuk kedalam taksi.
Meninggalkan Yuta yang masih menatap hamparan jalan, dan melirik motor remaja yang tadi ia tabrak, motor tersebut kini tergeletak di tengah jalan.
Sejenak Yuta kembali mengingat ucapan Haruto tadi, ia pun memutuskan untuk segera menemui anaknya dan juga Jisoo. Ia ingin meminta maaf kepada mereka berdua sebelum semuanya terlambat, karena ia tidak ingin anaknya membenci dirinya seperti remaja tadi yang berkata dia membenci Ayahnya karena Ayahnya tidak bertanggungjawab atas dirinya dan juga Ibunya.
"Aku sampai lupa menanyakan siapa nama anak tadi, ku kira dia memang seorang anak yang nakal dan tidak memiliki sikap sopan santun sedikitpun. Tapi sepertinya dia adalah anak yang baik." Gumam Yuta, sebelum akhirnya ia masuk kembali ke dalam mobilnya dan segera melajukan mobil tersebut dengan kecepatan normal.
My Strong Mother
Maaf baru bisa up, dan maaf juga kalo chapter ini dikit bahkan hanya berisi Yuta dan Haruto. Tapi emang untuk chap ini cuma segini dulu.
Plus jangan lupa follow ig aku, karena aku kalo up fmv atau apapun tentang Jaesoo itu ya di ig ku. Mungkin fmv Arrogant Girl juga bakal aku up di ig, nama ig nya "ccinntaweasel" pp botak followers dikit wkwk. Kalo mau follback silahkan dm saja.
Ig aku isinya cuma tentang Jaesoo aja kok, padahal itu ig pribadi, cuma aku emang kurang suka aja up tentang diri sendiri kalo di sosmed. Mending dibuat lapak Jaesoo aja yekan hwhw..
See you next part<3
KAMU SEDANG MEMBACA
My Strong Mother | Jaesoo Feat Haruto
Romansa"Kehadiran kamu bukanlah sebuah kesalahan, melainkan kehadiran kamu adalah sebuah anugerah dari Tuhan." ©xxxhaterainbow